Sabtu, 23 Agustus 2014

PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA MAKIAN KECAMATAN BACAN SELATAN, HALMAHERA SELATAN


 PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA MAKIAN KECAMATAN BACAN SELATAN, HALMAHERA SELATAN

Yayat Hidayat, M. Syukur, dan Tufail I.A.
BPTP Maluku Utara
Komplek Pertanian Kusu No. 1 Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan
email : yahidz_79@yahoo.com

           Pengusahaan aren di Desa Makian, Kecamatan Bacan Selatan, telah dilakukan secara turun temurun sebagai industri rumah tangga (home industry). Nurdin Elyas (2004), menyatakan bahwa industri rumah tangga atau home industry adalah usaha atau kegiatan untuk memproses dan mengolah suatu barang kebutuhan rumah tangga. Di mana pengolahan nira aren menjadi gula aren merupakan proses pengolahan yang bahan baku utamanya adalah dari produk pertanian. 

Usaha pengembangan aren di Desa Makian Kecamatan Bacan Selatan masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan dalam kegiatan agroindustri. Di samping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif sebagai sumber daya lahan pengembangan aren, juga potensi sumber daya manusia yang mendukung dalam kegiatan agroindustri aren di desa tersebut, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan lingkungan hidup.

Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan pengolahan gula aren di Desa Makian  yang berskala rumah tangga berkembang cukup pesat karena teknologinya cukup sederhana, peralatan serta bahan yang diperlukan relatif mudah diperoleh di pedesaan. Namun, pada proses pemasarannya belum didukung oleh terbentuknya lembaga pemasaran/koperasi yang secara khusus menangani pemasaran gula aren. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pengkajian untuk 1) mengetahui prospek pengolahan gula aren di Desa Makian, 2) mengetahui kelayakan usaha tani gula aren, dan 3) efektifitas kelembagaan pemasaran gula aren di Desa Makian .

1.       Pemilihan dan Penyadapan Nira


Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
ü   Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepung sari yang jatuh.
ü   Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.

Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali. Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.

Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bambu sebagai penampung nira yang keluar.

Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Rata-rata hasil sadapan nira tiap harinya 10-15 liter, tergantung banyaknya jumlah pohon aren yang disadap. Pada setiap penggantian bumbung bambu dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancar. Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4 bulan sampai tandan mengering.

2.       Cara pengolahan

1)  Ambil bumbung dan dibersihkan, kemudian diberi kapur sirih basah seujung sendok teh.
2)    Bersihkan alat-alat pembuatan gula aren.
3)  Pengambilan nira sebaiknya dua kali dalam sehari untuk menghindari keasaman.
4)    Masak nira selama kurang lebih 3-4 jam sesuai dengan banyaknya nira yang dimasukkan ke wajan. Masak dalam panas api lebih dari 200 0C dengan sebaran panas yang merata.
5)  Jika nira sudah mulai mengental, maka bagian pinggir wajan harus digosok dengan alat sutil agar tidak terlalu banyak gula yang mengering di pinggir.
6)   Setelah benar-benar menjadi gula, kemudian diangkat dari api, digosok bagian pinggir adonan dengan gerakan melingkar selama kurang lebih ½ - 1 jam.
7) Rendam cetakan dalam air beberapa menit. Masukkan gula dalam cetakan dan biarkan selama 10 menit.
8)   Selanjutnya dikemas dengan daun pisang dan untuk siap di pasarkan. (proses pengolahan gula aren dapat dilihat pada Lampiran)

3.       Proses Pengolahan Gula Aren

Pembuatan gula aren pada prinsipnya terdiri atas proses pemanasan, pengadukan dan pencetakan, seperti yang terdapat pada diagram alir (Gambar 1).



  


4.       Prospek Gula Aren di Desa Makian

a.       Faktor Endowment atau Faktor Sumber Daya yang Melimpah

Dilihat dari potensi sumber daya alam yang mendukung, peluang pengembangan aren di desa Makian masih terbuka. Di mana luas areal pertanaman aren sekitar 450 ha dengan kepadatan populasi aren di desa Makian rata-rata antara 35 – 50 pohon/ha, dan pohon aren tersebut tumbuh liar di lahan-lahan petani tanpa dibudidayakan secara intensif. Pemanfaatan pohon aren tersebut dimanfaatkan dengan diambil niranya oleh masyarakat untuk diolah menjadi gula aren. Rata-rata pengrajin gula aren di Desa Makian menyadap pohon aren antara 20 – 25 pohon/hari.

