......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Sabtu, 27 Februari 2010

MENCARI CARA PENGAWETAN ALAMI NIRA AREN UNTUK PRODUKSI GULA ORGANIK

MENCARI CARA PENGAWETAN ALAMI NIRA AREN UNTUK PRODUKSI GULA ORGANIK

Oleh : Dian Kusumanto

Adalah seorang pengusaha dari Surabaya, Bapak Jhon Lee (42) yang sangat tertarik dengan usaha atau agribisnis Aren. Beliau sangat antusias dan respektif terhadap prospek Aren untuk masa depan Indonesia. Sebagai pengusaha, banyak hal pandangan-pandangannya yang progresif dalam rangka membangun bisnis Aren sebagai usaha yang sangat menjanjikan.

Salah satu aspek yang sangat menentukan (factor kunci) dalam pengembangan bisnis Aren untuk Gula adalah bagaimana menangani pasca panen nira Aren. Seperti kita ketahui, Nira Aren adalah hasil utama dari pohon Aren yang akan diolah untuk aneka macam produk, utamanya adalah diolah menjadi gula. Mutu nira sangat menentukan mutu dari Gula. Nira yang berkualitas tinggi akan menjadi kunci usaha Gula Aren ini.

Gula Aren adalah produk utama yang paling menguntungkan dari pengolahan nira Aren. Nira Aren dihasilkan dari penyadapan atau pengirisan tandan buah jantan ataupun tandan betina dari pohon Aren. Biasanya para penyadap Aren melakukan penyadapan dan pengambilan Nira sebanyak 2 (dua) kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan soren hari. Pada pagi hari nira dipungut antara jam 5 sampai jam 7 pagi. Sedangkan kalau sore hari Nira diambil sekitar jam 5 sampai jam 7 sore.

Untuk diolah menjadi gula, maka nira Aren harus berkualtas baik, berasa manis dan tidak berubah sifat. Biasanya Nira Aren cepat sekali mengalami perubahan menjadi masam karena proses fermentasi telah terjadi. Proses fermentasi mulai terjadi pada saat Nira keluar dari tandan pohon Aren atau bagian yang teriris lainnya.

Nira yang memiliki kandungan zat makanan atau gizi yang sangat tinggi, berpotensi sangat digemari dan menghidupkan mikroba berupa jamur atau bakteri yang ada di sekitarnya. Setelah Nira menetes dan keluar dari tandan bunga, nira langsung berhubungan dengan udara bebas di luar bekas sayatan. Nira kemudian akan menetes jatuh atau bersinggungan dengan wadah penampung nira. Kalau udara dan wadah penampung Nira ini sudah ada mikroba berupa jamur yang melakukan fermentasi, maka fermentasi mulai terjadi.

Seperti makhluk hidup yang lain, mikroba berupa jamur akan cepat berkembang biak bila kebutuhan hidupnya terpenuhi, yaitu berupa makanan yang cukup dari Nira, Udara/ Oksigen (O2), suhu yang sesuai, dan tidak adanya factor penghambat pertumbuhan dan perkembangannya, maka jamur akan dapat merombak kandungan gula dari Nira yang segar menjadi nira yang terfermentasi dengan semakin cepat dan menyebabkan nira menjadi berubah menjadi semakin masam atau pahit atau beraroma alcohol.

Nira merupakan makanan yang sangat bergizi sebab mempunyai kandungan air sebesar 75 - 90K zat padat total sebesar 15 -19,7% yang meliputi kadar sukrosa sebesar 12,3 -17.4%, gula reduksi 0,5 -1%, protein 0,23 - 0,32% dan abu 0,11 - 0,41% (Child, 1974). Karakteristik nira adalah 84,4% air, 14,35 % karbohidrat (terutama sukrosa), 0,66% abu, 0,11% protein, 0,17% lemak dan 0,31% lain-nya (Anonim, 1989). Sedangkan Gautara dan Wijandi (1972) menyatakan bahwa nira kelapa segar mengandung gula sebanyak 14 -15 %, 8 - 21% diantaranya adalah sukrosa.
Oleh karena itu Nira sangat disukai oleh segala macam Bakteri/ mikroba/ jasad renik yang menyebabkan kerusakan dan perubahan sifat-sifat Nira tersebut.

