(Investasi
dengan komoditi Aren jauh lebih murah dibandingkan Tebu)
Oleh : Ir. H. Dian
Kusumanto
Awal tahun 2014 yang lalu
saya membaca di Metronews pernyataan Menteri Pertanian Dr. Suswono bahwa
target swasembada Gula pada tahun 2014
sebesar 5,7 juta ton tidak akan tercapai. Sejak awal swasembada gula dicanangkan
pada tahun 2009 yang lalu, penulis merasa ini adalah hal yang mustahil. Kalau bahasanya Asmuni dari grup lawak
Srimulat adalah “hil yang mustahal”.
Ternyata demikian kenyataannya kita hanya mampu menghasilkan 2,5 juta
ton pada tahun 2013 ini, masih sangat jauh.
Banyak alasan dan
sebab-sebab yang disampaikan oleh para pejabat yang terkait dengan swasembada
gula ini sehingga target swasembada ini tidak tercapai. Sebabnya sebagai berikut :
1.
Lintas
Kementerian tidak sinergis.
2.
Kementerian
Pertanian perannya hanya 20 %.
3.
Target 20-25
PG baru tidak tercapai, hanya 1 PG baru saja. Kementerian Perindusterian juga
tidak ada gregetnya.
4.
Investasi PG
baru macet karena tidak tersedia anggaran dan swasta dan BUMN tidak siap atau
tidak berminat.
5.
Lahan yang
diperlukan 300-350 ribu hektar, yang tersedia 195 ribu hektar yang dibebaskan
Kementerian Kehutanan. Tetapi tidak ada
yang mengajukan HGU, karena masyarakat minta uang pembebasan. BPN baru proses
kalau clean & clear. Hanya 40% dari 195 ribu hektar yang bisa digunakan
untuk perkebunan Tebu.
6.
Asumsi awal
300 ribu ha sudah dimulai sejak 2010.
7.
Dan
lain-lain.
Pada tulisan ini penulis
mencoba membuat proyeksi dengan angka target swasembada gula nasional kita
sebesar 5,7 ton gula per tahun. Ada 2
pilihan komoditi yang diperbandingkan, yaitu komoditi lama tanaman Tebu (Saccharrum officinarum)
dan komoditi harapan baru yaitu Aren (Arenga
pinnata). Penulis sengaja
menyampaikan wacana ini agar bangsa Indonesia yang dianugerahi aneka tanaman
penghasil gula ini tidak hanya terpaku pada satu komoditi saja. Sebenarnya di Indonesia yang kaya raya akan
plasma nutfah ini terdapat banyak jenis tanaman asli yang bisa diolah menjadi
gula. Dari keluarga palma seperti
Kelapa, Siwalan, Nipah dan Aren. Dari
keluarga ubi-ubian ada Singkong, Ubi Jalar dan Bit Gula. Dari keluarga Serealia selain Tebu ada juga
Jagung, Sorgum dan lain-lain. Namun
penulis akan menyandingkan 2 komoditi saja yaitu Tebu yang selama ini digunakan
dan tanaman Aren yang diharapkan sebagai alternatif masa depan.
Target swasembada dengan
memproduksi gula sebanyak 5,7 juta ton setiap tahunnya, tentu memerlukan lahan
kebun untuk menghasilkan bahan baku dan juga pabrik untuk mengolah bahan baku
menjadi gula. Ternyata investasi akan
lebih murah jika untuk mencapai target swasembada gula nasional memilih
komoditi Aren.
Dengan menggunakan
asumsi-asumsi sebagai berikut :
1.
Untuk Tebu :
produktivitas 6 ton/ha/tahun, dengan investasi lahan kebun Rp 100 juta/hektar,
kapasitas pabrik 5.000 tcd, rendemen 8% dan harga pabrik gula Tebu Rp 1,2
trilyun/unit.
2.
Untuk Aren :
produktivitas 50 ton/ha/tahun, dengan investasi lahan kebun Rp 50 juta/hektar,
kapasitas pabrik 5.000 tcd, rendemen 14 % dan harga pabrik gula berbahan nira
Aren Rp 200 milyar/unit.
Maka untuk mencapai
target swasembada gula nasional sebanyak 5,7 juta ton GKP per tahun jumlah
investasi seluruhnya baik untuk untuk kebun dan pabrik, sebagai berikut :
1.
Jika berbasis
komoditi Tebu, investasi sebesar Rp 180,5
trilyun (kebun Tebu Rp 95 trilyun dan pabrik gula Tebu sebesar Rp 85,5 trilyun)
2.
Jika berbasis
komoditi Aren, investasi sebesar Rp 9,093
trilyun (kebun Aren Rp 5,7 trilyun dan pabrik gula Aren senilai Rp 3,393
trilyun)
Dengan demikian dengan
memilih Aren sebagai komoditi dasar (base
commodity) untuk mencapai swasembada nasional maka nilai investasi jauh lebih murah jika
dibandingkan komoditi Tebu. Hitungan dan
proyeksi lebih lengkap disajikan sebagaimana tabel berikut.
Tabel 1.
Proyeksi nilai investasi kebun untuk memenuhi target nasional swasembada
gula berdasarkan produktivitas dan luas areal kebun antara Tebu dan Aren
Tabel 2.
Proyeksi nilai investasi pabrik gula untuk memenuhi target nasional
swasembada gula berdasarkan kapasitas pabrik dan rendemen antara Tebu dan Aren
1 komentar:
layout nya berantakan pak kalo pake blogspot, banyak yang gak bisa dibaca halamannya, coba wordpress seperti pak dahlan iskan, layout nya lebih enak dibaca
Posting Komentar