Kamis, 01 Oktober 2015

Petani di Deliserdang Dapat Bantuan Bibit Aren dan Kelapa

  • Petani di Deliserdang Dapat Bantuan Bibit Aren dan Kelapa

MedanBisnis - Medan. Dinas Perkebunan Sumatera Utara (Sumut) melakukan perluasan areal bagi tanaman kelapa dan aren di Kabupaten Deliserdang. Perluasan areal tersebut dilakukan dengan cara memberikan sejumlah bantuan bibit dari kedua tanaman tersebut kepada petani di daerah itu.
Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Herawati melalui Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Perkebunan Sumut, Sahrida Khairani mengatakan, pihaknya mengalokasikan bantuan bibit itu dikarenakan Kabupaten Deliserdang merupakan sebagai sentra produksi dari kedua tanaman itu. Sehingga perluasaannya dianggap perlu.

"Pemberian bantuan bibit aren dan kelapa ini untuk perluasan di Deliserdang. Karena memang lokasinya ini sebagai sentra produksi aren dan kelapa di Sumut," ungkapnya kepada MedanBisnis, Rabu (30/9) di stand Dinas Perkebunan Sumut dalam acara kegiatan Hari Pangan Sedunia yang dilangsungkan dihalaman kantor Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut.

Sahrida menjelaskan, jumlah bantuan bibit itu masing-masing diberikan sebanyak 1.900 batang kepada dua kelompok tani. Bantuan itu langsung diberikan oleh Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Herawati dalam acara hari pangan sedunia tersebut.

Kelompok tani penerima bibit kelapa adalah kelompok tani mandiri Desa Tanjung Rejo, Deliserdang. Sedangkan, penerima bibit aren adalah kelompok tani Ula Kaisat Desa Namo Mirik, Deliserdang, masing-masing sebanyak 1.900 batang.

Sahrida melanjutkan, usai penyerahan, selanjutnya masing-masing kelompok tani akan mendisitribusikan kepada anggotanya. Masing-masing anggota kelompok tani sebutnya berjumlah sekitar 20 orang.

Sahrida menerangkan, pembagian bibit itu juga dikarenakan para petaninya memang membutuhkannya. Dinas Perkebunan sendiri, berharap dengan bantuan ini industri hilir akan dapat lebih berkembang.

"Dengan ini kita mengharapkan industri hilir dari aren bisa berkembang, karena sudah semakin banyak petani yang mengetahui tetang pengolahan aren dan kelapa ini," terangnya.

Misalnya aren, Sahrida mengatakan bukan lagi pasca panennya hanya ditujukan sebagai gula cetak saja, melainkan sudah bisa sebagai gula serbuk serta gula cair. Sedangkan untuk kelapa, lanjut Sahrida masih hanya ditujukan dalam bentuk kopra dan minyak goreng.

"Selain itu semua, bantuan ini juga ditujukan untuk memacu produksi dari kedua jenis tanaman tersebut," ucapnya.

Sejauh ini, Sahrida mengatakan, hasil produksi kelapa di Sumut sudah tergolong tinggi, tetapi untuk aren memang masih tidak begitu banyak. Selama ini tanaman aren dominan tumbuh sendiri, jadi sekarang sudah menuju untuk pengembangannya.

"Karena akhir-akhir tahun ini aren sudah kita kembangkan supaya produksinya lebih tinggi. Sedangkan kelapa memang sudah menjadi salah satu komoditi potensial di Sumut," pungkasnya. (rozie winata)

