......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Kamis, 17 September 2009

MERANCANG KOMODITI UNGGULAN DAERAH YANG PRO RAKYAT DENGAN POLA TERPADU AREN, SINGKONG DAN SAPI

MERANCANG KOMODITI UNGGULAN DAERAH YANG PRO RAKYAT DENGAN POLA TERPADU AREN, SINGKONG DAN SAPI

Oleh : Dian Kusumanto

Pembangunan yang pro rakyat menjadi isu dan topik hangat menjelang pemilu pilpres yang baru lalu. Neoliberalisme seolah menjadi musuh yang harus dienyahkan dalam era pembangunan yang akan datang. Semua kandidat dengan getol mengajukan konsep pembangunan yang pro rakyat dan tidak mau disebut sebagai agen Neolib, Neo Liberalisme.

Namun sampai sekarangpun , setelah usai pemilu dan pemenang sudah disahkan, belum ada yang mengajukan konsep yang jelas bagaimana penbangunan yang pro rakyat itu. Belum jelas pilihan komoditi apa yang menjadi unggulannya. Mereka seolah-olah lupa dengan isu yang dikembangkan dulu, tidak ada bekas-bekas jejaknya. Mereka semua lupa bahwa rakyat terus menunggu konsep itu segera dapat diaktualisasikan, diimplementasikan dalam program yang nyata.

Indonesia yang melimpah sumber daya alamnya, yang masih luas lahan–lahan yang tidak produktif, menunggu sentuhan program yang nyata, khususnya pembangunan ekonomi yang pro rakyat. Masalah pangan dan energi yang masih menjadi momok terjadinya krisis, perlu segera diatasi dipecahkan, sembari sekalian dengan paket pembangunan yang pro rakyat. Artinya pembangunan yang pro terhadap ekonomi rakyat sekaligus mengatasi masalah asasi dasar manusia, yaitu pangan & energi yang harus saling bersienergi. Alasan diatas lah yang melatarbelakangi penulis untuk menawarkan rancangan komoditi unggulan secara terpadu dengan pilihan pada komoditi AREN, SINGKONG & SAPI.

Alasan pemilihan komoditi .

Aren dipilih karena beberapa hal sbb :

1) Produktiffitasnya sangat mengagumkan, dibanding komoditi yang lain

2) Pendapatan dari usaha harus komoditi Aren sangat tinggi dan mensejahterakan rakyat secara langsung. Aren memiliki daya ungkit ekonomi rakyat sangat hebat .

3) Aren sangat fleksibel, dapat ditanam dimana saja, khususnya dalam memanfaatkan lahan kurang produktif yang selama ini tidak digunakan oleh komoditi pangan lainnya.

4) Aren tanaman asli Indonesia, yang adaptasinya sangat luas, mudah dibudidayakan dan masyarakat sudah familiar.

5) Produk–produk tanaman Aren sangat banyak sehingga dapat memicu ekonomi kerakyatan tumbuh sangat beragam & luas

6) Produk–produk dari Aren dapat diarahkan kepada industri kerajinan rakyat, industri pangan, industri bidang energi, industri hilir yang sangan beragam.

7) Aren berpotensi menggantikan peran Tebu sebagai alternatif bahan baku produksi gula nasional dan produksi gula rakyat.

Dengan semakin menurunannya produkfitas tebu, semakin tuanya pabrik-pabrik gula, semakin berkurangnya daya dukung lahan, Aren menjadi alternatif yang paling masuk akal. Sehingga pada dasa warsa yang akan datang Aren dapat diandalkan untuk mengganti peran tebu pada industri gula Nasional.

8) Pengembangan perkebunan dan industri berbasis Aren akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, sehingga dapat di andalkan untuk penanganan masalah pengganguran.

9) Dan lain-lain. (selengkapnya dapat dilihat dalam http://kebunaren.blogspot.com)

Aren termasuk tanaman jangka panjang, karena umur mulai berproduksi adalah sekitar 6-7 tahun. Oleh karena itu perlu di kombinasi dengan komoditi jangka pendek yang cocok dipadukan dengan perkebunan Aren. Tanaman yang hebat itu adalah singkong. Singkong dapat ditumpangsarikan dengan Aren, dan sama sekali tidak akan mengganggu Aren, demikian juga sebaliknya.

