Senin, 13 Juli 2009

Dari Kebun Aren Menuju Dunia

PAK OCOP : Merancang Persiapan Bibit Aren Skala Besar di Kaltim

From kebunaren to the world


Oleh : Dian Kusumanto


Adalah Bapak Ir. HM Yadi Sofyan Noor, sang Ketua KTNA Provinsi Kalimantan Timur, yang juga sebagai Wakil Ketua HKTI Provinsi Kalimantan Timur, memang seorang tokoh pertanian yang sangat ulet. Pada Bulan Mei yang lalu Pak Ocop, begitu biasa kami memanggil, memesan kepada saya benih kecambah Aren dan bibit Aren yang siap tanam dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagai seorang teman saya berusaha dapat melayani sebaik-baiknya, seperti juga yang saya lakukan kepada para pemesan bibit Aren lainnya.


Pada awal Bulan Juli ini, akhirnya kami bisa bertemu lagi secara langsung di Samarinda. Pada bulan April yang lalu kami juga sudah saling ketemu di Jakarta, pada saat ada acara Rapim KTNA. Mulai saat itulah kami terus berinteraksi khususnya tentang rencana pengembangan Aren di Kalimantan Timur. Beliau memang padat acaranya, sebagai seorang tokoh di Kalimanta Timur, Pak Ocop juga sebagai pengurus teras di DPP KTNA Pusat. Dari beberapa pemikirannya Pak Ocop juga sangat antusias untuk mengambil peran dalam program pengembangan Aren di masa yang akan datang.


Pernah ditanya oleh beberapa teman, kenapa kok mau menanam Aren? Pak Ocop cuma memberi gambaran yang ringan saja, yaitu bahwa sekarang ini lidi Aren, ijuk Aren sangat diminai dunia untuk aneka kerajinan, sapu, bahan industri dan aneka keperluan lainnya. Itu dari produk sampingannya saja, belum lagi yang utamanya yaitu nira yang setiap hari bisa disadap, bisa diolah menjadi Gula, Bioethanol, Bahan Obat-obatan, Bahan Industri Kecantikan, Aneka Minuman dan Makanan, dll.


Pak Ocop juga sangat yakin, sebab tanpa diperlakukan secara istimewa, bahkan petani membiarkan saja dan hanya mengambil hasilnya, kontribusi pohon Aren kepada petaninya sudah lumayan tinggi, apalagi kalau pohon Aren itu diperlakukan istimewa. Kelapa Sawit contohnya, karena dipiara dengan baik, dengan perkebunan yang baik dia juga dapat menjadi andalan keluarga. Apalagi Aren yang potensinya lebih hebat dari pada Kelapa Sawit. Tinggal bagaimana kita bisa memperlakukannya secara baik dan istimewa, agar Aren juga memberikan hasil yang istimewa. Karena itulah beliau bertekad agar Kalimantan Timur tidak ketinggalan untuk mengembangkan Aren, bahkan kalau bisa menjadi yang terdepan dalam pengelolaan kebun Aren yang modern.


Ada peluang yang sangat besar bahwa Kaltim menjadi pusatnya program pengembangan Aren, meskipun Kaltim selama ini tidak termasuk sentra tanaman Aren, namun Kaltim memiliki lahan yang sangat luas untuk terciptanya perkebunan Aren yang modern. Perkebunan Aren modern inilah yang akan dijadikan icon suatu daerah menjadi sangat diperhitungkan sebagai pusatnya program pengembangan Aren se Indonesia, bahkan dunia. From kebun Aren to the world. Mungkin begitu mottonya.


Pak Ocop memiliki langkah-langkah yan nyata dalam setiap usahanya. Pernah saya tawarkan untuk mengadakan sosialisasi tentang Aren di Kaltim, Pak Ocop memlih jangan dulu. ”Jangan dulu Mas Dian, itu nanti saja”. Kita tanam dulu di kebun kita sendiri dan menyiapkan pembibitan yang banyak. Sebab kalau nanti diseminarkan orang pada tertarik kemudian meminta bibit, kita nanti akan kebingungan. Sebaiknya kita mantabkan dulu riset-riset kita dan kita bangun dulu sistem pembibitan Aren yang mengacu pada GAP (Good Agriculture Practices) dengan skala yang cukup besar.


