Minggu, 17 Maret 2013

Skema Proses Pabrik Gula

Belajar memahami Sistem Kerja Pabrik Gula dari bahan Beet dan Tebu (Cane)  untuk Pabrik Gula Aren yang akan datang.


 LAYOUT PABRIK DAN SKEMA PROSES PABRIK GULA BERBAHAN BEET




SKEMA PROSES PABRIK GULA BERBAHAN BEET
 


SKEMA PROSES PABRIK GULA BERBAHAN TEBU (CANE)







diolah dari beberapa sumber oleh Dian Kusumanto

Jumat, 15 Maret 2013

Alat Pemekatan Nira Aren dengan Teknologi UtraFiltrasi dan Reverse Osmose (UF & RO)



Palm Sap Concentration

Informasi Produsen dan Pencipta Alat : Dr. Ir. Gede Wenten  

























from Bandung to reach the world

 
From Bandung, a Balinese young energetic international accredited membrane expert by achieving the highest rank in the field : "Suttle Award" from the Filtration Society in London , Dr. Ir. Gede Wenten, since 2001 started from the scratch the production of his most applicable invention that effectively used not only for wide range industries application and medical application, but also for the answer of the resources scarcity of primary human living need : clean water.  

"The membrane will be used everywhere, it can be applied in all sectors, including home-appliance and even the street seller of meatballs though", the words for the future of membrane usage given by Dr. Ir. Gede Wenten, who accustomed wears batik  for the reason of comfort and unspoken words reflection of his love in using local product, long time before recent government persuasion to encourage everyone in  wearing batik every Friday.


Informasi Alat :





System Information
 Technology  Ultrafiltration and Reverse Osmosis
 Effect  Filtration and Concentration of Palm Sap up to 35 brix
 Capacity  1000 litre Palm Sap brix 35
 Operation Mode  Semi Automatic
 Working Pressure UF : 1 - 1.5 bar, RO : 55 - 60 bar       

Sumber :
http://www.baliecommerce.com/gdpfilter/index.php/about-gdp
http://www.baliecommerce.com/gdpfilter/index.php/palm-sap-concentration


Selasa, 12 Maret 2013

Skema Pengolahan Nira Aren di Pabrik Gula Aren Modern

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto







Dengan sistem ini produk gula yang dihasilkan akan sangat bermutu.


Rabu, 06 Maret 2013

Nira Aren pun bisa dimasak dengan Evaporator untuk menjadi Gula

Proses Penguapan Dalam Pipa Evaporator


Pada proses pengolahan tebu menjadi gula salah satu tahap yang dilalui adalah proses evaporasi menggunakan evaporator. Pada proses ini nira jernih (clear juice) akan di pekatkan konsentrasinya dengan cara penguapan. Pada saat ini hampir semua pabrik gula menggunakan evaporator Robert (tipe kalandria), gambar 1, dimana nira akan dialirkan dalam pipa dan dipanaskan dengan uap. Kalandria terdiri dari pipa-pipa vertical dengan panjang 2 s.d. 3 m, dilengkapi dengan  pipa sirkulasi di bagian tengah. Robert evaporator termasuk climbing film evaporator, dimana nira didalam pipa yang dipanaskan oleh uap akan naik sepanjang dinding pipa dan membentuk lapisan film tipis sehingga air dalam nira menguap.

Berikut adalah proses penguapan nira dalam dinding pipa calandria

Apabila kedalam pipa  vertikal diisikan air, kemudian dipanasi dengan uap dari luar maka terjadi hal-hal sebagai berikut :

Mula-mula dinding luar pipa menjadi panas dan melekatlah titik-titik kondensat dari uap pemanas yang mengembun, gambar 2. Titik-titik kondensat semakin bertambah besar dan pada suatu saat, karena massanya akan bergerak kebawah serta berkumpul pada dasar bejana pemanas. Sebelum titik-titik kondensat meninggalkan tempat melekatnya di dinding pipa, maka akan membentuk “lapisan air” yang berfungsi sebagai isolasi panas. Keadaan tersebut sangat merugikan ditinjau dari proses perpindahan panas sehingga suatu sistem yang dapat menghalau secepatnya titik-titik kondensat tadi akan sangat menguntungkan.

Energi panas merambat kedalam dan akhirnya memanaskan air di dalam pipa. Dengan lebih tingginya suhu lapisan air yang dekat dinding pipa, maka terjadilah perbedaan massa jenis antara lapisan air di bagian tengah pipa dengan lapisan-lapisan air yang dekat dinding pipa sehingga terjadilah sirkulasi, gambar 3.

Sirkulasi air tersebut menguntungkan karena membantu konveksi panas. Beberapa saat setelah suhu lapisan air terluar mencapai titik didih, timbullah gelembung-gelembung uap kecil yang menempel pada dinding dalam pipa. Gelembung tersebut untuk beberapa saat masih tetap melekat sampai pada suatu saat gaya keatas (Hukum Archimedes + gerakan sirkulasi) mampu melepaskannya. Gelembung-gelembung uap kecil bergerak keatas, bertabrakan satu dengan yang lainnya, masing-masing pecah dan membentuk gelembung baru yang lebih besar dan bergerak keatas sambil mendorong air. Dengan kata lain gelembung besar bekerja seolah-olah seperti katup pada pompa.

