Minggu, 28 Oktober 2012

Teknologi Pengolahan Nira Aren untuk Produk Nata Pinnata

Teknologi Pengolahan Nira Aren untuk Produk Nata Pinnata


Oleh : Ir. Mody Lempang, M.Si

PENDAHULUAN

 

Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama. Hampir semua bagian fisik pohon aren (akar, batang dan daun) maupun produksi tanaman ini (buah  muda, nira dan pati atau tepung dalam  batang) dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi (Sunanto, 1993). Antaatmadja (1989) yang melakukan penelitian di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1989 menyebutkan, bahwa kegiatan pengusahaan  aren  memberikan  kontribusi sebesar  21,92% dari seluruh pendapatan petani. Selanjutnya dikemukakan, bahwa kegiatan budidaya aren memiliki porsi curahan tenaga kerja yang cukup besar, yaitu 2,12 jam sehari atau 34,81% dari total jam kerja petani. Dengan demikian penganekaragaman pemanfaatan aren akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan menyediakan lapangan kerja, sehingga tekanan masyarakat terhadap hutan dapat berkurang dan kelestariannya bisa dipertahankan.

Nata berasal dari kata Spanyol yang dalam bahasa  Inggris  berarti cream, sedangkan pinnata merupakan kata yang diambil dari nama jenis pohon aren (A. pinnata). Nata  merupakan  jenis makanan  penyegar atau pencuci mulut (food dessert) yang dapat digolongkan pada dieatery fiber yang memberi andil yang cukup berarti untuk kelangsungan fisiologi secara normal. Nata adalah selulosa sintetik, terbentuk dari proses fermentasi yang bersifat anabolik pada media cair untuk menghasilkan senyawa kompleks selulosa dari pembentukan senyawa sederhana (gula). Pada proses fermentasi tersebut, bakteri Acetobacter xylium memegang peranan untuk pembentukan selulosa, disamping media dan suhu fermentasi.

Kandungan nutrisi nata pinnata yang diolah dari nira aren tidak berbeda jauh dengan nutrisi nata lainnya yang diolah dari air kelapa atau dari nira kelapa maupun kandungan nutrisi kolang kaling. Nata pinnata mengandung kadar air sekitar 97,42%; serat kasar 0,82%; protein 0,15%; sementara kandungan vitamin C; lemak   kalsium dan posfor sangat rendah. Secara fisik nata  pinnata tidak jauh berbeda dengan nata de coco yang diolah dari air kelapa. Nata pinnata bertekstur lembut, berwarna putih dan memiliki kekenyalan yang lebih rendah dari nata de coco.

Produk nata merupakan bahan makanan dan banyak digunakan sebagai pencampur es teler, es buah, sirup, jelly, dan sebagainya. Nilai gizinya rendah, kandungan terbesarnya adalah air sehingga produk makanan ini banyak digunakan sebagai sumber makanan rendah energi untuk keperluan diet dan juga mengadung serat yang bermanfaat untuk memperlancar proses pencernaan dan proses pembuangan air besar, sehingga bisa mencegah kegemukan (obesitas), kanker usus dan penyakit kencing manis.

PROSES PENGOLAHAN

Bahan
 

Untuk memproduksi nata pinnata digunakan bahan baku nira yang disadap dari pohon aren, bahan suplemen dan bahan penolong. Bahan baku yang baik adalah nira aren segar yang rasanya masih manis karena belum banyak mengalami fermentasi. Nira aren ini disadap dengan tanpa menggunakan bahan pengawet kimiawi maupun alami. Karena bahan baku nira yang menggunakan bahan pengawet akan berpengaruh selain terhadap perkembangan dan aktifitas bakteri A. xylinum yang digunakan dalam proses fermentasi juga akan berpengaruh terhadap kualitas nata yang dihasilkan. Disamping bahan baku nira aren, juga digunakan bahan suplemen pupuk ZA, asam cuka dan starter (bibit bakteri A. xylinum), serta bahan penolong kertas koran, karet gelang dan tali rafia, cup/kantong plastik.