Lahan Terjal Penghasil Emas

Lahan Terjal Penghasil Emas

MUHAMMAD ISNAINI 
KAMIS 01 OKTOBER 2015 | 19:14 WIB
Dibaca (6)
Komentar (0)
getimagesize()
Di Sumatera, lahan terjal umumnya ditanami orang dengan tanaman kelapa sawit. Bibit kelapa sawit ditanam setelah terlebih dahulu dibuatkan tapak kuda. Tapak kuda adalah bagian tebing yang digali menjorok lalu dibentuk hingga ada bagian yang datar. Selain itu, dibuat juga jalur area datar yang menghubungkan tanaman-tanaman sawit. Tanah miring yang sudah ditanami dengan kelapa sawit ini jarang sekali yang longsor, karena akar serabut tanaman itu telah mencengkeram kuat semua bagian tanah sampai kedalaman 5-6 meter.
Di Jawa, kelapa sawit sangat jarang ditanam orang, karena hanya ada dua buah pabrik kelapa sawit yang bersedia membeli tandan buah segar kelapa sawit, yakni di daerah Bondowoso dan di daerah Garut. Akibatnya, ada banyak lahan terjal atau pun tanah miring yang ditanami tanaman yang tidak termasuk jenis tanaman pencegah erosi atau pun longsor. Akibatnya dapat ditebak, lahan miring akan rawan longsor selama musim penghujan. Tak jarang sampai mengambil korban harta bahkan nyawa manusia.
Sebenarnya, masih ada kerabat kelapa sawit yang tak kalah bagusnya untuk digunakan sebagai tanaman pencegah erosi dan longsor, yakni tanaman aren atau enau (Arenga Pinnata-Merr). Sebagai sesama palma berakar serabut, pohon aren juga memiliki jumlah akar yang sangat banyak dan menyebar sampai kedalaman lima atau enam meter.  
Selain dapat mencegah erosi, pohon aren juga menghasilkan banyak produk-produk unggulan yang bernilai ekonomi tinggi. Sebut saja nira, gula aren, gula semut, ethanol, methanol, alkohol, ijuk, dan kolang-kaling. Satu pohon aren setiap harinya akan menghasilkan air nira sebanyak sekitar sepuluh liter, yang jika dimasak akan menjadi 1.200 gram gula aren atau gula semut. Pohon aren budidaya biasanya mulai berproduksi pada umur 7-8 tahun. Ada pun lama masa produksinya adalah sekitar 6-7 tahun. Artinya, pada umur 13-15 tahun, tanaman aren akan mati dengan sendirinya.
Ketika diremajakan, pohon aren akan menghasilkan perkayuan sederhana, yang bisa dibuat untuk konstruksi kandang unggas atau ternak lainnya. Kayu aren ini cukup keras, lebih keras daripada kayu nibung, dengan ketebalan sekitar delapan sentimeter. Sebuah kandang ayam pedaging yang terbuat dari kayu aren, dapat bertahan selama lebih dari dua puluh tahun.
Setelah seabrek kelebihan itu, pohon aren masih punya manfaat lain. Pada lahan yang gersang dan jarang terdapat hujan, kumpulan pohon aren dapat menghasilkan mata air dibawahnya. Kebun aren yang ditanam dengan jarak empat kali lima meter dan sudah berumur lebih dari lima tahun, jika digali tanah tempat tumbuhnya, maka biasanya akan ditemukan mata air. Mata air yang airnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar manusia. Rasa airnya juga segar dan agak manis. Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini terjadi karena pohon aren bersifat menyimpan air di dalam batangnya di musim penghujan, dan mengeluarkannya melalui akar selama musim kemarau. Setiap batang pohon aren dewasa dapat menampung air sebanyak lebih kurang 200 liter.
Sudah saatnya kita memanfaatkan kelebihan pohon aren ini, pohon mana yang oleh Sunan Kalijaga diisyaratkan sebagai pohon yang berbuah emas. Pemerintah, dalam hal ini dinas pertanian dan perkebunan, harus turun tangan memberi penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana membudidayakan aren dengan baik. Pelatihan juga harus termasuk mengajarkan kepada petani bagaimana cara menyadap aren yang baik.
Di daerah Kediri, ada banyak pohon aren siap sadap yang tidak disadap, karena tidak ada orang yang tahu bagaimana cara menyadap aren. Pohon aren di sana hanya ditebang untuk diambil sagunya. Satu batang pohon aren rerata akan menghasilkan tepung sagu aren seberat 50 kg, yang harga perkilogramnya hanya sekitar enam sampai tujuh ribu rupiah. Bandingkan dengan jika ia disadap,maka akan dihasilkan gula aren asli sebanyak minimal satu ton, dengan harga perkilogramnya yang paling tidak lima belas ribu rupiah.
Bertanam aren di lahan miring, erosi dapat dibendung, emas dapat ditabung.