Nira yang dihasilkan per pohon di desa Makian rata-rata 10 – 15 L/hari dengan penyadapan dilakukan pagi dan sore. Produksi gula yang dihasilkan dari penyadapan sekitar 25 pohon aren, dihasilkan + 72 buah gula aren atau + 24 kg/hari. Dengan adanya potensi sumber daya pertanian yang melimpah tersebut, maka dalam kegiatan agroindustri produk gula aren dari desa Makian mempunyai daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

b.      Sumber Daya Manusia

Daya dukung sumber daya manusia di desa Makian dalam pengolahan gula aren sangat potensial, di mana pengusahaan aren tersebut telah dilakukan secara tutun-temurun (home industry). Pengolahan gula aren merupakan usaha pokok bagi sebagian masyarakat yang berusaha dalam pengolahan gula aren, sedangkan usaha pertanian khususnya tanaman perkebunan biasanya dijadikan sebagai usaha sampingan dalam mengisi waktu-waktu luang pada proses pengolahan gula aren tersebut. Dalam proses pengolahan gula aren tersebut, biasanya dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Di mana pada proses penyadapan dilakukan oleh kepala keluarga/anak yang dewasa, sedangkan pada proses pengolahan dilakukan oleh beberapa orang (ayah, ibu dan anak) yang biasanya dilakukan pada siang hari setelah nira terkumpul. Sehingga dengan banyaknya pengrajin gula aren yang profesional tersebut merupakan potensi bagi pengembangan gula di desa Makian dalam kegiatan agroindustri.

Pengolahan gula aren di desa Makian yang dilakukan dalam skala home industrydilakukan secara kontinyu. Gula aren dipasarkan langsung ke pasar lokal melalui pedagang pengumpul, sehingga ketersediaan gula aren untuk di pasar-pasar lokal di wilayah Halmahera Selatan dapat terus tersedia. Potensi yang dimiliki di desa Makian tersebut merupakan keunggulan komparatif yang perlu dikembangkan dalam kegiatan agroindustri pengolahan gula aren sebagai usaha home industry

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Bungaran Saragih (2001) pengertian yang lebih operasional dari keunggulan daya saing adalah kemampuan untuk memasok barang dan jasa pada waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun pasar internasional, pada harga sama atau lebih baik dibandingkan dengan pasar pesaing, dengan keuntungan paling tidak sebesar biaya opportunitas sumber daya yang digunakan.

5.       Analisis Usaha Tani

Analisis finansial menunjukkan pengusahaan aren di desa Makian sangat menguntungkan. Pada pengusahaan gula aren secara riil, tenaga pengolah dan bahan bakar kayu tidak dikenakan biaya. Hal ini dikarenakan tenaga pengolah adalah tenaga kerja keluarga sehingga pada kenyataannya tidak diperhitungkan, sedangkan bahan bakar kayu menggunakan kayu yang ada di kebun petani/pengolah, dari hutan yang letaknya berdekatan dengan kebun petani/pengolah.

Berdasarkan hasil analisis finansial dengan memperhitungkan semua masukkan (input) termasuk tenaga kerja dalam keluarga dan bahan bakar kayu disetarakan berdasarkan pembelian dari orang lain, dalam proses produksi gula aren di desa Makian, ternyata masih tetap memberikan keuntungan. Dari analisis tersebut, rata-rata produksi petani pengolah gula aren per bulan dengan rerata hari efektif 22 hari kerja sebanyak  1.584 buah dengan harga jual Rp. 3.000,- /buahnya, sehingga penerimaan yang didapat petani sebesar Rp. 4.752.000/ bulan. Keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp. 1.147.500,- dan nilai  R/C-nya 1,32 berarti bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan dari kegiatan agroindustri gula aren akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,32. Maka kegiatan pengolahan gula aren sebagai kegiatanhome industry di Desa Makian layak untuk terus diusahakan dan dikembangkan.
Tabel 2.  Analisis usaha pengolahan gula aren per bulan di desa Makian





Sumber : Data primer diolah

Kelembagaan, Pemasaran, dan Prospek Pengembangan

Pemerintah Daerah harus mengambil kebijakan yang mencakup seluruh aspek yang berkenaan dengan budi daya aren sampai dengan proses pemasaran. Peran stake holder dalam usaha tani gula aren sangat menentukan keberhasilan pengembangan gula aren khususnya di Desa Makian, Kecamatan Bacan Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan. 

Kebijakan tersebut antara lain : 
(1) memfasilitasi sistem usaha pengolahan hasil aren bersama investor dan stake holder lainnya dalam rangka menumbuhkembangkan agroindustri (off farm ); 
(2) koordinasi dengan instansi terkait untuk pengembangan gula aren terutama Dinas Perkebunan, Industri dan Perdagangan, Koperasi, dan Bappeda; 
(3) meningkatkan jaringan  kerja antarpetani produsen dengan para asosiasi pengumpul gula merah di daerah, antardaerah  maupun nasional dan menyediakan informasi pasar; 
(4) pembangunan sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar akses transportasi dan pemasaran; 
(5) mengadopsi teknologi untuk mendukung budi daya aren dan pasca panen pengolahan gulan aren; dan 
(6) menetapkan kawasan pengembangan aren di Kabupaten Halmahera Selatan yang potensial dan sesuai agroklimatnya, sentra baru penghasil gula aren.

Guna mendukung pengembangan usaha tani pengolahan gula aren di Desa Makian diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh petani dalam mengelola usaha taninya melalui pembinaan berorganisasi (kelompok tani) serta memanfaatkan lembaga yang sudah ada seperti UPP, Koperasi, menciptakan koordinasi yang baik antara perangkat-perangkat yang terkait dalam melaksanakan pembinaan serta menumbuhkembangkan dan membina kelembagaan petani, membangun kerja sama yang setara atau saling menguntungkan, baik investor bidang industri maupun eksportir dengan petani, melalui lembaga petani (kelompok atau koperasi).

Dalam hal ini, pemasaran gula aren di Desa Makian masih belum optimal, bahkan masih belum terorganisasi dengan baik. Pemasaran produk aren berupa gula aren yang dilakukan pengrajin gula aren pada umumnya dilakukan petani/pengolah dengan menjual ke kios atau pedagang pengumpul desa setempat. Biasanya pemasaran produk aren yang langsung dijual petani ke pasar tradisional relatif kurang.  Adapun alur pemasaran gula aren dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2. Diagram pemasaran gula aren

Apabila dalam pemasaran gula aren di Desa Makian telah terorganisasi dengan baik, misalnya dengan dibentuknya koperasi yang menampung gula aren, dengan terorganisasinya pemasaran gula aren tersebut akan mengefisienkan rantai tata niaganya. Secara garis besar biaya tata niaga digunakan untuk pengumpulan, pengangkutan dan distribusi. Dalam tata niaga gula aren ketiga jenis biaya tersebut belum tentu dikeluarkan oleh setiap mata rantai lembaga tata niaga tersebut. Sehingga dengan mengoptimalkan rantai tata niaga tersebut dapat memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar bagi pengrajin gula aren.

Beberapa permasalahan yang dihadapi di tingkat pengrajin gula aren, salah satunya yaitu rendahnya perhatian terhadap sistem pengemasan /pengepakan untuk menarik minat konsumen, sehingga diperlukan perbaikan sistem pengemasan gula aren yang dapat menarik minat konsumen.

SIMPULAN
1.  Pengembangan gula aren di desa Makian sangat prospektif, hal tersebut dapat dilihat dari potensi sumber daya (faktor endowment) dan faktor sumber daya manusia yang ada, sehingga pengembangan agroindustri aren sangat potensial. Hal tersebut dilihat luas areal pertanaman aren + 450 ha, dengan populasi rerata 35-50 pohon/ha dan produksi nira rerata 10-15 liter/pohon per hari pada pohon yang produktif.
2.    Secara finansial, pengolahan gula aren memberikan keuntungan yang besar. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C > 1.
3.    Rantai pemasaran gula aren di desa Makian masih kurang efektif, di mana pemasaran gula aren masih melalui pedagang pengumpul/agen.

SARAN
1. Diharapkan dengan tersedianya potensi aren di Halmahera Selatan, pemerintah selaku pemegang kebijakan dapat lebih meningkatkan pengembangan agroindustri aren dengan lebih meningkatkan peran serta stake holder terkait maupun peluang-peluang kerja sama dengan pihak swasta.
2.  Pemerintah diharapkan mengarahkan untuk membentuk dan membina kelembagaan dalam meningkatkan agroindustri aren sebagai home industry, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pengrajin gula aren.
3.   Adanya introduksi teknologi agar gula aren tidak saja dijual dalam bentuk batangan, tapi dapat dibuat tepung gula/(gula semut) atau gula aren cair dalam kemasan.


DAFTAR PUSTAKA

Desa Makian. 2007. Monografi Desa 2006.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Maluku Utara. 2006. Laporan Tahunan 2006.
Elyas, Nurdin. 2004. Sukses dengan Home Industry. ABSOLUT Yogyakarta.
Listyati, D. 1994. Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) dan Pemanfaatannya di Jawa Barat. Buletin Balitka No. 2000 hal 47 – 52.
Saragih, Bungaran. 2001.  Suara dari Bogor, Membangun Sistem Agribisnis. Sucofindo Bogor.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Hal 85-87.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri.  PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Smits, W. 2004. Pengalaman Pengembangan Tanaman Aren untuk Koservasi Lahan dan Lingkungan Hidup. Makalah Seminar Pengembangan Aren, Tondano, 19 April 2004.

Sumber : http://boedakrimbun.blogspot.com/2012/06/prospek-dan-kelayakan-pengolahan-gula.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.