Alat
 

Pengolahan nira aren untuk produk nata pinnata dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana yang sebagian besar  merupakan alat-alat dapur yang tersedia hampir disetiap rumah tangga seperti: jergen, baskom, saringan, timbangan, gelas ukur, dandang/panci perebus, kompor, botol, nampan (baki fermentasi), talenan dan pisau, press cup/plastik.

TAHAPAN PROSES PRODUKSI
Untuk memproduksi nata pinnata menjadi produk siap konsumsi dilakukan dalam tiga tahapan proses sebagai berikut :

1. Reproduksi Starter (Mother liquor)

 

Starter adalah media cair dari nira yang ditempatkan dalam botol sebagai media inkubasi bakteri A. xylinum yang akan digunakan sebagai bibit dalam fermentasi nira aren menjadi nata dalam bentuk lembaran. Untuk membuat starter, saring nira untuk memisahkan kotoran yang tercampur didalamnya, masukkan kedalam panci perebus, tambahkan 2,5 gram pupuk ZA dan 10 ml  asam cuka 25% per liter nira, kemudian aduk dan rebus sampai mendidih. Larutan nira panas kemudian dituangkan dalam botol sebanyak 550 ml setiap botol. Tutup mulut botol dengan kertas koran dan ikat penutup dengan karet gelang, kemudian dinginkan selama sekitar 6 jam. Setelah nira dalam botol telah dingin, buka mulut botol dan tambahkan ke dalamnya 50 ml larutan bibit A. xylinum yang telah disiapkan sebelumnya dalam botol lain. Tutup kembali mulut botol dengan kertas koran dan ikat dengan karet gelang serta biarkan selama 7 hari proses inkubasi berlangsung  sebelum larutan starter tersebut digunakan sebagai bibit.


2. Proses Produksi Nata Pinnata Lembaran
Setelah starter berumur 9 hari, saring lagi nira aren yang masih segar dan masukkan kedalam panci perebus, tambahkan 2,5 gram pupuk ZA dan 10 ml asam cuka 25% per liter nira, aduk dan rebus sampai mendidih. Setelah mendidih, angkat dari kompor dan biarkan selama sekitar 10 menit hingga panasnya berkurang. Kemudian masukkan nira yang masih agak panas sebanyak 800 ml ke dalam baki fermentasi. Tutup permukaan baki fermentasi dengan kertas koran dan ikat dengan tali rafia agar kertas koran penutup tidak terbuka. Setelah larutan utama dalam baki sudah dingin, buka kertas penutup baki dan inokulasikan A. xylinum pada media nira dalam baki fermentasi dengan menggunakan 200 ml larutan starter yang telah direproduksi, lalu tutup kembali dengan kertas koran dan letakkan dalam ruang dengan suhu 28 – 300 C dan proses fermentasi akan berlangsung. Setelah proses fermentasi berlangsung selama 9 hari, nata lembaran akan terbentuk secara sempurna dan hasil produksi dapat dipanen. Dengan penggunaan bahan baku nira yang baik, bahan suplemen yang tepat dan peralatan yang bersih, rendemen pengolahan nata dapat mencapai 90%.

3. Pengolahan Nata Pinnata Lembaran Menjadi Produk Siap Konsumsi
Nata lembaran yang telah dipanen langsung dicuci, kemudian diiris dalam ukuran yang kecil sehingga berbentuk seperti dadu.

 

Rendam irisan nata tersebut dalam air bersih selama 2 sampai 3 hari dengan mengganti air rendaman setiap hari sehingga nata akan bersih dan nampak lebih putih. Nata irisan yang telah bersih dan nampak putih diangkat dari air rendaman dan ditiriskan selama sekitar 3 jam, kemudian direbus. Nata yang telah direbus ditiriskan lagi selanjutnya dicuci dan direbus kembali dengan menambahkan gula, asam cuka dan essence sesuai selera.

  

Sebelum dikonsumsi, biarkan nata terendam dalam air gula selama 2 sampai 3 hari agar kekenyalannya berkurang sehingga lembut dimakan. Penyimpanan nata dalam alat pendingin akan memberikan rasa yang lebih nikmat pada saat dikonsumsi dan dapat memperlambat laju kerusakan nata akibat pembusukan.