Adapun jenis-jenis Bakteri yang dapat tumbuh pada nira adalah :
• Bacillus subtillis,
• Baterium aceti, juga spesies Micrococcus yaitu Escherichia,
• Sachromo bacterium,
• Flavobakterium,
• Leuconostoc mesenteroides,
• L. dextranicum, merupakan bakteri penyebab terbentuknya lendir,
• Lactobacillus plantarum,
• Sarcina dari genus Pediococcus,
• Acetobacter (Frazier, 1958 : 76 ; Pederson, 1971 ).

Ada dua spesies khamir yang dapat tumbuh pada nira kelapa tetapi yang merupakan khamir utama dalam proses fermentasi nira adalah : Saccharomyces cereviciae dan
Saccharomyces carlbergensis var alcoholophila.
Kedua Saccharomyces terebut merupakan khamir utama dalam proses fermentasi nira Khamir tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak pada pH 4,4-4,6 dan suhu 21-25°C (Prescott, 1949). Nutrien yang dibutuhkan oleh genus Saccharomyces adalah C,H,0,N,S,P,Mg,Fe,Ca. Penelitian lain mengatakan bahwa khamir dapat tumbuh pada pH 4-4,5 dengan suhu 25-30°C (Frazier,1958; Wiyono,1981)

Kecepatan fermentasi yang terjadi pada Nira akan menyebabkan mutu nira untuk Gula ini menurun, karena sebagian Gula dirombak oleh enzim yang dihasilkan dari proses fermentasi menjadi asam dan alcohol. Kejadian ini menyebabkan Nira Aren menjadi masam (kecut) dan sedikit pahit. Semakin lama proses fermentasi ini terjadi maka semakin banyak zat asam yang terbentuk, semakin banyak terjadi perombakan gula, artinya gula semakin sedikit, dengan demikian angka pH (keasaman) semakin rendah.

Nira yang baru keluar dari tandan bunga Aren biasanya mempunyai nilai keasaman antara 6,5 sampai 7 (netral). Proses fermentasi yang terjadi pada Nira bisa menyebabkan pH Nira turun dari angka tersebut. Beberapa pabrik Gula yang mengolah Nira masih menerima Nira dari petani atau memberi toleransi pada nira Aren sampai pada pH 6. Di bawah pH 6 Nira sudah dianggap tidak baik untuk diolah menjadi Gula dengan mutu yang baik. Jika pH nira sudah dibawah 6, maka sebaiknya tidak diolah menjadi Gula, tetapi Nira bisa diolah menjadi Bioethanol, Saguer atau Cuka. Tuak ataupun Balok dan Cap Tikus adalah dilah dari Nira Aren yang sudah terfermentasi.

Oleh karena itu bagi pengusaha Gula yang menampung Nira Aren dari para penderes atau penyadap nira Aren, ataupun dari kebunnya sendiri, juga harus mengantisipasinya dengan menyediakan alat pengolahan Nira yang pHnya dibawah 6, yaitu mengolahnya menjadi Bioetanol Saguer dan Cuka. Artinya, selain berinvestasi untuk prosessing Gula, juga sekaligus menyediakan alat prosessing untuk Bioethanol, Cuka dan Saguer, dll. Hal ini untuk antisipasi jika seandainya proses fermentasi terjadi pada Nira, dan ini memang pasti akan terjadi.

Oleh karena itu apabila produk utama yang dikehendaki adalah Gula, maka penanganan Nira agar tidak cepat mengalami fermentasi menjadi kunci bagi usaha bisnis Gula Aren. Dengan demikian maka upaya-upaya pengawetan Nira Aren menjadi sangat penting supaya kualitas produk Gula yang dihasilkan bisa maksimal. Kalau yang dikehendaki adalah produk Gula Organik, maka pengawetan juga harus diusahakan dengan cara dan bahan yang alami, bukan dari bahan pengawet kimia atau yang tidak aman bagi bahan pangan.

