Kamis, 25 Desember 2008

Aren Sebuah Jawaban Krisis Energi atau Pesaing Kebutuhan Makanan???

Aren Sebuah Jawaban Krisis Energi atau Pesaing Kebutuhan Makanan???

Pada Selasa 6 Desember lalu Kementrian Negara Riset dan Teknologi mengadakan Workshop yang bertajuk Budidaya dan Pemanfaatan Aren Untuk Bahan Pangan dan Energi, workshop ini diikuti oleh para peneliti dan praktisi aren dan energi terbarukan, akademisi dari berbagai universitas, serta berbagai departemen baik pusat maupun daerah diseluruh Indonesia, sementa untuk pembicara terdiri dari akademisi, dan ahli energi terbarukan serta praktisi, pengusaha dan pengembang bio ethanol maupun petani dan pengrajin gula aren.


David Alloreung Pembicara kunci yang merupakan Peneliti pada Puslitbang Tanaman Perkebunan, Departemen Pertanian dalam pemaparanya menjelaskan bahwa aren merupakan tanaman serba guna yang mempunyai potesi besar dalam bahan subtitusi pembuat gula maupun bioethanol, sayangnya sampai saat ini pohon aren yang tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan pohon yang umumnya tumbuh secara liar serta sampai saat ini belum ada penelitian yang memadai tentang pohon aren unggul.

 
Aren (Arenga  pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang serbaguna, dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter di atas permukaan laut. Sekalipun lebih dikenal sebagai tanaman hutan, aren telah mulai dibudidayakan secara baik oleh suku Batak Toba sejak awal tahun 1900. Tanaman ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia pada berbagai kondisi agroekososistem. Penyebaran pertumbuhan aren umumnya berlangsung secara alamiah. Di beberapa tempat, terutama yang memiliki kebiasaan membuat gula atau mengonsumsi minuman beralkohol, aren sudah sering ditanam secara sengaja, meskipun umumnya sebagai tanaman pinggiran atau tanaman sela di antara tanaman pepohonan yang sudah ada. Meskipun para petani penderes mengakui bahwa gula yang dihasilkan dari nira aren sangat menolong ekonomi mereka, perhatian pemerintah terhadap upaya pengembangan tanaman ini sangat terbatas dan tidak konsisten. Hal yang sama dijumpai pada lembaga-lembaga penelitian, penelitian tanaman aren umumnya dilakukan secara insidentil.

Berkaitan dengan sumber energi terbarukan, yang sudah lama disuarakan, kita ternyata tidak memberikan respons secara cepat. Krisis energi di akhir 2005 yang dibarengi dengan fenomena kekacauan iklim telah berhasil memicu kesadaran semua pihak untuk mengembangkan energi terbarukan dan lebih ramah lingkungan. Dalam konteks ini, aren memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber utama bioenergi yang ramah lingkungan di samping sebagai penghasil pangan dan tanaman konservasi. 

Kebutuhan bahan bakar premium terus meningkat sejalan dengan kemajuan di bidang ekonomi dan impor meningkat tajam dari sekitar 0.5 juta pada tahun 1998 menjadi sekitar 6 juta KL pada tahun 2004 ketika kebutuhan bahanbakar jenis ini telah mencapai 17 juta KL/tahun. Jika digunakan campuran alkohol sebesar 10 % berarti kebutuhan alkohol akan mencapai 1.7 juta Kl/tahun atau sekitar 4.6 juta liter/hari. Masalahnya adalah hampir sama sumber bahan baku biofuel bersaing dengan kebutuhan pangan di samping persaingan pemanfaatan lahan untuk menghasilkan bioenergi. Dalam konteks ini, aren dapat berperan sebagai salah satu sumber bioenergi yang penting mengingat produktivitasnya yang sangat tinggi sehingga hemat pemakaian lahan. Disamping itu, dapat ditanam di antara tanaman yang sudah ada atau sebagai komponen tanaman untuk reboisasi atau penghijauan sehingga tidak bersaing dengan komoditas pangan.

Tanaman aren memiliki daya adaptasi terhadap berbagai kondisi lahan dan agroklimat, memiliki toleransi yang tinggi dalam pertanaman campuran termasuk dengan tanaman kayu, tumbuh relatif cepat serta memiliki perakaran dan tajuk yang lebat sehingga sangat cocok untuk tujuan konservasi tanah dan air, merupakan tanaman serbaguna karena hampir semua bagiannya bernilai ekonomi dan tidak membutuhkan pemeliharaan intensif sehingga cocok bagi petani miskin di lahan marginal. Tanaman aren juga menghasilkan biomas di atas tanah yang sangat besar satu hingga 2 ton/pohon, sehingga dapat berperan penting dalam CO2 sequestration.

Sumber : QMI-MIT.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.