DAFTAR PUSTAKA
Antaatmadja, S., 1989. Aspek Sosial Ekonomi Tanaman Aren. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 6 No.1 1989 : 63 – 69 Pusat  Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Kadir, K., S. Karnasudirdja and N. Supriana, 1991. Socio-Economics Study on Arenga Palm Utilization and the  Assessement of Basic Properties of its wood. Communication No. 15 (Special Edision), Forest Research and  Development Centre, Bogor – Indonesia.
Lempang, M., 1999. Teknik Penyadapan Aren  Untuk  Meningkatkan  Produksi Nira. Prosiding Ekspose Hasil – Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan  tanggal  8  Pebruari  1999, Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.
Lutony, T. L., 1993. Tanaman Sumber Pemanis. P.T. Penebar  Swadaya, Jakarta.
Racman,A.K.  dan Y. Sudarto, 1992. Nipah  Sumber Pemanis Baru. Kanisius, Yogyakarta.
Soeseno,  S.,  1991. Bertanam  Aren. P.T.  Penebar  Swadaya, Jakarta.
Sunanto, H., 1992. Aren (Budidaya dan  Multigunanya). Kanisius, Yogyakarta.


Sumber : http://balithutmakassar.org/?p=93

Sabtu, 27 Oktober 2012

Manfaat Gula Untuk Tubuh

Manfaat Gula Untuk Tubuh


Gula adalah salah satu dari sembilan bahan pokok utama kebutuhan rumahtangga yang tak pernah lepas dari sorotan masyarakat. Gula juga tidak kalah heboh dari kelangkaan minyak goreng, kelangkaan gula di pasaran juga sering membuat pejabat negara pusing tujuh keliling untuk memutuskan apakah sudah waktunya membuka keran impor atau tidak. 
Butiran manis itu memang sudah lekat dalam keseharian kita. Pagi hari, kita biasa menyeruput segelas teh atau kopi yang diseduh dengan gula. Saat makan siang, lauk atau sayur yang kita santap juga biasanya dibubuhi gula sebagai penyedap. Hingga malam hari, jika lembur, kita akan kembali menyeruput seduhan kopi dan gula. Apa jadinya kalau sehari saja kita tak bisa mengkonsumsi gula?  

Tetapi, sadarkah Anda kalau gula bukan sebatas pemanis di mulut saja? Gula memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Tetapi, jika dikonsumsi secara berlebihan, maka gula akan berbalik menjadi jadi sumber penyakit. Para ahli gizi menggolongkan gula yang biasa kita konsumsi sebagai gula sederhana (simple sugar). 
Gula sederhana ini tidak mengandung zat gizi lainnya, seperti vitamin atau mineral. Ada lagi kelompok gula lain, yakni gula kompleks (complex sugar) yang memiliki beberapa zat gizi lain seperti vitamuin dan mineral. Ada pun yang masuk golongan complex sugar adalah makanan yang mengandung zat pati seperti nasi, jagung, gandum, dan singkong.

Baik gula sederhana ataupun gula kompleks, semuanya adalah sumber karbohidrat yang oleh tubuh akan diolah menjadi glukosa. Nah, glukosa inilah yang yang akan menjadi makanan bagi sel-sel tubuh manusia. Bahkan, 
“Otak kita itu makanannya glukosa dan oksigen. Seseorang tidak mempunyai kemampuan beraktivitas kalau tidak memiliki glukosa,” jelas Ali Khomsan, dosen Fakultas Ekologi Manusia Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). 
Itulah sebabnya, setelah memakan makanan yang manis-manis, kita sering kali merasa lebih tenang, dan bisa belajar dan berpikir dengan lebih cepat. Satu hal lagi, gula sederhana termasuk golongan monosakarida, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk berproses menjadi glukosa menjadi lebih singkat. Hal ini karena gula hanya memiliki satu molekul saja.

