Selasa, 31 Maret 2009

Doktor Anau dari Pagaruyung


Dr. Ir. Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib, M.Si :
Doktor Anau dari Pagaruyung

Enau atau anau (aren --Evi) membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak. Sementara petani, untuk menambah jumlah tanaman enau, masih menggunakan cara alami: menanam bijinya. Padahal, biji enau memiliki masa tidur (dorman) sampai setahun.

Hal itulah yang membuat Raudha Thaib sebagai ilmuwan penasaram, kemudian termotivasi untuk menemukan cara lain, yakni, bagaimana mengurangi masa tidur dan jumlah tanaman baru yang dihasilkan tak hanya satu batang.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas ini pun tersenyum. “Alhamdulillah, untuk langkah awal saya berhasil dan dari situ pulalah saya bangga menyandang gelar doktor dengan bidang telitian dan temuan yang terbilang langka,” kata penulis buku Seri Alam Minangkabau “Nik Reno jo Cucunyo” berbinar.

Menurutnya, tanaman enau bisa dikembangbiakan secara buatan, baik rekayasa genetika atau kultur jaringan. Hal itu, karena Upik, menemukan cara untuk menghilangkan senyawa fenolik yang membuat biji enau berada dalam masa tidur yang lama. Upik menerangkan dengan jabaran ilmiah, hal itu dalam disertasi doktoral berjudul Regenerasi In Vitro Tanaman Enau (Arenga pinnata Merr.) melalui Embriogenesisi Somatik. Dengan ditemukan teknik tersebut, pengembangbiakan enau bisa dilakukan lebih cepat lagi.

Temuan Upik menghasilkan, masa dorman enau bisa dikurangi sampai 141,07 hari. Sementara itu, jumlah tanaman baru yang dihasilkan, tak lagi satu batang sebagaimana selama ini pola alami. Tetapi bisa mencapai 6-21 batang. “Temuan saya ini sebuah langkah awal, dan dalam waktu dekat belum bisa diaplikasikan oleh petani,” kata Upik, yang meraih doktor di usia 60 tahun ini menambahkan, kerja ilmuwan sesungguhnya mencari formula yang memudahkan petani/orang lain memanfaatkannya.

Upik mengenal enau- dan tentu paham akhirnya—dari lingkungan masa kecilnya di Istana Pagaruyung Batusangkar. Yang menarik bagi Upik, baik dari ilmu pertanian, sosial dan budaya, hampir seluruh bagian dari enau, bisa bermanfaat bagi masyarakat. Ijuknya untuk atap rumah, niranya untuk gula aren atau cemilan gula-gula, daunnya yang telah dibuang lapisan lilinnya untuk pembungkus rokok.

“Banyak sekali manfaat anau ini,” tukas upik, dan, ia menambahkan, ijuknya digunakan sebagai atap, seperti rumah gadang atau Istana Pagaruyung yang terbakar Februari 2007, berfungsi untuk menahan hawa panas dari luar. Efeknya, hawa sejuk dari dalam yang ditawarkan ijuk tersebut.

Mantan atlit PON V dari Sumbar ini tertarik dengan enau, karena menurut pencermatannya, enau bagi masyarakat Minang, tidak semata tanaman yang memberi pemasukan secara ekonomi. Tetapi, enau juga merupakan tumbuhan konservasi. Tumbuhan seperti ini tidak boleh ditebang sembarangan. Hukum adat di Minangkabau, ditegaskan Upik, melindungi tumbuhan yang ada di hutan.

“Bicara soal kenservasi, sesungguhnya dibutuhkan kearifan lokal. Ternyata saat ini, kearifan lokal itu pula yang mulai runtuh,” kata Upik risau. Keturanan ke-13 Raja Pagaruyung ini menjelaskan, kearifan lokal memiliki kekuatan sosial dan kultural semestinya, termasuk melindungi hutan. Sayang, banyak yang mengabaikan nilai kearifan lokal, hutan ditebang liar oleh mereka dengan kekuatan uang, hingga bencana datang pun kita tak arif apa penyebabnya.

Dalam enau, kata salah seorang dewan pakar Gebu Minang ini, tersirat nilai pelestarian lingkungan yang penting dianut masyarakat. Untuk tanaman enau ini misalnya, bisa hidup pada kemiringan tanah sampai 20 derajat, serta sebaran akar serabutnya hingga 10 meter dengan kedalaman tiga meter.

Upik berharap, penelitiannya ini bisa memberi sumbangan positif bagi perkembangan ilmu dan teknologi budidaya tanaman enau. Setidaknya merupakan informasi dan acuan dalam melakukan perbanyakan dan perbaikan tanaman enau melalui embriogenesis somatik dapat menghasilkan bibit enau berkualitas tinggi, mempunyai kemampuan adaptasi dengan lingkungan, dalam jumlah yang banyak dan waktu yang relatif singkat. (Yusrizal KW)

Salam,
-- Evi Indrawanto
DIVA'S Palm Sugar
Organic Sugar for All Purpose Sweeteners

Sumber : dari FBnya Evi Indrawanto

(Makasih ya mBak Evi!!!)