Kenapa memillih Singkong :

1) Singkong adalah komoditi yang strategis, karena produk-produk hilirnya sangat banyak dan dibutuhkan oleh industri-industri lainnya, baik industri pangan, industri kimia, manufaktur, produksi energi, dll.

2) Sebagai bahan pangan, produk dari singkong dapat menggantikan fungsi beras ( sumber karbohidrat), fungsi tepung terigu (yang masih net impor).

3) Budidaya tidak sulit, sudah merakyat dan petani Indonesia sudah sangat familiar dengan singkong.

4) Rekayasa peningkatan produkfitas singkong, masih sangat terbuka dan gampang untuk direalisasikan, teknologinya sudah tersedia, selain itu sumber plasma nutfah singkong juga melimpah sehinga memudahkan untuk merakit genetik yang unggul dan berproduksi tinggi.

5) Seperti Aren singkong juga dapat dijadikan program kemandirian energi rakyat di pedesaan.

6) Singkong selama ini juga sudah menjadi bahan baku pakan ternak andalan. Bahkan limbahnya dapat menghidupkan industri peternakan yang akan memacu ketersediaan daging dan susu untuk pangan, serta pupuk & pestisida organik bagi dunia argroestate selanjunya.

7) Dan lain-lain.

Sinergi antara perkebunan Aren dan singkong menjadi pilihan paling prospektif dan strategis di masa akan datang. Sambil menunggu masa mulai panennya Aren, Singkong sudah dapat dipanen setiap 8-10 bulan dan terus menerus beriringan dengan Aren pada lahan yang sama.

Dengan pembudidayaan singkong ditengah-tengah kebun Aren dapat memaksimalkan sumber daya manusia dan lahan yang ada, sekaligus meminimalkan input sarana produksi dan biaya operasional tenaga kerja. Artinya sistem keterpaduan ini bisa menyebabkan efisiesi biaya, sdm & sda yang ada. Untuk meningkatkan nilai tambah komoditi singkong maka perlu dirancang berdirinya industri pengolahan singkong, seperti pabrik pengolahan tepung cassava, tepung mocaf, deksrin, HFS, dll.

Adanya industri-industri tadi akan sangat menghidupkan ekonomi di pedesaan, tenaga kerja akan banyak dibutuhkan, maka penggangguran akan dapat diatasi. Bahkan tenaga-tenaga kerja dari luar akan berdatangan. TKI yang keluar negeri dapat dikurangi, kerena di negeri sendiri sudah terbuka lapangan pekerjaan .


Lalu apa hubungan dengan Sapi ?
Sapi adalah salah satu hewan ternak yang sangat penting dan strategis. Sapi akan memanfaatkan limbah dari hasil panen dan limbah industri singkong menjadi sumber pakannya. Limbah dari singkong seperti daun, pucuk singkong, dan kulit luar singkong, adalah pakan yang murah dan gratis bagi Sapi.

Sapi sangat di perlukan untuk menyempurnakan sistem besar keterpaduan diantara perkebunan Aren, singkong dan industri ikutannya. Selanjutnya dari usaha ternak sapi akan dapat di hasilkan pupuk dan obat-obatan yang akan menunjang produktifitas dari aren dan singkong itu sendiri. Pupuk dan obat-obat hama akhirnya dapat dipenuhi sendiri oleh sistem tersebut. Maka sinergi ini akan menjadi sangat sempurna karena hampir tidak memerlukan lagi pupuk dari luar sistem. Bahkan pupuk dan obat hama ini akan berlebih dan kelebihannya akan dapat dijual keluar sistem menjadi suatu nilai tambah lainnya.

Biokultur. Pupuk organik hebat yang dibuat dari limbah Sapi

Nilai tambah berupa pupuk dan obat hama ini tentu saja akan dapat mendukung ketersediaan sarana produksi bagi usaha tani lainnya dengan biaya yang lebih terjangkau. Dengan teknologi pengolahan pupuk dan obat-obat nabati ini akan dapat memacu produksi tanaman pangan lainnya yang ada disekitar sistem tadi.

Proyeksi atau gambaran hasil produksi dari sistem terpadu dengan asumsi lahan usaha terpadu seluas 50 ha, maka dapat dihitung sebagai berikut :

1) Aren 200 pohon / ha x 50 ha = 10.000 pohon

Produksi nira : 10.000 pohon x 50% = 5.000 pohon siap produksi setiap hari.