Biarpun ada banyak jenis gula, seperti gula pasir, gula merah, atau gula jagung, kandungan gizinya tetap serupa. Bila sudah dicerna tubuh, semua ragam gula itu akan berubah jadi glukosa dan fruktosa. 
“Meskipun bentuk dan warnanya berbeda-beda, tapi kandungannya tetap sama,” kata Sidartawan Soegondo, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia. 
Yang harus kita ingat, selain gula sederhana dengan berbagai bentuk tersebut, banyak pula jenis makanan lain yang juga mengandung glukosa. Misalnya, es krim, minuman soda, nasi padang, donat, mi ayam atau bakso, semuanya mengandung zat gula, juga pastilah mengandung gula. “Makanya jangan terpaku pada bentuknya,” seru Ali.

Karena itu, kita harus cermat mengatur dan menghitung berapa kadar gula atau glokosa yang masuk ke tubuh. Sebab, jika jumlahnya berlebihan, justru bisa menjadi penyakit, misalnya kelebihan berat badan dan kencing manis. Lalu, berapa takaran yang paling ideal untuk konsumsi gula sederhana? 
Menurut Ali, sebetulnya tak ada patokan yang baku. Sebab, seperti telah diuraikan, ada banyak jenis makanan lain yang juga mengandung zat gula dan bisa diolah tubuh menjadi glukosa. Tapi, ada juga sebagian pakar yang mematok konsumsi ideal gula sederhana adalah 31 gram per hari. “Itu angka yang paling ideal,” kata Sidartawan. Cuma, lagi-lagi kita harus ingat, zat gula juga terdapat pada banyak jenis makanan lain. Karena itu, jika sudah banyak mengkonsumsi makanan penghasil gula kompleks, sebaiknya kita mengurangi konsumsi gula biasa, atau sebaliknya, (segala yg berlebihan tidak baik) 
Sumber : http://diooda.blogspot.com/2012/04/manfaat-gula-untuk-tubuh.html

Ijuk Aren laku, Nira pun lancar dan sekolah anak pun sampai sarjana





Ijuk Aren laku, Nira pun lancar dan sekolah anak pun sampai sarjana

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto


Nan jauh di Tanah Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, Aren memang sudah menjadi bagian ritme kehidupan masyarakat.  Baik suka maupun duka,  Aren selalu menjadi teman dan menyatu dalam seni dan budaya masyarakat Tana Toraja.   Mungkin di seantero tanah air ini, Tana Toraja lah tempat dimana Aren sudah masuk sampai ke relung budaya keseharian masyarakatnya.   Maka tidak salahlah penulis mencoba memahami Aren dari mereka yang dibesarkan dengan hasil dari tanaman Aren ini.  Salah satunya adalah Bapak David Tangdikanan, SP. Seorang Guru Pertanian di SMK Negeri 1 Nunukan.

Suatu malam yang dihiasi rintik hujan, kami datang sengaja ke rumahnya di bagian utara Kota Nunukan.  Pak David, begitu biasanya teman-teman Guru dan murid-muridnya menyebutnya, adalah asli lahir dan dibesarkan di  Tana Toraja, Sulawesi Selatan.   Di suatu Desa bernama Makale masuk kecamatan Makale dan Kabupaten Makale wilayah Tana Toraja.   Beliau adalah anak kelima dari delapan saudara.  Anak dari seorang keluarga Bapak bernama GS Tangdikanan, dimana Bapak adalah seorang Guru di suatu SD di daerah tersebut.

Pak David mengakui bahwa hampir setiap hari selalu membawa produk Nira Aren dan hasil sayuran ke pedagang di kota sambil dia berangkat ke sekolah.  Hasil dari Aren dan sayur-sayuran inilah yang menjadi tumpuan keluarganya waktu itu, termasuk untuk biaya sekolah di kota hingga semua saudara-saudaranya hampir semua menjadi Sarjana.   Keluarga Pak David adalah salah satu keluarga yang menjadikan Aren sebagai penghasilan utamanya setelah sayur-sayuran.  Di Kampungnya itu sebagian besar tetangganya adalah para petani sayuran dan perajin Aren hinga saat ini.

