Gula Aren Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes
Biasanya,
penderita diabetes selalu dianjurkan untuk mengonsumsi pemanis buatan
sebagai pengganti gula pasir. Walaupun pemanis buatan tidak menaikkan
kadar gula darah, namun ia memiliki efek samping yang dapat merusak
syaraf. Menurut H. J. Roberts, M.D., efek samping pemanis buatan bisa
sangat fatal, yaitu kejang-kejang dan kematian. Efek lainnya yaitu:
sakit kepala/migrain, pusing, sakit persendian, mual, mati rasa, kejang
otot, kegemukan, gatal-gatal, depresi, kelelahan, lekas marah,
tachycardia, insomnia, kebutaan, ketulian, jantung berdebar, sesak
nafas, kecemasan, gangguan berbicara, kehilangan indra pengecap, telinga
berdengung, vertigo, dan lupa ingatan. Jadi diperlukan pemanis lain
yang lebih aman dibandingkan pemanis buatan. Pemanis alternatif yang
aman tersebut tiada lain adalah gula aren.
Ada empat keunggulan yang dimiliki oleh gula aren. Pertama, rasanya manis dan lezat, pas dengan lidah orang Asia dan Indonesia. Kedua, gula aren memiliki Indeks Glisemik yang sangat rendah yaitu IG 35, artinya penyerapan glukosa berlangsung lambat sehingga pankreas tak perlu kerja keras lagi. Jangankan bagi orang sehat, pada beberapa penderita diabetes terbukti turun kadar gula darahnya setelah mengganti gula putih dengan gula aren. Selain itu IG yang rendah membuat glukosa diserap secara perlahan yang berarti pula, energi tercipta secara perlahan sehingga tubuh bugar lebih lama. Ketiga, selama proses pembuatannya, tak ada sedikitpun bahan kimia yang ditambahkan, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi. Keempat, gula aren banyak mengandung unsur farmakologi yang bermanfaat seperti Riboflavin, Thiamin, Niacin, Ascorbic Acid, Kalsium dan lain-lain.
Riboflavin membantu pembentukan antibodi, membantu terbentuknya energi, memperbaiki kerusakan sel saat proses produksi energi, dan memperbaiki jaringan sistem pencernaan. Thiamin berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme energi , membantu tubuh menggunakan protein, serta memperkuat sistem syaraf. Niacin berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme glukosa, lemak dan alkohol. Selain itu Niacin juga meningkatkan fungsi kerja otak dan menurunkan kadar kolesterol LDL. Ascorbis Acid memiliki fungsi antibiotik, mencegah asma dan dapat mencegah kanker.
Jadi jika Anda ingin tetap menikmati manis tanpa takut dengan resiko diabetes, pakailah gula aren. Gula aren adalah solusi hidup sehat yang nikmat dan lezat. Kecap, saus, sirup, serta aneka kue basah maupun kering merupakan jenis-jenis bahan konsumsi yang akrab dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada makanan atau minuman itu biasanya terkandung pemanis. Sering kali masyarakat kurang menyadari apakah pemanis yang ada dalam bahan konsumsi itu aman bagi kesehatan atau tidak. Padahal, tidak sedikit dari makanan atau minuman tersebut menggunakan pemanis buatan yang notabene membahayakan kesehatan. Demi menghindari efek negatif dari pemanis buatan, seyogianya masyarakat kembali ke alam alias mengonsumsi makanan dan minuman yang dibuat dari gula asli. Salah satu jenis pemanis natural itu ialah gula dari pati-patian (starch sweetener).
Gula aren atau sering juga disebut gula merah merupakan salah satu jenis starch sweetener. Gula aren kerap diasosiasikan pula dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Salah satu jenis tanaman yang masuk keluarga palma ialah pohon enau (Arenga pinnata). Tanaman itu memiliki akar yang kuat dan menjalar ke mana-mana. Selain menghasilkan nira sebagai bahan baku gula aren, enau memberikan banyak manfaat bagi manusia. Beberapa di antaranya ialah buahnya dapat dibuat kolang-kaling sebagai campuran makanan atau minuman, serta ijuknya untuk resapan air, dibuat sapu atau alas lantai (keset). Pohon enau yang sudah berusia 15 sampai 20 tahun dapat menghasilkan nira sebanyak 8 liter per hari dan 25 sampai 35 kilogram kolangkaling. Namun, pada umumnya pohon enau tidak disukai petani, sebab akarnya menjalar ke manamana sehingga merusak tanaman di sekitarnya. Biasanya pohon tersebut tumbuh dan berkembang biak dengan baik di hutan-hutan.
Dadang Gusyana, Information Officer Indonesian Biotechnology Information Center (IndoBIC), mengatakan gula aren yang dihasilkan dari enau berasal dari bunga (mayang) yang belum mekar.
Bunga tersebut diikat kuat, terkadang ditekan dengan dua batang kayu pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran pun terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk memekarkan bunga akhirnya menumpuk menjadi cairan gula, dan bunga pun membengkak.
Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut.
Cairan tersebut kemudian diambil secara bertahap, biasanya dua hingga tiga kali pengambilan. Setelah itu cairan dipanaskan dengan api sampai mengental. Apabila sudah benar-benar kental, cairan dituangkan ke mangkuk-mangkuk yang terbuat dari daun palma. Gula pun siap dipasarkan. “Secara umum, pemanis yang terbuat dari nira aren terbilang alami dan organik karena diproduksi tanpa memakai zat kimia sintetis maupun pewarna buatan,” papar Dadang yang juga alumnus jurusan biologi Universitas Padjajaran, Bandung.
Berdasarkan hasil penelitian Philippine Food and Nutrition Research Institute, diketahui bahwa gula aren memiliki kandungan makro nutrien yang lebih banyak daripada madu dan gula tebu.
Selain itu, gula aren mengandung nitrogen, klorida (Cl), sulfur, dan boron yang tidak dimiliki pemanis lainnya. Secara alamiah, gula aren yang biasanya digunakan untuk pemanis pada kecap memiliki Index Glycemic (GI) yang rendah. Hal itu menunjukkan gula aren aman dikonsumsi oleh pengidap diabetes atau efektif untuk menurunkan berat badan. Gula aren melepaskan energinya secara perlahan (slow energy release) sehingga tidak akan terjadi kenaikan atau penurunan kadar gula secara tiba-tiba, terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Sumber : http://jasapembuatanweb.co.id/keluarga/gula-aren-pemanis-alami-khusus-untuk-penderita-diabetes-gula-aren-aman-dikonsumsi-penderita-diabetes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda.