Panen Aren Layaknya Tambang Emas
Punya daya jual dan produksi yang besar, Aren bisa menjadi primadona buat petani. Selama ini, masalah pengembangannya hanya karena minimnya pengetahuan dan informasi.
Ranap Simanjuntak
Aren atau Enau (bahasa latin Arenga pinnata, suku Arecaceae) merupakan palma yang serbaguna dan mudah ditemui di wilayah Indonesia. Di beberapa daerah Aren punya nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatera dan Semenanjung Malaya). Di wilayah Sulawesi ada pula yang menyebutnya kawung, taren, akol, akel, akere, inru, indu, dan di Nusa Tenggara disebut moka, moke, tuwa, dan tuwak.
Tanaman yang tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter di atas permukaan laut ini buahnya kolang-kaling dapat dipakai untuk campuran minuman, nira-nya didapatkan dari penyadapan batang bunga. Dan, kayunya dapat diolah menjadi tepung sagu (aci aren). Sejatinya pula, Aren bisa dibudidayakan sebagai tanaman sela dan reboisasi bagi konservasi lahan.
Di Sulawesi Utara (Sulut), Aren yang dikenal dengan nama pohon seho, merupakan tanaman yang tumbuh liar di daerah pegunungan dengan populasi lebih dari dua juta pohon. Masyarakat di daerah tersebut memanfaatkannya lewat sumber mata pencaharian melalui produksi minuman saguer (sejenis tuak) dan captikus (alkohol kadar tinggi). Atau diolah menjadi gula Aren biasa disebut pula gula merah.
Sebenarnya, potensi Aren bisa dikembangkan. Masyarakat di Sulut dan tempat lain bisa memanennya seperti menambang emas. Sebab, prospek produksi gula dari nira Aren sangat menggiurkan. Betapa tidak? Lihat saja harga nira di Tomohon, Sulut misalnya Rp 2.000 untuk tiap liter. Di mana, satu pohon bisa menghasilkan paling tidak 10 liter per hari. Bila rata-rata 1 hektar ada 150 pohon maka pendapat sehari saja mencapai 150x10x2.000 = Rp. 3.000.000. Kalau sebulan bisa mengumpulkan Rp 90 juta.
Begitu pula kalau diolah menjadi gula Aren yang dicetak secara tradisional yang dicetak dalam bentuk separuh batok kelapa, kotak, silinder, atau lempeng. Rata-rata tiap 5 liter nira bisa menghasilkan 1 kg gula merah. Kalau satu pohon ada 10 liter berarti bisa menciptakan 2 kg. Di mana, satu hektar ada 150 pohon maka terkumpul 300 kg tiap harinya. Dengan harga gula merah sekitar Rp 15.000 (untuk grade A) maka didapat hasil Rp 4,5 juta tiap hari dari satu hektar.
Bila hasil ini dikurangi dengan alat seperti produksi tradisional pakai kayu bakar untuk memasak saja tidak habis Rp 500 ribu tiap hari. Bah, ternyata sisanya bisa terkumpul Rp 120 juta tiap bulan untuk satu hektar saja. Atau, katakan saja hasilnya hanya setengah. Ini bisa menyamai gaji resmi presiden yang hanya dibayar Rp.62.497.800 per bulan.
Sejauh ini Aren memang jauh lebih produktif ketimbang tanaman tebu dalam menghasilkan kristal gula dan biofuel per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu. Gula Aren sendiri bisa dibuat gula kristal yang dapat diekspor. Harga ekspor itu bisa naik lagi menjadi Rp 50.000/kg dari di tingkat konsumen misalnya Belanda seharga Rp 90.000/kg
Padahal, Aren juga masih punya pemberdayaan lainnya. Nira Aren juga bisa diolah menjadi bioetanol. Lalu, Serabut-serabut pada tubuh pohonnya juga bernilai ekonomis. Rambut-rambut hitam yang dinamakan ijuk ini bisa dibuat menjadi alat pembersih (sapu, sikat), tali, peredam suara studio, bantalan lapangan bola, pembungkus kabel bawah laut, tempat memijah ikan, dan kerajinan tangan yang beraneka.