Harga Tuak dari Nira Aren bisa sampai Rp 10 ribu per liter

Di daerah Tana Toraja sekarang jarang yang mengolah Nira Aren menjadi Gula Merah.  Hal tersebut rupanya kurang menjadi pilihan, karena permintaan akan Nira Aren dalam bentuk Nira Segar atau Nira yang terfermentasi menjadi Toak  begitu lancer pasarnya.   Apa lagi kalau pas ada hajatan atau pas musim banyak hajatan,  Nira Aren bisa sangat mahal harganya.  Dalam keadaan biasa saja harganya bisa sekitar Rp 25 ribu per satu jerigen kecil  dengan ukuran 5 liter.  Tetapi begitu ramai permintaan harganya bisa sampai Rp  50 ribu per jerigen 5 liter.   Kalau pas ada pesta maka wadah jerigennya yang ukuran 20 liter, Tuak bisa dihargai sampai Rp 200 ribu, atau Rp 10 ribu per liter.  Bukan main mahalnya, tetapi karena diperlukan untuk pelengkap pesta maka harga tidak menjadi masalah.

Belum lama ini Pak David mendapat kabar dari kampungnya bahwa salah satu pohon Arennya sedang menghasilkan Nira yang cukup banyak sepohon bisa menghasilkan 30 liter per hari.   Padahal dari beberapa pohon yang ada sudah agak lama tidak berhasil dikeluarkan niranya.  Makanya berita tentang berhasilnya salah satu pohon dengan jumlah Nira yang cukup banyak sangat menyenangkan hatinya.  Maklum Pak David sekarang sudah jauh meninggalkan kampong halamannya, karena sekarang harus merantau ke Nunukan sebagai Guru Pertanian.   Dengan 30 liter itu berarti Bapak GS Tangdikanan yang sekarang menjadi pensiunan Guru itu akan mendapatkan penghasilan tambahan dari Nira Aren antara Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu sehari, hanya dari satu pohon Aren saja.   Oleh karena itulah Pak David sangat senang mendengan berita itu.


Pembersihan Ijuk dan hasil Nira

Pak David sempat heran kenapa waktu dia masih bersekolah itu lancar sekali nira mengalir dari tandan bunga Aren itu.   Setelah hampir semua saudaranya menjadi sarjana, pohon Aren itu masih banyak tumbuh di sekitar rumahnya.  Pohon Aren ini tumbuh dengan sendirinya secara alamiah, makanya keberadaannya tidak teratur, ada yang jaraknya berdekatan ada juga yang saling berjauhan.  Namun kebanyakan postur tubuh tanamanya ini bongsor-bongsor dan tinggi menjulang, maklum  jaraknya begitu rapat tumbuh di pekarangan rumah.   Namun beberapa waktu yang lalu agak sulit mengeluarkan Nira, padahal teknik yang dipakai sama persis dengan yang sebelumnya.  Yang berbeda adalah kalau dulu Ijuk Aren ini laku dijual, sekarang hampir tidak ada lagi pedagang yang mencari ijuk.   Makanya Ijuk Aren dibiarkan saja menempel lekat di tubuh pohon Aren itu.  Bahkan batang pohon Aren yang berijuk ini ditumbuhi banyak tanaman pakis-pakisan dan tanaman lain.  Oleh karena itulah pohon Aren kelihatan kalau terbiarkan begitu saja tanpa sentuhan.  Baru setelah pohon Aren mengeluarkan tandan dan bunga-bunganya maka pohon Aren ini mulai akan diperhatikan.   Jadi selama ini praktis Ijuk dibiarkan menempel dan pohon Aren tidak pernah dirawat secara khusus.

Namun kenapa tetangganya yang anak-anaknya masih kecil-kecil dan banyak yang masih sekolah  itu  nggak pernah mengalami kegagalan dalam mengelola tandan bunga Aren dari pohon Aren yang tumbuh di pekarangannya itu.  Air Niranya terus saja lancer mengalir dan jarang mengalami kegagalan setiap tetangganya itu mengelola pohon Arennya.  Apakah keberadaan anak-anak yang sedang perlu biaya untuk sekolahnya ini yang menyebabkan Aren terus keluar Niranya.  Seolah pohon Aren tahu bahwa sang pemiliknya itu perlu dibantu untuk banyak biaya sekolah anak-anaknya.  Apakah dia sedih melihatnya, dan tangisannya itu kemudian menjadi Nira yang bisa dijual sebagai minuman.  Tangisannya itu yang kemudian menghasilkan pendapatan bagi sang pemilik yang memang mendatanginya setiap hari, pagi dan sore.

Ternyata selain rejeki yang untuk anak-anak yang sedang sekolah itu, rupanya sang tetangga tetap rajin membersihkan ijuk pohon, sejak pohon itu masih agak muda.  Itulah mungkin yang membantu Nira lebih mudah disadap dari pohonya.  Tetangganya itu seorang petani sayuran murni dan tidak ada pekerjaan yang lainnya,  sedangkan uur masih agak muda dibanding Bapaknya yang seorang pensiunan itu.   Makanya tetanganya itu masih sempat membagi perhatian kepada pohon Aren untuk sekedar membersihkan ijuk dan kotoran lainnya dari batang pohon Aren. Meskipun tetangganya memiliki pohon tidak terlalu banyak dan pekarangan yang tidak lebih luas itu, menyebabkan dia mengelola lebih sungguh-sungguh.

Oleh karena itu Pak David dan penulis kemudian menduga bahwa sesungguhnya yang membantu agar tandan bunga itu mudah dikelola dan disadap sehingga mengeluarkan Niranya dengan mudah ialah upaya pembukaan seludang Ijuk yang menyelimuti batang pohon Aren itu.   Dengan membuka selimut Ijuk, maka batang pohon menjadi terbuka dan memungkinkan batang itu semakin membesar dan semakin ‘gemuk’.   Seperti kata Dr. Elsye dari Balit Palma, bahwa batang merupakan tempat dimana cadangan pangan hasil dari fotosintesa di daun itu disimpan.  Makanya di dalam batang itu kalau dipotong bagian dalamnya bisa menghasilkan tepung sagu  yang merupakan bentuk kemudian dari hasil metabolisme dan fotosintesa daun Aren.

Menurut Pak Sarman, seorang petani Aren dari Nunukan Kaltim,  kalau ijuk dibersihkan dari pohon sejak masih muda, maka batang pohon tersebut menjadi lebih besar dan kemudian ternyata menyebabkan tandan bunga juga lebih besar dan lebih lunak serta lebih gampang untuk disadap.  Namun yang terpenting menurut Pak Sarman adalah tandan Aren itu menjadi sangat gampang disadap, bahkan dengan sayatan yang sangat tipis saja Nira Aren itu sudah mau menetes cukup deras.  Oleh karena itu bagi Pak Sarman, membersihkan selimut Ijuk ini menjadi keharusan baginya.  Karena Pak Sarman ingin selalu mendapatkan hasil dari Nira Aren makanya dia  selalu melakukan perawatan pohon dengan membersihkan selimut Ijuk yang membalut tubuh Aren.  Pantas jika pohon Aren yang dikelolanya selalu kelihatan bersih dan lebih mudah jika akan dipanjat.

Pak David akhirnya berani menyimpulkan bahwa pembersihan Aren itulah yang secara nggak langsung bisa mempengaruhi hasil Nira Aren menjadi semakin banyak dan semakin lancar.   Dan penulis pun setuju juga, karena petani yang lainnya seperti Pak Sarman juga merasakan seperti itu.

Bagaimana pengalaman Anda ?

Senin, 01 Oktober 2012

Cara Pekebun Aren di Balung River Tawau mengamankan mutu Nira Aren



Cara Pekebun Aren di Balung River Tawau mengamankan mutu Nira Aren

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto


Inilah salah satu oleh-oleh kami yang cukup menarik untuk para pembaca blok kebun aren ini.  Oleh-oleh dari berkunjung ke kebun Aren milik Balung River Eco Resort di Tawau Sabah Malaysia.  Kita boleh saja belajar dari mana-mana.  Yang penting untuk kebaikan dan manfaat, khususnya dipersembahkan buat para petani Aren Indonesia.

Rasanya praktek petani Aren yang bekerja di sana boleh untuk diungkapkan cara kerjanya.  Sebenarnya praktek ini dibawa oleh para pekerja dari tempat asalnya sendiri.  Para pekerja kebun Aren di sana ternyata dari Indonesia juga, tepatnya dari Sulawesi Selatan.  Kebanyakan pekerja kebun Aren yang bekerja di sana adalah dari Kabupaten Sidrap atau Enrekang.   Ternyata kita belajar dengan bangsa sendiri, tetapi belajarnya di Malaysia.

Yang unik adalah wadah Jerigen penampungan nira Aren itu bergandengan atau disatukan dengan botol plastik.  Mulut Jerigen ketemu dengan mulut botol plastik seperti gambar berikut ini.

Jerigen yang dipakai di gambar ini adalah yang ukuran 10 literan.   Sedangkan botol plastik yang dipakai adalah bekas minuman bersoda ukuran 1,5 liter.

Coba gambar itu diperhatikan.   Ternyata mulut botol dan mulut jerigen itu saling terjepit dan saling lengket karena tutup dari Jerigen yang dipasang.  Kalau tutup Jerigen itu dibuka, maka botol juga ikut terlepas.  Pelepasan itu dilakukan kalau Jerigen dan botol plastik ini akan dicuci.

Pencucian Jerigen dan botol itu harus selalu dilakukan untuk menjaga wadah selalu bersih dari bekas Nira  yang mungkin masih menempel.   Jika di dalam botol atau Jerigen itu masih tersisa bekas nira Aren maka itu yang bisa menyebabkan Nira lebih cepat terfermentasi.  Oleh karena itu Jerigen dan botol plastik itu harus dicuci dengan air bersih.









Nah yang unik lagi adalah bahwa botol plastik itu dilubangi.  Ternyata lubang itu nanti akan dimasuki oleh ujung tandan yang sudah disadap atau disayat.  Sehingga botol dan jerigen itu nanti posisinya adalah tergantung diujung sadapan tandan bunga yang mana nira akan mengalir disana.  Jadi fungsi botol itu adalah tempat ujung sadapan dilindungi dari kemungkinan kena kotoran dan air hujan.  Selain itu juga lubang di botol akan dimasuki oleh ujung sadapan sebagai tempat bergantungnya Jerigen.

Lho kok bisa kuat ya?!
Coba Anda perhatikan lagi.   Selain Jerigen dan botol, kan ada seutas tali yang terikat di pegangan Jerigen.   Tali plastik inilah yang berfungsi untuk menyokong kekuatan dari botol plastik yang digantungkan tadi.  Gambarnya seperti ini....


  

Pada saat lubang botol dimasuki ujung tandan, tentu saja lubang botol plastik  ini terlalu lemah nanti kalau Jerigen sudah berisi nira.  Karenanya tali plastik itu memang sudah diukur dengan pas panjangnya.  Tali diregangkan di pantat botol plastik untuk memberi kekuatan.  Makanya ukuran tali itu harus pas, sehingga pantat botol plastik itu benar-benar ditahan oleh tali plastik itu.

Hingga nira yang di Jerigen itu penuh dengan ukuran 10 literan,  lubang botol yang dikuati dengan tali plastik tadi masih bisa menopang nira yang sudah penuh terkumpul.  Dan ternyata tali plastik itu juga sudah dirancang enak untuk dipikul dari kebun Aren ke tempat pengolahan gula.
Dan ternyata botol itu tetap melekat dan berfungsi untuk pelindung dari curah hujan.



 Lubang yang dibuat di permukaan boto  itu untuk pelindung tandan yang disadap.   Di lubang botol inilah ujung tandan yang disadap itu bersembunyi agar mutu nira Aren juga selalu bersih.


Nah.... kalau Sabuk pengkait ini berfungsi sebagai tempat cantholan tali Jerigen, sehingga Jerigen yang terisi nira itu digantung.  Kayu pengkait ini dibuat dari potongan bambu yang kuat, dirangkai dengan 'Sabuk' alias ikat pinggang yang terbuat dari rajutan yang sangat kuat.  Jadi,  para perajin itu pada saat menuruni pohon dengan membawa Jerigen yang berisi Nira digantung untuk dibawa turun.  Demikian juga pada saat para perajin ini naik ke atas pohon dengan membawa Jerigen kosong,  maka jerigen kosong ini pun akan digantungkan di sana.

Itu dulu sekelumit pelajaran dari Balung River Eco Resort tentang alat tradisional pengaman Nira yang berfungsi juga sebagai wadah penampung yang bisa dipraktekkan.