Ada peluang yang sangat besar bahwa Kaltim berpeluang dapat menjadi pusatnya program pengebangan Aren di Indonesia. Meskipun selama ini Kaltim tidak termasuk sentra tanaman Aren, namun Kaltim memiliki potensi lahan yang sangat luas untuk terciptanya perkebunan Aren yang modern. Perkebunan Aren Modern inilah yang akan dijadikan icon atau tolok ukur, apakah suatu daerah menjadi sangat diperhitungkan sebagai pusatnya program pengembangan Aren di Indonesia bahkan se dunia.


Pak Ocop memiliki langkah-langkah yang nyata dalam setiap usahanya. Pernah saya tawarkan untukmengadakan sosialisasi tentang Aren di Kaltim dengan cara mengadakan seminar-seminar, namun Pak Ocop memilih jangan dulu. Menurut Pak Ocop sebaiknya kita sebagai pemrakarsa ini mempeloporinya dengan menanamnya lebih dulu dan menyiapkan pembibitan yang banyak. Sebab kalau nanti seminar, orang kemudian banyak yang tertarik untuk mengembangkannya, kemudian meminta bibit, akan repot kalau bibitnya belum siap. Akan lebih baik menurutnya kalau kita mantabkan dulu riset-riset dan membangun sistem pembibitan Aren yang baik dengan skala yang cukup besar.


Penulis sangat menghargai pendapat Pak Ocop ini, karena memang beliau seorang yang dikenal ulet dan seorang pengusaha yang berhasil di Kaltim. Kebun buah-buahan Pak Ocop yang saya tahu saja ada sekitar 50 hektar, selain itu Pak Ocop punya kebun hortikultura yang terkelola dengan baik dengan jenis komoditi seperti lombok, tomat, semangka, melon dan lain-lain. Pak Ocop juga seorang produsen bibit kelapa sawit siap tanam yang cukup besar di Provinsi Kaltim. Mutu bibitnya sudah terkenal cukup baik diantara produsen bibit yang ada. Pengalaman di bidang perbibitan tanaman memang sudah lama ditekuninya, dulu beliau juga melayani berbagai bibit tanaman penghijauan atau reboisasi hampir di seluruh Kaltim.


Sebagai tokohnya Provinsi Kalimantan Timur, Pak Ocop juga sangat dekat dengan tokoh Kaltim lainnya, termasuk dengan Bapak Gubernur H. Awang Faroek Ishak (Gubernur AFI). Untuk program Aren di Kaltim, Pak cop adalah andalan saya untuk mengenalkan Aren kepada Bapak Gubernur AFI. Terus terang, obsesi saya adalah mewujudkan agar Provinsi Kalimanatan Timur menjadi iconnya Aren Nasional. Oleh karena itu sebagai langkah awalnya adalah melalui pendirian Pusat Pembibitan Aren yang profesional dengan skala nasional, dan kemudian pembangunan perkebunan Aren yang modern, baru icon Aren nasional ini dapat diakui.


Sebenarnya ada beberapa daerah yang sudah sangat eksis sebagai sentra produksi Aren Nasional, tapi mereka belum memiliki 2 hal di atas, maka dalam perspektif ini mereka belum layak menjadi icon nasionalnya Aren. Sulawesi Utara misalnya, meskipun memiliki populasi Aren yang sangat luas, serta ada juga Pusat Penelitian tentang Aren yaitu BALITKA Manado, namun dari sisi pengelolaan kebun masih biasa saja, pembibitan juga belm menasional, pabrik pengolahannya ada tapi belum benar-benar hebat.


