Rabu, 28 Oktober 2009

Kisah Petani Aren di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST)

Manisnya Usaha Gula Aren


Disamping bertani sebagai mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Desa Jatuh Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) juga membuat gula merah sebagai usaha sampingan. Pembuatan gula merah di desa tersebut merupakan pekerjaan turun temurun.

Sebelum jadi gula aren, pengrajin terlebih dulu pengambilan air nira yang dihasilkan dari pohon enau yang ditampung dalam sebuah bambu yang ruasannya sudah diberi lobang. Setelah enam jam baru dimasukan dalam wajen besar dan dibawah tungku api yang besar menyala sehingga air nira cepat panas dan mengental, dengan campuran kapur dan batang pohon nangka atau laru yang sudah dikecilkan.

Kapur dan laru berfungsi agar gula merah yang dihasilkan nanti tidak berasa asam atau kecut. Tujuh jam kemudian barulah air nira dapat dimasukkan dalam cetakan untuk didinginkan. Salah satu pengrajin, Hakim (40), mempunyai tujuh pohon enau (aren). Dia menekuni pekerjaan ini hampir 20 tahun.



Alhamdulillah dapat menyekolahkan anak sampai ketingkat atas. Dalam sehari laki-laki setengah baya ini bisa menghasilkan sampai 7 kg gula aren siap dan dijual per kilonya Rp 9.000. Dengan harga tersebut setahunnya hakim bisa menghasilkan 3-5 juta rupiah setelah dipotong ongkos produksi. Untuk pemasaran tidak begitu sulit karena para pengumpul atau tengkulak datang dan langsung membeli gula merah yang mereka produksi. Kendala yang mereka hadapi hanyalah pada saat musim hujan. Dimana saat itu, pohon nira hanya menghasilkan sedikit air nira atau yang biasa disebut laang.

Sumber : http://www.hulusungaitengahkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=439&Itemid=2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.