Jumat, 27 Maret 2009

AGAR NASIB PETANI AREN TETAP MANIS

AGAR NASIB PETANI AREN TETAP MANIS 

Oleh : Dian Kusumanto

 Judul diatas terinspirasi dari tulisan dinding FB dari Ibu Evi Indrawanto sang Juragan Gula Aren dari Diva Maju Bersama Serpong. Beliau bermitra dengan banyak petani Aren yang ada di daerah sekitar beliau tinggal. Beliau sangat senang sekaligus mengkhawatirkan mana kala Revolusi Aren nanti menjadi semarak seperti Tebu dan Sawit, nasib petaninya tidak seperti rasa gulanya yang manis. Sepertinya Bu Evi ini adalah seorang Pengusaha yang sangat Nasionalis, bukan penganut Kapitalisme Laissez Faire, Kapitalisme yang membiarkan petani berhadapan dengan monster-monster Kapitalis yang siap menerkamnya.

Kata Bu Evi begini, “ ……………..Kalau menyangkut revolusi aren, alhamdulillah bila Pak Prabowo mengujudkannya. Mudah2an ini bukan janji hanya selama kampanye. Tapi akhirnya perasaan saya jadi ambigu, Pak. Antara senang dan kuatir. Senang, jika aren sdh merebak saya tidak akan kekurangan bahan baku lagi. Kuatir, kalau suatu hari nasib petani aren akan seperti nasib petani tebu. Gula mereka manis tapi nasib mereka tidak seperti itu. Tidak tahu lah Pak, kita lihat saja apa yg akan terjadi. Sementara untuk usaha sendiri, dijejalin begitu banyak informasi, memiliki teman-teman yg perduli, saya tetap yakin selalu sukses..............”.

Bagaimanapun petani adalah bagian masyarakat kita yang sangat lemah dan rentan terhadap perubahan-perubahan kebijakan, perubahan kondisi ekonomi, perubahan situasi politik. Demikian juga petani Aren, yang selama ini juga belum diperhatikan, belum diberdayakan. Namun perlu kita kembali ke belakang untuk melihat bagaimana sebenarnya yang terjadi pada petani tebu kita itu, salahnya dimana, sehingga petaninya bernasib tidak seperti rasa gulanya yang manis. Setelah itu kita melihat ke depan melalui mata kepala petani Aren kita yang akan datang.

Kebanyakan petani tebu memang banyak kelemahannya sehingga nasibnya belum manis, mungkin antara lain karena hal-hal berikut ini :
1. Penguasaan lahan rata-rata petani yang masih sangat terbatas dan minim. Rata-rata kepemilikan lahan di Jawa hanya sekitar 0,2 - 0,4 hektar.
2. Produktifitas Tebu yang semakin menurun, sekarang hanya sekitar 7-8 ton Gula Hablur per hektar per musim.
3. Harga Gula tingkat petani tidak aman, tidak ada proteksi dan masih sering menjadi korban keadaan ekonomi Nasioal, Regional dan Global.
4. Industri Gula Tebu kita yang sangat tidak efisien, baik pada penggunaan teknologi dan peralatan yang sudah usang, serta pola manajemen industri tebu yang tidak fleksibel.
5. Kebijakan Pemerintah yan belum sepenuhnya berpihak kepada Petani.
6. Posisi tawar dari petani tebu yang masih lemah dan sering dijadikan korban.
7. dll.

Saya rasa untuk pengembangan Revolusi Aren kita bisa bercermin kepada 6 hal diatas, agar nasib petani Aren kita tidak seperti nasib petani Tebu. Namun kita semua akan sangat yakin bila petani Aren kita akan bisa hidup lebih baik dan tidak seperti nasib petani tebu. Beberapa hal yang membuat kita sangat optimis adalah sebagai berikut :

1. Produktifitas dari Aren sendiri secara indogen yang sangat bagus. Tinggal bagaimana kita bisa memilihkan jenis bibit yang memang berpotensi produksi tinggi. Dengan pohon yang tidak dipelihara dan dengan jumlah pohon yang sedikit saja petani Aren sudah mendapatkan hasil yang lumayan, apalagi jika dilakukan pemeliharaan yang baik dan dengan jumlah pohon yang dipanen lebih banyak, tentu hasilnya akan sangat luar biasa. Tidaklah terlalu berlebihan seandainya setiap pohon menghasilkan nira 10 liter per hari, dan tidak berlebihan seandainya dari 200 pohon dalam setiap hektar yang rutin menghasilkan nira adalah 50% atau 100 pohon, jadi setiap hari dari setiap hektar kebun aren akan menghasilkan 1.000 liter nira.