Jika setiap pohon menghasilkan nira 15 liter/ pohon/ hari, maka akan dihasilkan nira sebanyak : 15 liter/hari x 5.000 pohon = 75.000 liter/ hari.
Jika diolah menjadi gula (dengan konversi nira gula = 7.5 liter/ kg gula.
Maka produksi gula = 75.000 liter/ hari : 7.5 liter/ kg.
= 10.000 kg gula/ hari.
= 10 ton gula/ hari atau 3.000 ton/ tahun (jika 300 hari kerja).

2). Singkong seluas 50 ha.

Dengan masa budidaya hingga panen selama 10 bulan dengan produktifitas sebesar 50 ton/ hektar,

Maka produksinya = 50 ha x 50 ton/ ha /10 bulan
= 2.500 ton / 10 bulan
Atau 250 ton/ bulan.
Jika dala sebulan jumlah hari kerjanya 25 hari, maka panen singkong setiap harinya : 250 ton/ bulan : 25 hr kerja/ bulan = 10 ton/ hari kerja.

10 ton singkong /hari akan menghasilkan :
a). Tepung mocaf = 25 % x 10 ton/ hari = 2.5 ton/ hari
b). Kulit singkong = 15% x 10 ton /hari = 1.5 ton/ hari
c). Daun dan pucuk singkong = 50 % x 10 ton = 5 ton / hari.

3).  Sapi

Jika keperluan pakan sapi sekitar 50 kg / ekor / hari

Maka dengan limbah berupa kulit dan daun sebesar 6.5 ton/ hari, dapat dipelihara sapi sebanyak = 6.500 kg/ hari : 50 kg/ hari/ ekor = 130 ekor.

Jika masa penggemukan sapi dalam satu siklus selama 6 bulan, maka dalam setahun ada 2 siklus. Atau dalam setahun dapat dipelihara sebanyak 260 ekor Sapi.

Adapun hasil dari penggemukkan selama masa 6 bulan akan menghasilkan pertambahan daging sebanyak : 150 hari x 0.6 kg/ hari/ ekor = 90 kg /ekor.

Jika harga berat hidup Sapi itu sebesar Rp 25.000 /kg BH, maka pendapatan kotor dari usaha penggemukan Sapi ini adalah = Rp 2.25 Juta/ ekor/ siklus.

Kalau 260 ekor setahun artinya ada potensi keuntungan sebesar Rp. 585 Juta/tahun dari penggemukkan sapi.

Dengan bertambahnya umur aren, maka populasi dari singkong juga dikurangi. Berkurangnya luas penanaman singkong menyebabkan berkurang juga produksi tepung, di kurang jumlah pakan sapi sehingga jumlah sapi yang diipelihara juga dikurangi / luas lahan.

Adapun proyeksi populasi singkong yang ditanam di antara pohon Aren adalah sbb.

Tabel 1.

Adapun proyeksi nilai ekonomi pendapatan usaha terpadu volume 50 ha ini adalah sbb :

Tabel 2.

Hitungan di atas adalah untuk lahan seluas 50 ha saja. Atau yang biasa / harus di kelola oleh satu kelompok tani dengan jumlah anggota 25 orang (masing-masing petani rata-rata memiliki 2 ha lahan).


Kalau di suatu desa itu ada 500 ha berarti akan terbentuk 10 kelompok tani dengan anggota 250 orang atau 250 KK. Kalau lahan mencapai 1000 ha berarti ada 20 kelompok tani dengan anggota 500 orang atau 500 KK. Ini sudah memenuhi syarat untuk menjadi suatu Gapoktan atau gabungan kelompok tani. Dalam hal pengelolaan usahannya bisa di kembangkan menjadi suatu koperasi atau Badan Usaha Milik Petani (BUMP) atau dengan sebutan yang lain yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMD).

Dalam hal pengelolaan keuangan dari BUMP/ BUMD ini bisa juga di bentuk suatu Bank desa atau LKM (Lembaga Keuangan Mikro). Sebenarnya kalau dilihat dari volume uang yang akan berputar dari bisnis usaha tani terpadu ini sudah sanggat layak untuk menjadi sebuah BANK DESA, karena memang berada di desa, bukan lagi LKM. Sebab dana yang berkembang sudah sangat besar .




OMSET USAHA DAN PENGEMBANGAN

Dari bisnis tepung saja kalau 50 ha sudah ada omset Rp 2 Milyar/ tahun, berarti kalau 1.000 ha omset akan mencapai Rp 40 Milyar/ tahun. Belum lagi sapi yang bisa mencapai sekitar Rp 10 Milyar/ tahun, pupuk dan obat hama yang mencapai Rp 5 Milyar/ tahun. Apalagi bila aren sudah mulai produksi pada tahun ke 6-7, omset usaha terpadu di desa ini akan mencapai angka Rp 600 Milyar per tahun. Desa dengan pendapatan sebesar ini mustahil jika rakyatnya ada yang sangat miskin.

Proyeksi pendapatan jika luas areal lahan usaha 1.000 ha.
1. Tepung : Rp 40 M
2. Sapi : Rp 10 M
3. Limbah : Rp 5 M
4. Aren : Rp 600 M
Jumlah : Rp 655 M/ tahun

Untuk mengolah lahan 1.000 ha semua petani sudah dibuat 'kuwalahan', belum lagi untuk mengolah industri tepung yang mencapai rata-rata lebih dari 10.000 ton/ tahun, mengelola sapi lebih dari 4.000 ekor, mengolah pupuk dan urine sapi dengan volume lebih dari 6.000 ton/ tahun.

Kesibukan itu akan bertambah pada saat aren sudah mulai berproduksi. Volume gula yang harus di kelola akan lebih dari 60.000 ton Gula/ tahun yang diolah dari nira sebesar 450.000.000 liter Nira/ tahun. Tentu saja ini akan mengundang tenaga kerja dari luar desa tersebut akan tejadi urbanisasi ke desa tempat perkebunan Aren dan Singkong seluas 1.000 ha ini.


PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA

Berapa proyeksi kebutuhan tenaga kerja yang akan diserap untuk usaha terpadu dengan dukungan lahan kebun seluas 1.000 ha ini.  (Ini hitungan proyeksi kasar, masih bisa dikoreksi)

1) Kebun singkong 1 orang/ ha X 1.000 ha = 1.000 orang

2) Pengelolaan tepung singkong 2 orang/ 50 ha, kalau 1.000 ha kebun = 400 0rang

3) Perkebunan aren :
- pemeliharaan kebun : 500 orang
- panen nira 5 orang/ha : 5.000 orang

4) Pabrik pengolahan gula :

- Angkutan hasil kebun : 200 orang
- Pengolahan Gula : 500 orang
- Managemen kebun : 50 orang
- Managemen pabrik : 50 orang

5) Koperasi :

- Administrasi : 10 orang
- Simpan pinjam/ bank desa : 10 orang
- Tenaga lapangan koperasi : 10 orang
- Tenaga pemasaran, dll : 10 orang
- Dll : 20 orang

Jumlah 7.860 0rang

Inilah yang kita sebut sebagai Pro Job, karena bisa mengatasi pengangguran.  Pro Poor, karena memang bisa mengentaskan kemiskinan, Pro Growth, karena pertumbuhan ekonomi di desa itu juga akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah lainnya.  Pro Health, karena memang akan membuat kita sehat dan terbebas dengan aneka racun pestisidan dan pupuk-pupuk kimia.  Pro Planet karena sistem ini sangat memperhatikan keterpaduan alami dan tidak mengeksploitasi alam sehingga bisa dijamin kelangsungannya.

Bagaimana menurut Anda??

Selasa, 08 September 2009

BENIH KECAMBAH AREN

ASYIKNYA MENELITI BENIH KECAMBAH AREN


Tak terasa sudah lebih dari 1,5 tahun saya meneliti biji-biji Aren (Arenga pinnata).  Sebenarnya sudah banyak kemajuan dalam memahami pola-pola kehidupan dari biji Aren hingga menjadi bibit Aren yang siap tanam.

Yang paling asyik adalah pada tahap biji-biji itu mulai berkecambah.  Dari biji yang berwarna hitam itu bila muncul bulatan kecil warna keputihan, rasanya seperti mendapatkan seteguk air pada saat kita berbuka puasa.  Segar sekali dan sangat menyenangkan.  Maka dari dalam hati terucap "Subhanallaah!!".  Setiap kutemui ada kecambah dari kumpulan biji yang disemai selalu ingin kuucapkan "Subhanallaah!!".

Maha Suci Allah yang telah membangunkan naluri kehidupan dari setiap "biji" makhlukNya...

Maka dengan kehidupan sebiji Aren ini...

harapan akan rahmatNya, harapan akan memperoleh rizqiNya membinarkan harapan..

Asa pun terbangun..

Semangat pun menyeruak penantian munculnya suatu kehidupan baru.  Hidupnya suatu tanaman, suatu pohon yang akan membawa keberkahan bagi yang memeliharanya dengan penuh kesyukuran.

Seperti isyaroh Kanjeng Sunan Bonang kepada Raden Mas Sahid alias si Calon Kanjeng Sunan Kalijogo.  

Lamanya jaman berwindu berabad ... menutup kilau emasnya... menutup pemahaman kawula yang terhimpit belenggu kebodohan, penjajahan, keegoan jaman...

Maka dari kecambah Aren ini .. kita awali dengan kata-kata "Maha Suci Allah", "Subhanallaah",  karena dengan kata-kata itu kita akan punya harapan akan memiliki kebun di Surga...  dan kalau kita lebih mensyukurinya kita akan memiliki Kebun Aren di dunia.....

Maka bersiaplah menyongsong "ngundhuh wohing pakerti", "ngundhuh emas kamulyan", kemakmuran dan kesejahteraan... bagi yang mensyukurinya.










BENIH KECAMBAH AREN

Sabtu, 05 September 2009

HARGA GULA AREN DI LEBAK TEMBUS Rp 20.000/kg





HARGA GULA AREN DI LEBAK TEMBUS Rp 20.000/kg 



Lebak, 18/7 (FINROLL News) -

Harga gula aren di Kabupaten Lebak, Banten, saat ini menembus Rp20.000 per kilogram akibat tingginya permintaan di pasaran lokal. 

"Selama dua pekan terakhir ini harga gula aren cukup bagus, karena menjelag Ramadan 2009," kata Suleha (35) seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Sabtu. 
Suleha mengatakan, saat ini permintaan gula aren begitu tinggi sehingga dirinya menampung dari sentra-sentra pengrajin gula aren. 

Pengrajin gula aren di Kabupaten Lebak cukup banyak mereka tersebar di Kecamatan Cigemblong, Malingping, Cijaku, Sobang, Muncang, Cirinten, dan Leuwidamar. 
"Sebagian besar sentra pengrajin gula aren itu, karena melimpahnya bahan baku perkebunan aren atau nira," katanya. 

Menurut dia, permintaan gula aren saat ini bukan hanya warga Provinsi Banten saja, melainkan juga dari Jakarta, Bekasi hingga Bandung. 
Kualitas gula aren Kabupaten Lebak, dinilai bagus dibandingkan dari daerah lain di Banten. 
Kelebihan gula aren di sini tidak mudah patah dan rasanya juga sangat manis sebagai bahan pembuatan kue atau kolak. 
"Biasanya, pada Ramadan gula aren dijadikan bahan pembuat kolak pisang," katanya. 

Rumanta (50) seorang pengrajin gula aren di Kecamatan Sobang, mengaku dirinya bergelut dibidang pengrajin gula aren setelah ada pembinaan dari Pemkab Lebak. 
Pembinaan ini, kata dia, pemerintah daerah memberdayakan potensi alam yang ada di wilayah setempat, menyusul banyaknya perkebunan aren karena letaknya di pegunungan dan perbukitan.  Tanaman aren tumbuh pada dataran tinggi sehingga perlu adanya pengembangaan usaha masyarakat. 
"Saya menggeluti usaha ini sudah 10 tahun dan pemasarannya untuk memenuhi permintaan pasaran lokal," ujarnya. 

Sementara itu, sejumlah pengrajin gula aren lainnya mengaku hingga saat ini mereka belum tersentuh pinjaman modal dari Bank. 
Saat ini, mereka pengrajin gula aren terlilit ijon karena minimnya permodalan. 
"Saya sangat berharap pemerintah menggelontorkan modal untuk meningkatkan produksi," kata Wahyu (50) seorang pengrajin gula aren di Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak.


Sumber :

http://www.news.id.finroll.com/bisnis/industri/105067-____harga-gula-aren-di-lebak-tembus-rp20.000____.html

Jumat, 04 September 2009

MENUJU BUDAYA INDUSTRI GULA RAKYAT YANG ADIL, MAJU, BERMARTABAT DAN MENSEJAHTERAKAN






MENUJU BUDAYA INDUSTRI GULA RAKYAT YANG ADIL, MAJU, BERMARTABAT DAN MENSEJAHTERAKAN


Oleh : Dian Kusumanto


Pekerjaan utama seorang perajin gula Aren, gula kelapa adalah memanjat pohon, menyadap tandan bunga Aren atau mayang kelapa dan menampung air nira dan mengolahnya menjadi gula. Kalau diamati, kegiatan yang saling berbahaya dan beresiko tinggi adalah memanjat pohon kelapa. Dalam sehari rata-rata para perajin memanjat 10 -20 pohon Aren atau sekitar 50 pohon kelapa bahkan ada yang sampai 100 pohon kelapa setiap hari 2 kali pagi dan sore. Misalnya sekali saja dia terjatuh, maka bisa jadi dia tidak bisa lagi memanjat seterusnya. Pohon Kelapa yang dipanjat rata-rata sudah sangat tinggi diatas 10 meteran. Resiko yang paling fatal adalah meninggal dunia atau cacat seumur hidup.

Selama ini para perajin belum ada yang dilindungi atau dijamin oleh asuransi. Juragan gula tidak terkait dengan resiko yang dialami oleh para perajin. Juragan gula hanya tahunya membayar jika dia setor gula. Sejak dulu hingga sekarang belum ada perusahaan penampung yang mengasuransikan para pekerjanya ini.

Apalagi jaminan biaya kesehatan bagi keluarganya tentu juga tidak ada. Apabila ada keluarga yang sakit dan perajin dituntut untuk terus memanjat pohon dengan kondisi psikologis sedang merasakan kesedihannya tentu resiko kecelakaan bisa lebih tinggi. Dari sisi ini terlihat bahwa para perajin belum bisa dikatakan sejahtera dan terjamin kehidupan sosialnya.

Hal ini memang tidak mudah untuk merubah tatanan yang sudah ada secara turun menurun. Tatanan sosial pada kerja seperti ini layaknya pola-pola jaman kolonialisme dulu. Dulu jaman tanam paksa, jaman kerja paksa tapi yang sekarang ini jaman terpaksa kerja karena kalau tidak kerja keluarga tidak makan.

Struktur perekonomian seperti ini sebenarnya berpola imperialis, kapitalis yang merupakan praktek-praktek kaum neoliberalisme. Tapi sepertinya hal ini tidak disadari karena dianggap sudah benar, ”sudah adil”,  padahal ini tidak manusiawi. Kenapa dikatakan tidak manusiawi?

Sebenarnya para perajin ini adalah tulang punggung utama sistem industri gula rakyat. Kalau tidak ada kerja keras dan sangat beresiko dari mereka, sistem ini tidak jalan. Namun jerih payahnya belum sebanding dengan nilai ekonomi yang diperolehnya. Dia sudah menjamin sistem ini tetap berjalan, tetapi dia sendiri tidak terjamin keselamatannya, kesehatan, kesejahteraannya.

Para pihak yang menjalankan sistem ini seolah tidak mau peduli dengan ketidak adilan ini, yang penting usaha tetap lancar karena mereka tetap terpaksa bekerja. Jadi energi mereka sebenarnya karena keterpaksaan keadaan. Semangat kerja mereka karena keterpaksaan untuk tetap menghidupi keluarganya, meskipun dengan resiko yang sangat tidak seimbang dengan imbalannya.

Apabila kita melihat kehidupan para perajin dan tingkat penghasilanya sebenarnya bisa kita tingkatkan. Pola sistem usaha yang selama ini berlaku pun kalua kita mau bisa juga kita rubah. Sistem yang selama ini terasa penuh keterpaksaan, bisa kita buat menjadi sistem kerja yang sangat menyenangkan dan membanggakan. Chimistery usaha gula kelapa ini memang harus berubah dengan kondisi usaha yang penuh rasa saling memerlukan, saling menghargai dan saling percaya. Hal ini tejadi karena beberapa hal :

1) Mutu gula kelapa rendah
2) Akibatnya harga gula juga murah
3) Biaya bahan bakar mahal dan semakin mahal
4) Pasar gula kelapa masih sangat terbatas dan belum bersaing
5) Peralatan mengolah gula masih sangat sederhana/ tradisional
6) Masih sering terjadi kecurangan dan kekurangterbukaan di dalam sistem
7) Masih ada perasaan saling tidak adil, saling mencurangi, merasa dirugikan satu sama lain
8) Terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara para pedagang gula, mereka memang tidak bersatu atau disatukan, mereka bekerja sendiri-sendiri
9) Tidak adanya regulasi yang ketat yang melindungi sistem usaha ini,
10) Dll