Belum lagi buahnya, kolang-kaling dengan harga jual termurah Rp 5.000 per kg. Lalu, batang Aren yang bisa bertahan hingga 25 tahun itu juga menyimpan sagu. Sementara kalau sudah tua, bagian luarnya masih berfungsi sebagai kayu bahan mebel.
Di Tomohon sendiri masyarakatnya memanfaatkan panas bumi dari Gunung Soputan dan Lokon. Gunung Lokon yang berstatus Siaga sejak 24 Juli 2011 terus menyemburkan belerang sepanjang tahun. Sedangkan Gunung Soputan meletus dan menyemburkan asap hingga 5.000 meter dari puncak pada Minggu, 26 Agustus 2012.
Namun, ini menjadi berkah. Sejak 2001, sistem geotermal yang muncul dari aktivitas kegunungapian di kawasan ini telah menghasilkan listrik 60 megawatt (MW) dan memasok sekitar 60% kebutuhan listrik Sulawesi Utara. Sejak 2007, sisa energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk mengolah air nira menjadi gula.
Di daerah itu juga berdiri pabrik PT Gula Aren Masarang yang mampu rata-rata 3,5 ton gula kristal atau gula semut per hari dengan memanfaatkan panas bumi. Pabrik ini menjalin hubungan harmonis dengan para petani. Ada pola berbasis koperasi yang dibentuk pada setiap desa dan dibentuk pabrik mini pada masing-masing desa. Pada akhirnya, tak terjadi ketimpangan antara petani dan pengusaha. Keduanya mendapat keuntungan serta bisa saling melengkapi. Ini bisa ditiru.
Teknik Membibit Aren
Bagi yang tertarik mulai menanam Aren sebenarnya tak perlu khawatir. Jenis tanaman ini tergolong kuat, dapat tumbuh di mana saja sekaligus kebal atas berbagai serangan hama. Namun, agar tanamannya menjadi unggul dan hasilnya melimpah tak ada salahnya melakukan pembibitan berikut ini.
Pertama, buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang dan sehat. Ini bisa terlihat dari kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah sekitar 4 cm.
Kemudian buah Aren ini disimpan selama 4 minggu dalam wadah plastik dengan media pasir pada suhu kamar. Dengan cara ini biji aren dapat berkecambah dengan daya kecambah 71% dengan kecepatan kecambah 2-4 minggu.
Bila kecambah sudah tumbuh hingga 3-5 cm, maka dipindahkan ke tempat pembibitan (bedeng pembibitan ataupun polibag). Pemindahan ke pembibitan ini dilakukan sore hari untuk mencegah terjadinya penguapan yang tinggi apabila dipindah pagi hari.
Apabila menggunakan polibag, ukurannya tinggi 30 cm dan diameter 20 cm. Media tumbuh yang digunakan ádalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2, dan polibag diisi media hingga 3/4 penuh. Pembibitan diberi naungan setinggi 1 m, karena bibit aren sangat peka terhadap sinar matahari langsung.
Pemeliharaan bibit dilakukan terutama untuk menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap basah tetapi tidak tergenang air, sehingga aerasinya baik dan akar dapat bertumbuh dan berkembang baik. Bibit aren perlu dipupuk untuk meningkatkan pertumbuhan.
Takaran dan jenis pupuk untuk bibit aren berbeda menurut umur bibit (Tabel ). Cara pemupukan ,yaitu dengan memasukkan pupuk ke dalam media tumbuh mengelilingi bibit dengan jarak sekitar 5 cm. Pemupukan dilakukan setiap 2 bulan (lihat tabel). Selain pupuk buatan, penggunaan pupuk organik kotoran sapi sebanyak 300 g/bibit memberikan pertumbuhan bibit aren yang baik.
Barulah ketika bibit berumur 1-2 tahun, dipindahkan ke lokasi penanaman/kebun dengan ukuran lubang tanam 50 x 50 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm. Sambil menunggu tumbuh, di samping tanaman ini bisa ditanam berbagai tanaman seperti singkong, kacang panjang, dan lain-lain. Dan, saat sudah berumur 5 tahun akan menjadi tambang emas buat petani.
Tabel Takaran dan Jenis Pupuk Bibit Aren
Umur bibit (bulan) | Urea (g/bibit) | TSP
(g/bibit)
|
2 | 10 | 5 |
4 | 10 | 10 |
6 | 20 | 15 |
8 | 25 | 20 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda.