Senin, 13 Oktober 2014

Kisah tentang si manis gula Aren di Kabupaten Kayong Utara


SI MANIS YANG MENGGIURKAN
March 15, 2012
Banyak tumbuh dikayong utara. Arenga Pinnata yang lazim disebut pohon aren memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pemerintah Kabupaten Kayong Utara (KKU) membidik peluang ekonomis yang menjanjikan. Pohon aren dimanfaatkan untuk diambil airnya sebagai bahan membuat gula aren, 
“Masyarakat kita lebih mengenal pohon aren sebagai pohon Nau dan banyak liar namun tidak digarap optimal,” Kata Sekretaris Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Kayong Utara, Ir H Wahono ditemui Equator diruang kerjanya, Pengelolaan Guala aren oleh masyarakat di Kabupate Kayong Utara masih di lakukan secara tradisional. padahal jika dikelola secara maksimal bisa menghasilkan nilai ekonomi yang memuaskan. 
Pohon tersebut mudah tumbuh termasuk di KKU sangat cocok tak hanya dapat menghasilkan gula merah, daun pohan nau juga bisa dijadikan rokok dan lidinya bisa dibuat sapu lidi. Sedangkan kulitnya dari batang pohon itu bisa diolah menjadi ijuk. Sejauh ini, pohon aren yang terdapat di sebuah lokasi di Kabupaten Kayong Utara baru sebatas dijadikan gula merah. Gula merah ini dihasilkan dari nira atau air dari buah aren. 
“Jadi nilanya yang diolah menjadi gula merah. kalau nira atau airnya agak sudah rusak maka bisa dibuat bahan atau produk alkohol dan jika nira rusaknya sudah parah dapat dijadikan cuka tetapi kalau dijadikan cuka tidak bisa tahan lama.” papar Wahono. Wohono optimis ekonomi masyarakat akan meningkat jika pohon aren dikembangkan. Pasalnya, harga gula merah atau gula aren di pasaran sekarang mencapai Rp 16.000 perkilo. 
“Saya sudah survey harga gula aren di pasar di daerah kita yang menembus angka Rp 16.000 perkilo,”ucapnya. Satu pohon aren, kata Wahono bisa menghasilkan sebanyak 15 sampai 20 liter nira. Sedangkan jika dimasak menjadi gula dapat menghasilkan 4 sampai 6 Kg. 
“Jika disesuaikan dengan harga pasar sekarang, maka untuk satu pohon aren dalam sehari bisa menghasilkan Rp 60 ribu. Ini kita hitung minimal jika niranya dalam sehari hanya 4 liter untuk satu pohon.” ujar dia. 
Proses pengambilan nira dilakukan pada pagi dan sore hari. Ketika pagi hari biasanya dimulai pukul 05.00 hingga 07.00. Sedangkan sore hari dimulai pukul 17.00 hingga 19.00. Melihat potensi pohon aren yang cukup menjanjikan, dilanjutkan Wahono, dishutbun Kabupaten Kayong Utara pada tahun ini akan mencoba memulai mengembangkan  pohon aren yang rencananya dilakukan di Desa Pampang harapan, kecamatan Sukadana.
”Untuk tahun ini, kita coba menanam sebanyak 3.000 pohon aren di Desa Pampang Harapan sebagai percontohan.’ ujarnya. Nilai ekonomi yang dari pohon aren diakui Wahono, bisa mengalahkan sawit dan juga karet. Betapa tidak semua yang terdapat di pohon aren bisa diolah dan pemiliki nilai ekonomi. “hanya saja, panen pohon aren agak lebih lama jika dibandingkan dengan sawit atau karet. sebab pohon aren baru bisa dipanen selam 6-7 tahun setelah ditanam, ” katanya. masa produktif pohon aren hanya sekitar 20 tahun niranya bisa diproses setiap hari selama 4-5 bulan. “Setelah 4-5 bulan, maka ada masa istirahat, hanya saja saya belum begitu tahu persis masa istirahatnya berapa lama.” Ucap Wahono. 
Tanaman aren yang masih bertahan sekarang ini, umumnya tumbuh karena jasa baik binatang munsang atau luak (paradoxurus hermaprodites) yang selain menggemari biji kopi juga menyantap buah aren. Biji buah aren yang tidak tercerna inilah yang di buang melalui ” pintu belakang” kemudian berkecambah lalu tumbuh menjadi pohon aren dengan penyebaran yang tidak teratur. Oleh karena itu, binatang munsang itu sendiri semakin banyak dimusnahkan oleh teror ternak ayam maka kelanjutan budi daya secara teknis buatan belum layak dilakukan instansi terkait. sedangkan beberapa negara tentangga seperti malaysia dan muangthai telah melakukan proses pembibitan secara intensif dengan skala besar.
Sumber Equator, Kamis 15 Maret 2012

Sumber : http://dishutbun.kayongutarakab.go.id/?p=233

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.