Kejadian tersebut menguntungkan karena konveksi menjadi lebih baik akibat turbulensi air yang meningkat. Gelembung – gelembung besar umumnya terbentuk pada daerah yang dekat dengan permukaan air, sehingga di daerah dekat dasar pipa turbulensi air kurang kuat, gambar 4.

Apabila yang dipanaskan adalah nira, terjadi beberapa perbedaan. Nira merupakan larutan gula tidak murni dalam air, sehingga tegangan permukaan nira tidak sama dengan air (lebih besar). Apabila nira dipanaskan akan terbentuk buih pada permukaan nira, Buih tersebut terjadi dari banyak gelembung – gelembung uap nira yang diselimuti oleh selaput (film) nira, gambar 5.

Tebalnya buih merupakan hambatan baru bagi terlepasnya uap nira ke atas. Gelembung-gelembung uap nira dalam buih tidak akan terlepas apabila selaput gelembung belum pecah. Pecahnya selaput gelembung terjadi apabila tekanan uap nira dalam gelembung mampu mengatasi tekanan udara di luar gelembung ditambah tegangan permukaan selaput nira.

Guna memperbesar tekanan uap nira dalam gelembung maka dilakukan pemanasan, sehingga gelembung-gelembung dalam buih berubah menjadi besar serta merambat keatas dan disebut selaput memanjat (climbing film), gambar 6.

Seandainya pemanasan dihentikan sebentar sehingga pipa mendingin akibat radiasi panas, maka selaput memanjat akan menipis lagi. Sebaliknya apabila pemanasan dilanjutkan maka tekanan uapnya akan bertambah dan gelembung yang terbentuk akan pecah sehingga terlepaslah uap nira. Dengan kata lain pecahnya gelembung dalam climbing film merupakan salah satu syarat untuk proses penguapan nira.

Sumber : http://www.risvank.com/2012/01/04/proses-penguapan-dalam-pipa-evaporator/

Gula Kristal dari Nira Aren

Gula Kristal dari Nira Aren

Gula kristal adalah gula aren dalam bentuk butiran menyerupai gula semut, dengan ukuran butiran mengikuti gula pasir dari nira tebu.  

Gula kristal dibedakan dari gula semut dari ukuran kristalnya, yaitu gula kristal tidak dapat melewati ayakan berukuran 20 mesh, sedangkan gula semut dapat melwati ayakan tersebut.  Pengolahan gula kristal yang dilakukan di unit pengolahan gula kristal di Masarang-Tomohon Sulawesi Utara dilakukan secara mekanis.


Pengolahan gula kristal dari nira aren terdiri atas beberapa tahap: 
(a) persiapan dan pemekatan nira, 
(b) pemekatan lanjutan, 
(c) sentrifugasi  masakan gula, 
(d) pengeringan dan pengepakan gula. 

Bahan baku nira aren berasal dari petani aren di wilayah Tomohon dan sekitarnya.  Nira aren mudah mengalami fermentasi secara alami, sehingga untuk keawetan nira agar tidak menjadi asam sebelum pengolahan, petani melakukan pemanasan hingga nira mendidih, kemudian didinginkan.  Proses penguapan nira menjadi gula membutuhkan energi panas yang cukup besar, yang  berasal dari energi panas  bumi  dalam bentuk  uap panas dari Pertamina Lahendong, yang letaknya sekitar unit pengolahan.  
Uap panas yang dibutuhkan adalah saturated stream sekitar 0,5 ton/jam dengan suhu kurang lebih 107oC pada tekanan 1 kg/cm². Nira aren yang berasal dari petani dilakukan  pemekatan awal (pH nira  6-8) dengan menggunakan open pan hingga diperoleh larutan nira agak kental  berkadar gula 50-60%. Pemekatan lanjutan menggunakan close open, diperoleh gula yang kering namun saling lengket antar butiran gula.

Proses selanjutnya adalah butiran gula disentrifus pada unit sentrifugal, dengan kecepatan  1200 rpm agar terbentuk kristal gula yang agak kering dan tidak lengket antar butiran. Selanjutnya butiran gula dikeringkan sehingga diperoleh gula kristal yang memenuhi standar SII. Pengolahan gula kristal di Masarang Tomohon memiliki kapasitas produksi sekitar 1 ton/ hari, membutuhkan nira aren segar sebanyak 10.000-15.000 l/hari, dengan   gula kristal yang diperoleh  dikategorikan cukup baik). Sumber : Buku 25 Tahun Balitka.

Sumber : http://balitka.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=219%3Agula-kristal-dari-nira-aren&catid=37%3Aberita&Itemid=160&lang=en