Sabtu, 20 Maret 2010

Skema Jembatanisasi dan Pipanisasi Kebun Aren

Skema Jembatanisasi dan Pipanisasi Kebun Aren
Oleh : Dian Kusumanto (Aren Foundation)



Jembatan seperti ini kalau disambungkan dari pohon ke pohon dengan jarak antar pohon 5 atau 6 meter akan sangat menghemat tenaga. Sebab memanjat naik dan turun pohon ini harus dilakukan para penyadap/ penderes nira setiap pagi dan sore.



Pipanisasi pada pohon Maple ini sebenarnya bisa diterapkan untuk penyadapan nira pada pohon Aren, Kelapa dan Siwalan. Namun memang ada bedanya antara Nira Maple dengan Nira Palem-paleman yaitu pada nilai kadar gula. Nira Maple berkadar gula 2%, sedangkan Nira Palem (Aren, Kelapa, Siwalan dan Nipah) berkadar gula sekitar 10 - 15%. Selain itu, Nira Maple tidak mudah terfermentasi sedangkan Nira Palem sangat mudah berubah sifatnya karena mudah terfermentasi.



Nira yang keluar dari pohon Maple di salurkan dari batang yang dibor dan dipasang logam penyambung dengan selang plastik atau pipa plastik menuju pipa (semacam paralon) yang menghubungkan satu pohon dengan pohon yang lainnya. Selang penghubung dan penyalur Nira ini dibuat agak panjang, agar bisa fleksibel diatur naik atau turun menyesuaikan ketinggian pipa.




Kegiatan harian seperti ini, membawa naik turun jerigen yang berisi Nira, mengandung resiko bagi yang bekerja. Oleh karena itu jika frekuensi kerja tinggi dengan banyaknya pohon Aren nanti, maka langkah-langkah antisipasi pengamanan dan efesiensi dengan menerapkan jembatanisasi dan pipanisasi, tentu akan turut mengurangi resiko para pekerja dari kecelakaan. Sebab selama ini belum ada penjaminan resiko kecelakaan kerja dari para penyadap Nira.



Pola Jembatanisasi dan Pipanisasi Nira adalah suatu jawaban atas sistem pengelolaan Perkebunan Aren yang Modern di masa yang akan datang. Penerapan pola jembatan dan pipanisasi nira ini mengadopsi teknologi yang sudah diterapka pada komoditi lain. Jembatan mengadopsi cara petani Siwalan di Tuban Jawa Timur dan pada perkebunan Kelapa di Phillippina. Sedangkan pipanisasi nira mengadopsi teknologi dari industri Maple Syrup di Canada.

Dengan sistem ini jumlah tenaga penyadap bisa dikurangi, mutu nira bisa lebih baik, lebih cepat dikelola,karena nira terus mengalir dari pohon langsung ke jaringan pipa dan langsung diolah menuju pabrik. Yang masih menjadi kemasgulan adalah sistem pengawetan atau pembersihan pipa dari kemungkinan cepatnya terjadinya fermentasi dari Nira Aren. Namun kemasgulan itu sedikitnya sudah terjawab dengan penggunaan pengawet alami seperti Asap Cair dari batok kelapa dan bahan pengawet alami lainnya.



Cara penampungan Nira dengan Jerigen yang diletakkan di bawah, sedangkan Nira dialirkan dari tandan melalui corong plastik yang dihungkan dengan plastik roll yang panjang diarahkan menuju jerigen yang berada di bawah. Cara ini berasal dari Palu Sulawesi Tengah dan sampai ke telinga penulis dari seorang pedagang yang pernah bertemu di perjalanan antara Tarakan Nunukan. Rupanya banyak Petani Aren di Palu yang melakukan peyaluran dengan selang plasti atau plastik roll dan penampungan nira dengan jerigen yang diletakkan di bawah pohon.



Frekuensi naik turun pemanjatan pohon Aren yang dilakukan pagi dan sore adalah 4 kali, naik dua kali dan turun dua kali, jumlahnya empat kali naik dan turun. Kalau 1 hektar ada 200 pohon, maka frekuensi naik turun pohon Aren setiap harinya adalah 4 kali per pohon per hari untuk 200 pohon per hektar, jadi ada 800 kali naik turun per hektar setiap harinya.



Dengan pola Jembatanisasi seperti skema diatas, maka frekuensi naik turun menyeberang pohon ke pohon adalah 2 kali (yaitu naik atau turun atau menyeberang se kali pada pagi hari, kemudian diulang lagi untuk sore harinya). Kalau ditimbang-timbang tentu sangat menguntungkan sebab mengurangi resiko jatuh, mempercepat Nira sampai di penampungan, menambah kapasitas dan kecepatan sadap setiap petani, meningkatkan mutu nira menjadi lebih baik lagi, dan beberapa keuntungan lainnya.

(Aren Foundation)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.