Terima kasih.

MENJAGA MUTU NIRA AREN UNTUK GULA AREN BERMUTU












MENJAGA MUTU NIRA AREN  UNTUK  GULA AREN BERMUTU

Oleh :  Ir. H. Dian Kusumanto

Sore itu saya sedang asyik membuka-buka FB dan kemudian menjadi asyik karena ada pesan masuk di inbox.   Ternyata dari teman FBku yang bernama Eman Sulaeman.   Dan terjadilah dialog seputar gula aren.  Begini dialognya….


halo pak....salam kenal
Halo Pak Eman... salam kenal juga! Apa kabar?! Bapak dimana?
saya dari pandeglang, banten...pengen bnyk belajar ttg aren dr bapak
Waduh.... kok begitu. Di Pandegelang Banten sudah banyak suhunya kan Pak?!
koperasi kami baru mo mulai kmrn kita uji coba buat 20kg...belajar dr pak aan hariang lebak
Ini coba buat apa Pak? Gula Cetak, apa gula semut?
gula semut pak...pandeglang blm ada bru gula cetak aja yg ada
Kalau boleh tahu.. alatnya dari mana Pak?
blm punya alat..kmrn kita numpang olah ke rangkas
ke tmpt pengolahan gula jaher labeur jahe
Ooo gitu... kalau 2o kg itu dari nira berapa liter Pak?
wadduuh brp yaa...soalnya kita mnta petani buat sampe jadi butiran kasar
mo tnya klo olah pakai mesin giling tepung gmn ya pak..?
Ada juga sih yang pakai itu, tapi kemudian diayak lagi..... Bisa juga !
Tapi gilingan tepung itu kan juga sudah ada saringannya.... Tinggal saringannya yang disesuaikan ukurannya..
Tapi yang jelas gulanya harus kering sekali sebab kalau nggak bisa lengket kan??
iya betul...
kita sdng pelajari faktor penentu mutu gula aren...mulai dr jenis tanaman sampai cara penyadapan dan pemasakan...klo ada referensi tolong dibagi ya paak..
Karena sampean masih lebih muda dari saya... biar kupangil Mas saja ya?!!
iyaaa pak...
Sebenarnya mutu gula aren itu sangat dipengaruhi oleh mutu niranya..... Nira yang bermutu, diolah dengan cara yang baik pasti akan menghasilkan gula aren yang bermutu juga....
Nah berarti, bagaimana kita menjaga nira tetap bermutu itu langkah yang pertama.... bagaimana Mas Eman?!
betull...apakah nira yg bermutu itu trgantung dr jenis aren ??
bgmna perlakuan kita utk menjaga mutu aren..?
maaf klo bnyk tanya...maklum lg semangat blajar aren
Yang paling penting yang harus dijaga supaya mutu nira baik itu pertama kebersihannya, kedua menjaga agar tidak terjadi fermentasi yang berlebihan..
Menjaga kebersihan nira itu misalnya dengan menggunakan wadah yang bersih, dijaga dari kemungkinan air hujan, kotoran atau hewan yang memasuki nira.
Makanya pisau sadap itu nggak boleh ganti-ganti sembarangan. Harus tetapdijaga biar tetap steril...
utk menjaga agar tdk terjadi fermentasi berlebihan gmn pak..?
Sebenarnya adalah Pipanisasi Nira... sehingga nira begitu keluar dari luka sayatan sadap terus menetes dan mengalir terus menerus menuju pipa dan lanjut ke penampungan.
Yang selama ini dipraktekkan adalah dengan menampungnya dulu di dalam suatu wadah. Wadahnya bisa bambu atau botol plastik. Pagi ditampung sore diambil, sore ditampung pagi diambil. Tentu saja nira akan mengalami fermentasi karena dia sudah berada di wadah itu antara 10 - 14 jam...
ooo....ok thanks...nanti dilanjut maghrib dlu...makasih bnyk ya pak...
Oh ya... silakan maghriban dulu.... trimakasih sudah ngobrol...
 
Obrolan pun ditutup karena Kang Eman mau sembahyang Maghrib.