Produk organic semakin menjadi trend karena aman bagi kesehatan manusia. Selain itu nilai harga produk oganik juga lebih mahal dan memliki nilai keunggulan kompetitif yang tinggi dibanding produk yang tidak organic. Akumulasi bahan-bahan kimia yang terkonsumsi kea lam tubuh manusia akan menimbulkan permasalahan kesehatan di kemudian hari.

Pada saat kondisi tubuh tidak fit atau karena umur sudah tua maka bahaya-bahaya akumulasi kimia dalam tubuh itu semakin terasa. Inilah yang tidak dikehendaki jika kita ingin hidup sehat dan panjang umur. Maka harga yang mahal dari produk-produk pangan yang organic adalah wajar karena ada investasi untuk kesehatan kita sendiri. Biaya kesehatan ini memang baru dirasakan manakala kita mengalami rasa sakit atau mengidap suatu penyakit . Berapapun harga obat, biaya terapi dan pengobatan agar kita terbebas dari sakit seolah tidak menjadi masalah. Wajar saja kalau pangan yang aman dan menyehatkan dihargai lebih mahal.

Ada beberapa upaya untuk mempertahankan mutu nira tetap baik bertahan seperti pada saat nira baru keluar dari jaringan pohon yang terluka, yaitu berasa manis, segar dan berkesan aroma alam yang khas. Untuk mencari gambaran cara mempertahankan mutu, sebaiknya kita mencoba merunut dulu, sejak kapan perubahan mutu nira itu terjadi.

Pertama, upaya mengurangi terjadinya kontak antara nira dengan udara di sekitarnya sejak setelah nira keluar dari tandan pohon Aren. Selain udara itu membawa Oksigen, udara juga menjadi vector yang membawa beraneka macam mikroba yang berhamburan di alam bebas. Aneka mikroba ini saking kecilnya terbawa oleh udara yang mengalir atau angin yang bergerak atau berhembus yang akhirnya terikut aneka mikroba dari tempat satu ke tempat lain.

Apalagi jika keadaan kebun kotor atau berdebu, karena keadaan yang panas dan kering, semak belukar dan gulma yang tumbuh di sekitar pohon Aren, atau kegiatan manusia atau hewan yang lain di sekitar pohon. Maka apabila angin berhembus dan bersinggungan dengan Nira yang baru menetes atau nira yang tertampung di wadah, maka Nira akan terkontaminasi dengan berbagai mikroba alam ini.

Keadaan dedaunan yang ada disekitarnya yang tidak sehat, kusam dan berjamur akibat dari pohon yang tidak terkena basuhan air hujan dan terpaan sinar matahari langsung, keadaan kebun yang terbiarkan tidak pernah diurus atau dibersihkan. Kalau di sekitar tempat penampungan Nira Aren ini keadaannya seperti tadi, maka kemungkinan terfermentasi akan semakin besar. Keadaan ini akan menjadi vector bagi mikroba untuk berkembang biak. Jika udara bersih atau kontak dengan udara kotor sangat minimal, maka nira akan lebih aman dari kemungkinan terkontaminasi dengan aneka mikroba yang berakibat terjadinya fermentasi. Oleh karena itu, keadaan ini seharusnya bisa dihindari jika kebun terawat secara periodik, dijaga kebersihan dan kesehatan kebun serta tanamannya.

Kedua, selanjutnya Nira yang keluar dari bagian sayatan atau tandan bunga yang terluka akan jatuh dan berkontak dengan wadah penampung nira atau media penghubung menuju wadah penampungan nira. Wadah penampungan Nira yang bersih dan sudah dilakukan upaya disinfektasi atau treatment anti mikroba maka akan dapat menghambat Nira untuk terfermentasi.

Oleh karena itu para penyadap Nira Aren biasanya mencuci wadah penampung Nira dengan air bersih, malah kadang-kadang membilasnya dengan air panas, atau mengasapi wadah di atas perapian atau pipa penyalur asap dari tungku/ cerobong pemasakan gula. Upaya sederhana ini secara tradisi sudah bisa menghambat terjadinya fermentasi pada Nira Aren, sehingga Nira menjadi awet segarnya dan pH (keasamannya) dapat dipertahankan selama pemungutan dan pengangkutan menuju tempat pemasakan Nira menjadi Gula.