Lalu siapa saja yang masuk dalam industri gula kelapa rakyat ini .
1) Pemilik pohon
2) Perajin gula (pemanjat dan pengolah)
3) Pedagang pengepul
4) Pedagang besar
5) Pasar/ pabrik

Dalam sistem industri gula kelapa rakyat terdiri dari banyak sub sistem yang terkait, yaitu :

1) Pohon kelapa dan produktifitas nira dari setiap pohon
2) Sub sistem penyadapan
3) Sub sistem penampungan nira di atas pohon
4) Sub sistem penampungan nira di bawah pohon
5) Sub sistem pengolahan yang meliputi :
 Teknologi pengolahan
 Sub sistem tungku
 Sub sistem bahan bakar
 Sub sistem alat cetak gula
 Sub sistem pengemasan
 Sub sistem pengangkutan nira
6) Sub sistem pemasaran.
 Mutu gula
 Kemasan gula
 Harga gula
 Volume gula
 Pengangkutan gula
 Penyimpanan gula
 Segmentasi pasar

Oleh karena itu, dalam merubah insustri gula ini menuju industri gula rakyat yang mensejahterakan, yang memberi martabat seluruh sistem terkait, maka harus mempertimbangkan beberapa hal :

1) Suasana kebersamaan dan saling menghormati
2) Sikap saling percaya, amanah, dan kejujuran
3) Saling menyayangi dan saling membantu
4) Menciptakan misi dan visi bersama
5) Menjaga mutu produk dan postise kerja
6) Penghargaan terhadap hasil kerja yang bagus
7) Keterbukaan dan keadilan
8) Menjunjung inovasi-inovasi baru guna efisiensi usaha dan penguatan daya saring produk bersama
9) Saling mengingatkan secara yang terhormat
10) Kebersamaan dalam menghadapi globalisasi dan persaingan dari luar.


Bisa dikatakan ini harus dimulai dengan budaya kinerja yang smart, yang cerdas, unggul, bermartabat dan mulia. Kerja ini semua adalah bagian dari ibadah, untuk kemaslahatan bersama, untuk mencari nafkah keluarga dengan rezki yang halal, untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi bagi konsumen. Harus ditanamkan suatu anggapan bahwa konsumen juga agar menghargai produk gula kelapa kita sebanding dengan citra yang dibangun.

Perubahan budaya industri gula kelapa rakyat ini sangat mungkin untuk dilakukan. Peluang itu sesungguhnya sangat terbuka.
Ada beberapa skenario yang bisa menjadi alternatif perubahan budaya industri gula kelapa rakyat menjadi lebih baik. Salah satu skenario akan dipaparkan dibawah ini.

Pertama. Penerapan teknologi baru yang smart.
Prinsipnya adalah sebagai berikut :

1) Hemat bahan bakar
2) Mutu gula bisa diatur/ ditingkatkan
3) Pemasakan nira dengan suhu rendah
4) Kapasitas evaporasi dipercepat
5) Indikator-indikator mutu diukur sesuai standard
6) Nilai tambah/ side produk dari hasil pengolahan/ pembakaran, yaitu menjadi arang/ briket arang dan asap cair.
7) Hemat tenaga/ mudah pengoperasianya/ pemeliharaannya
8) Sistem pengemasan dan penyimpanan yang menarik dan dapat mempertahankan mutu/ penampilan pruduk.

Kedua. Penerapan sistem kemitraan yang berkeadilaan.
Prinsip-prinsip yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1) Standard mutu terukur dengan indikator yang jelas dan disepakati bersama
2) Penerapan sistem bagi hasil berdasarkan kesepakatan bersama
3) Ada sistem reward/ komisi jika good prestasi dan ada punishment/ sanksi/ denda jika wan prestasi.
4) Ada pertemuan formal dan silahturahmi informal untuk kesempatan sharing mengatasi masalah/ kendala yang berkembang.

Ketiga. Pembangunan karakter (character building)
1) Pembinaan rohani, jasmani yang melibatkan keluarga
2) Jaminan kesehatan, keselamatan kerja, seluruh stake holder dan keluarganya
3) Jaminan sosial, pendidikan anak (keluarga), jaminan kesejahteraan jasmani dan rohani
4) Peningkatan profesionalisme dan mutu kehidupan
5) Refresing/ rekreasi
6) Pendidikan dan pelatihan teknis dan manajemen.

(.......................Insya Allah ada sambungannya)