Program Nasional tentang Aren, selama ini belum ada. Dirjen Perkebunan Deptan belum memiliki Road Mapyang jelas tentang program Aren Nasional. Yang ada baru statement-statement beberapa ahli dan tokoh-tokoh nasional yag belum disertai dengan langkah-langkah yang kongkrit dan nyata. Meskipun demikian sebenarnya juga sudah ada pendirian pabrik pengolahan Aren seperti di Tomohon Sulut yang diresmikan oleh Bapak Presiden SBY.


Langkah-langkah yang ada belum sistematis, namun masih sporadis yang disesuaiakn dengan perkembangan yang ada. Namun industri Aren kalau tidak ditunjang dengan perkebunan yang modern, menjadi tidak ekonomis dan efisien. Pabri Gula Aren Tomohon bisa menjadi contoh kongkrit akan perlunya secara sinergis antara pengembagan kebun yang modern terintegrasi dengan unit pengolahannya.


Populasi Aren yang terpencar-pencar, tersebar di daerah-daerah yang relatif saling berjauhan, sementara akses pemanenan, pengangkutan nira ke pabrik yang cukup jauh dan sulit, manajemen bahan baku, kelembagaan petani, dan seterusnya belum siap untuk mendukung industrialisasi Aren. Bisa dikatakan bahwa Pabrik Gula Aren Tomohon (PT Masarang) ini sedang macet, atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.


Rupanya karakteristik Nira Aren yang akan mengalami fermentasi dalam waktu cepat ini belum sepenuhnya dapat diatasi. Yang sangat sulit sebenarnya penanganan pada tingkat petani tadi. Karena keterbatasan sarana, jarak antar pohon yang relatif saling berjauhan, membuat petani tidak bisa menjaga mutu nira yang dikehendaki pabrik. Akhirnya pabrik harus merancang alat yang tahan terhadap bahan baku dengan kadar asam yang cukup tinggi karena nira sudah mengalami fermentasi.


Memang semestinya Pabrik Pengolahan Nira Aren sudah dirancang untuk beberapa keungkinan tersebut sehingga Pabrik itu mempunya unit-unit lengkap sebagai berikut :

1. Pos-pos pengolahan dan pengumpulan nira dengan pre treatmennt.

2. Tangki-tangki penyimpanan nira sesuai dengan grade-grade (tingkatan) tertentu dari kualitas dan kadar keasamannya.

3. Alat-alat pengangkutan nira yang dilengkapi dengan sistem pemanas.

4. Pabrik pengolahan nira, juga memiliki unit-unit pengolah untuk beberapa jenis/ grade bahan baku :

a. Unit Gula Aren Cetak

b. Unit Gula Aren Semut

c. Unit Gula Aren Putih

d. Unit Gula Aren Cair (Syrup)

e. Unit Syrup Aren Asam (Saguer)

f. Unit Bioethanol

g. Dll.


Jadi seolah-olah langkah itu menjadi mundur sedikit, sebabnya yang utama adalah belum terbangunnya sistem perkebunan yang terintegrasi dengan pabrik pengolahannya. Oleh karena itulah, ini peluang bagi daerah yang ingin menjadi iconnya Aren Nasional agar dapat menyiapkan pola pengembangan Aren yang terintegrasi.


Paling tidak ada 3 (tiga) hal awal yang harus disiapkan, yaitu :

  1. Membuat Pusat Pembibitan Aren yang kredible.
  2. Menciptakan kelembagaan para pelaku usaha bisnis Aren dari awal-awal pengembangan.
  3. Membangun perkebunan Aren modern yang terintegrasi dengan pembangunan pabrik pengolahannya.


Untuk pendapat ini Pak Ocop sangat setuju dan akan melakukan persiapan-persiapan yang nyata demi berkembangnya Agribisnis Aren untuk kesejahteraan, khususnya bagi Provinsi Kalimanatan Timur dan umumnya untuk skala Nasional Indonesia Raya tercinta. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.