Kalau pohon dirawat dengan baik dan standar tentu tidak sulit untuk meningkatkan hasil nira menjadi 20 liter/hari/pohon, dan meningkatkan pohon yang bisa dipanen sekitar 80 % atau 160 pohon setiap hari, maka hasil niranya bisa meningkat menjadi 3.200 liter/hari/hektar.

2. Pemilikan jumlah pohon dan luas lahan yang cukup. Lahan untuk Aren adalah bukan lahan sawah, tetapi kita pilihkan lahan-lahan yang miring, lahan-lahan yang kering, lahan-lahan bekas hutan yang tidak produktif. Bisa juga kita manfaatkan lahan pekarangan atau tegalan yang selama ini belum produktif ataupun bisa juga bertumpangsari dengan tanaman tahunan lainnya.

3. Petani Aren bisa saja tidak tergantung dengan Pabrik Besar Gula, tidak seperti petani Tebu yang pasti sangat tergantung dengan Pabrik Gula. Maka petani Aren sebenarnya masih sangat bebas menentukan masuk atau tidak masuk dalam industri Gula Besar, namun memlih mengolah sendiri niranya menjadi Gula atau Alkohol atau yang lainnya. Artinya bergaining position atau posisi tawar petani Aren bisa lebih baik dari pada petani Tebu kita. 

4. Belajar dari para Perajin Industri Maple Syrup di Canada dan Amerika, yang mana mereka, masing-masing perajin sudah mempunyai merek dan patent dari produknya secara sendiri-sendiri. Petani dan sekaligus perajin bisa langsung mengakses pasar Super Market ataupun langsung bertransaksi dengan para Importir di negara lain melalui Asosiasi sesama produsen diantara mereka. Jadi bisa dikatakan mereka dalam posisi tawar yang sangat kuat dalam menentukan harga dan ketentuan dalam perdagangan lainnya.

5. Teknologi yang diterapkan untuk industri produk-produk Aren haruslah yang efisien dan berorientasi pada industri kecil-kecil saja. Kalau indusri besar biar mereka berfikir sendiri. Akan semakin baik bila yang menghidupkan bisnis Aren ini semakin banyak, tidak dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan yang besar saja apalagi oleh kapitalis yang tidak nasionalis. Kalau bisa jangan sampai ini terjadi di Industri Aren kita yang akan datang.

6. Oleh karena itu Penelitian dan Pengembangan Aren harus dikelola dengan baik, bisa saja Litbang ini dikelola dan dibiayai dari Pemerintah ataupun oleh pihak independen yang didukung oleh para Asosiasi Aren. Dengan Litbang yang aktif maka segala sisi Bisnis Aren ini akan bisa terus berkembang dengan sangat efisien dan unggul, kelemahan-kelemahan yang mungkin akan terjadi bisa terdeteksi sedini mungkin. Litbang bisa jadi berfungsi sebagai intelijen bisnis Aren, baik secara teknologi, rekayasa sosio-economic, dll.

7. Kelembagaan dalam Bisnis Aren harus ditata dengan sangat baik membentuk jalinan networking yang mempunyai semangat dan ruh dalam membela kepentingan petani Aren Indonesia. Mulai dari Asosasi Petani Aren, Asosiasi Peneliti Aren Indonesia, Asosiasi Produsen Bibit Aren Indonesia, Asosiasi Produsen Gula Aren, Asosiasi Produsen Bioethanol Aren, Asosiasi Pebisnis Aren, Dewan Revolusi Aren Nasional, dll.

8. Dengan demikian mau-tidak mau Pemerintah harus berpihak kepada kepentingan petani dan para pebisnis Aren Indonesia. Karena bisa jadi para pelaku bisnis Aren nantilah yang bisa memilih dan menentukan mana-mana pejabat yang berpihak dan yang patut memimpin negeri ini. Demikian juga di daerah, para pemimpin daerah yang berpihak petanilah yang akan dipilih, yang tidak berpihak sebaiknya tidak usah dipilih.

Bagaimana menurut Anda ???

