MENUJU TREND INDUSTRI GULA CAIR
Oleh : Dian Kusumanto
Ada ungkapan yang sangat menggelitik dari Bapak Dr. Tatang H. Suriawijaya pada saat beliau bertemu penulis di Nunukan beberapa bulan yang lalu. Yaitu tentang budaya industri rakyat gula Aren, Kelapa, Siwalan dan Tebu, yang selalu dikemas dalam bentuk cetakan menjadi gula batok, gula kotak, gula batu, dan lain-lain istilah lainnya. Budaya ini sebenarnya tidak efisien, sebab nanti pada saat gula sudah sampai di dapur, akan diiris-iris lagi kemudian dicairkan kembali dan baru disajikan bersama olahan panganan lainnya. Hal ini dinilai sebagai budaya yang hanya buang-buang energi dan tidak efisien bagi konsumen sekaligus bagi perajin gula tradisional kita, seandainya menggunakan atau memproduksi gula dalam benuk cair.
Seandainya disajikan, diolah, dipasarkan dalam keadaan masih cair tapi dengan kekentalan tertentu, maka bagi para perajin atau produsen akan dapat mengurangi biaya bahan bakar dan mengurangi tenaga untuk mencetak menjadi tidak ada lagi. Pengolahan untuk menjadi cair tentu memerlukan waktu memasak yang lebih pendek, dengan demikian nira tidak terlalu lama diekspose dalam kondisi panas dibandingkan bila nira akan dicetak menjadi gula padat atau gula semut.
Pendapat Bapak Slamet Sulaiman, pengasuh blog Pabrik Gula Mini demikian juga. Beliau mengatakan, “kenapa gula diproduksi dalam bentuk kristal padat, padahal setiap pemakaian gula selalu dilebur kembali apakah untuk makanan, minuman rumah tangga maupun industri, mungkin dulu pada awal awal industri gula kemasan untuk komoditi cair masih susah, yang ada hanya kemasan karung goni, sabun pun dulu sabun batangan belum ada sabun cair, shampoo juga dalam bentuk powder putih belum ada shampoo cair, bahkan obat obatan kebanyakan dalam bentuk puyer belum ada obat penurun panas dan obat batuk botolan”.
Selanjutnya beliau mengatakan, “Saat ini dunia juga mulai dengan pemanis gula dalam bentuk cair, pemikiran yang sederhana, investasi yang lebih murah, yield yang sejenis tanpa ada by produk dan sebenarnya konsumen diuntungkan karna tidak kehilangan energi untuk melebur kembali, permasalahannya hanya merubah habitat pasar. Nah kenapa kita juga tidak segera memulai ?”
Teknologi Penguapan Hampa
Kalau Pak Tatang menyarankan penulis untuk menengok perkembangan teknologi Maple Syrup di Canada dan Amerika Serikat Bagian Utara, maka Pak Slamet mempunyai pendapat agar kita bisa menerapkan teknologi penguapan dengan udara vacum atau hampa. Selanjutnya Pak Slamet Sulaiman mengatakan, ”Gula cair yang diproses dengan penguap hampa , dididihkan pada temperature max 60 celsius memberikan warna yang lebih cerah”.
Gula cair yang saat ini diproduksi dan dijual dipasaran berwarna gelap karena pengaruh penguapan dengan api langsung. Gula cair dari bahan apapun baik dari batang tebu, batang sweet sorghum, nira keluarga palma (kelapa, nipah, aren, siwalan) merupakan peluang berprospek baik dan sangat menantang. Semua yang merupakan tantangan teknologi, tantangan sosialisasi dan pemasaran, dan sebagainya sebenarnya dibaliknya terbentang peluang yang cukup besar, sisi ekonomis sisi penyerapan tenaga kerja dan sisi mensejahterakan rakyat. Aneka bahan nira ini akan menjadi prospek yang sangat menarik, sehingga produk gula cair kitananti menjadi sangat beragam dan banyak pilihan.Ilustrasi diatas menggambarkan bagaimanapun dengan technologi tradisional gula cair akan sulit untuk berkembang dan diterima pasar, warna gelap memberikan kesan komoditas klas rendah dan tidak sehat,sementara dengan sentuhan teknologi akan didapat produk standart dan memenuhi standarisasi produk. Investasi dalam kisaran ratusan juta atau beberapa milyar tergantung dari kapasitas dan technology yang diterapkan akan mampu membangkitkan ekonomi pedesaan (tanaman palmae hanya ada di pedesaan).
Bahkan beberapa produsen gula cair biasanya membeli dari para perajin berupa gula cetak yang sudah jadi atau setengah jadi, kemudian dihancurkan kembali dan ditambah air untuk menjadi gula cair atau gula semut. Ini jelas pemborosan, karena kerja dan biaya dua kali, sedangkan hasil produknya menjadi lebih gelap dan kurang menarik.
Pabrik Gula Aren dengan teknologi masakan hampa terpasang di Minahasa Selatan menghasilkan gula organik kristal (gula semut) untuk meningkatkan kesejahteraan penderes nipahTeknologi penguapan hampa (Vacum Evaporator) juga dilakukan pada pengelolaan nira dari Pohon Maple untuk dijadikan Maple Syrup di Canada dan America. Dengan teknologi penguapan hampa ini maka dihasilkan Maple Syrup yang sangat bening dan menarik seperti gambar di bawah ini. Berbeda dengan Gula Aren Cair kita yang masih berwarna gelap dan terasa kurang menarik.