Selasa, 17 Maret 2009

Komentar dan Tanggapan di forum diskusi Pak Prabowo Subianto

Komentar dan Tanggapan di forum diskusi Pak Prabowo Subianto

http://public.kompasiana.com/2009/03/04/prabowo-subianto-pengalaman-sngkat-saya-bermilis/

Komentar saya di forum diskusinya Pak Prabowo Subianto :

dian kusumanto, 7 Maret 2009 jam 11:32 am 

Salam Aren Pak!!
Saya adalah sebagian orang yang sedang bergiat dengan AREN untuk masa depan. Saya sangat yakin, seperti Bapak juga dengan prospek Aren. Oleh karenanya saya mencoba membangun pemikiran, konsep untuk membangun Industri berbasis Aren untuk masa depan Indonesia. Tentang Aren menyangkut berbagai halnya saya himpun dalam satu blog http://kebunaren.blogspot.com. Di dalamnya ada juga beberapa berita dan pemikiran Bapak. Saya yakin Bapak akan sukses dan menjadi harapan para petani yang lama terlupakan, yang lama dilupakan kemampuannya.
Padahal petani yang demikian besar jumlahnya akan menjadi kekuatan yang besar bagi modal memulihkan kejayaan Indonesia Raya. Petani perlu diGerakkan, dihidupkan, di’uwong’kan, dikuatkan kelembagaannya, modalnya, …………….. Bapak lebih tahu.

Hidup Indonesia Raya, hidup Petani Indonesia!!

Hidup AREN ……………!!!

Tanggapan dari Pak Prabowo Subianto :

Prabowo Subianto, 7 Maret 2009 jam 7:39 pm 

Saudara Dian Kusumanto yang saya banggakan,

Saya sengaja berusaha mampir sebentar ke blog Saudara Dian. Apa yang Saudara tulis, sangat berguna bagi banyak orang. Dan Saudara sudah duluan bergerak di bidang Aren ini, mulai dari pembibitan dan penanaman. Luar biasa. Teruskan upaya mulia ini. Dan teruskan untuk mensosialisasikannya. 

Terima kasih atas info Saudara.

Salam Indonesia Raya

Senin, 16 Maret 2009

KEJUTAN BESAR “REVOLUSI AREN”

KEJUTAN BESAR “REVOLUSI AREN”

Oleh : Dian Kusumanto

 Sungguh saya tidak percaya awalnya, pada saat Mas Roy Hendroko mengirim sebuah SMS, bahwa AREN masuk dalam Program Aksi perjuangan Pak Prabowo Subianto. Saya agak telat tahu karena dalam Bulan Maret ini sering terjadi gangguan koneksi internet Speedy di Kota Nunukan. Maklum, kota Nunukan ada di ujung utara NKRI yang berbatasan langsung dengan Sabah Malaysia.


 Ledakan besar “Revolusi Aren” memang belum terjadi. Namun pada saat awal-awal saya memulai membuka blog ini (http://kebunaren.blogspot.com) yaitu pada Bulan April 2008, saya memperkirakan paling cepat akan terjadi 1 atau 2 tahun yang akan datang. Fenomena terakhir bisa jadi bagian dari awal terjadinya “revolusi Aren” itu.

 Program aksi Pak Prabowo Subianto telah menyebutkan angka yang sangat jelas dan tidak ragu-ragu, yaitu 4 juta hektar Aren dan akan menampung 24 juta orang tenaga kerja. Nampak sekali jika angka-angka itu tidak main-main, angka yang sudah dihitung secara cermat dari kombinasi yang sangat pas antara seorang negarawan, seorang pengusaha dan seorang pejuang yang hidup di tengah keprihatinan multi kompleks.

 Kanjeng Sunan Bonang adalah Sang Wali, bagian dari Wali Songo. Beliaulah yang pada awalnya memberikan isyarat tentang prospek emas dari pohon Aren. Ada ungkapan yang mengatakan, bahwa yang tahu wali ya wali juga, artinya yang paham isyarat wali ya wali juga, yang mampu menterjemahkan isyarat kemudian menjadi revolusi dengan ledakan yang dahsyat adalah seorang wali juga. Isyarat Kanjeng Sunan Bonang bahwa ada prospek emas di pohon Aren itu pertama kali ditunjukkan kepada si Raden Said alias si Brandal Loka Jaya, yang akhirnya menjadi Wali juga, yaitu Sunan Kalijogo. Sunan Kalijogo adalah seorang Wali yang paling inovatif dalam berdakwah.

 Selama berabad-abad isyarat ini terkubur oleh masa-masa suram perjalanan bangsa Nusantara ini, penjajahan, kebodohan, keangkuhan, kesombongan, keegoan, arogansi kekuasaan, arogansi pemikiran dll. Isyarat ini ibarat harta karun yang terpendam dan terlupakan selama berabad-abad lamanya oleh hiruk pikuknya zaman “kolobendu”. Hanya seorang satriyo piningitlah, yang hakekatnya juga seorang wali, yang akan mampu mengangkat lagi harta karun kejayaan Nusantara ini. Harta karun ini akan dapat membayar seluruh hutang negara, membeli kembali harkat martabat bangsa yang telah terjual, mengatasi seluruh masalah-masalah yang membuat negara bangsa ini terpuruk.

 Apakah Sang Satriyo Piningit itu telah datang? Wallohu alam bi shawwab. Bagaimana menurut Anda???