Beberapa bahan secara tradisional juga ditambahkan untuk menghambat terjadinya fermentasi pada Nira yang tertampung di wadah penampungan seperti :
1. Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana, L.)
2. Kulit Pohon Manggis
3. Kulit Buah Langsat/ duku (Lansium domesticum)
4. Kulit Pohon Langsat/duku
5. Kayu Angin (Usnea dasypoga)
6. Kayu / Getah Nangka (Artocarpus heterophyllus)
7. Getah Pepaya (Carica papaya) dengan Sistein
8. Sabut Kelapa (Cocos nucifera)
9. Kulit Pohon Kosambi (Schleichera oleosa, MERR)
10. Kulit Batang Laru/ Raru atau Kawao (Millettia Sericea)
11. Kulit kayu/ akar Nirih (Xylocarpus spp.)atau sejenis manggis hutan (Garcinia)
12. Akar Kayu Wangi
13. Kulit Batang dan Daun Api-api (Avicennia germinans)
14. Cacahan biji buah Picung atau Kluwak (Bhs. Jawa)(Pangium edule Reinw)
15. Kapur/ gamping/ enjet
16. Asap Cair tempurung Kelapa.
17. Dan yang lainnya masih banyak.

Bahkan ada juga yang melakukan pengawetan dengan menambahkan bahan-bahan pengawet untuk makanan dan minuman seperti Natrium Metabisulfit atau Asam Bensoat, bahkan ada juga yang menggunakan bahan yang dilarang atau berbahaya seperti formalin, atau bahan pengawet yang dilarang lainnya.

Natrium Metabisulfit dan Asam Bensoat memang dibolehkan kalau kadarnya di bawah batas ambang yang ditentukan, namun ini akan sulit dikontrol, sebab ada kecenderungan penggunaan yang berlebihan dari para perajin dan penderes Nira ini. Sedangkan formalin memang bahan pengawet mayat yang tidak dibolehkan untuk pengawetan makanan dan minuman.

Maka apabila berkomitmen ingin menghasilkan Gula Aren Organik maka bahan-bahan pengawet kimia tidak boleh ditambahkan dan harus dihindari. Dengan kata lain kita hanya boleh dan akan melakukan pengawetan Nira dengan bahan-bahan pengawet organic yang aman dan sesuai dengan mutu gula yang kita kehendaki. Sebab bisa jadi bahan pengawet organic selain terdapat bahan pengawetnya, juga mengandung bahan-bahan lain yang berpengaruh pada aroma dan rasa, tekstur dan flavor gula hasil pengolahan.

Lalu bahan pengawet apa saja yang mungkin bisa digunakan untuk membuat Nira awet dan hasil gulanya mempunyai mutu yang bagus sekaligus memiliki aroma rasa/ plavour dan tastenya sesuai dengan selera konsumen. Mudah-mudahan tulisan selanjutnya akan menjawab pertanyaan ini. Amin.

Rabu, 10 Februari 2010

Gula Tebu VS Gula Aren

Gula Tebu VS Gula Aren

CANE SUGAR VS PALM SUGAR
By : S.E. Smith, 19 Des 2009
Sumber : http://www.wisegeek.com/what-is-palm-sugar.htm

Differences between Palm Sugar and Cane Sugar :

No Cane Sugar Palm Sugar
1 Cane Sugar is Sweet Palm Sugar is sweet and delicious
2 Cane Sugar Provides no mineral salts Palm Sugar Provides mineral salts
too
3 Cane Sugar has more sugar content Palm Sugar has less sugar content
4 Cane sugar has less/no nutrition value Palm Sugar contains:
a) Thiamine
b) Riboflavin
c) Nicotinic Acid
d) Ascorbic Acid
e) Protein
f) Vitamin C
5 Cane Sugar is less therapeutic value PalmSugar is good to the problems of
a) Asthmatic
b) Anemic
c) Leprosy
d) To accelerate growth of young
Children
6 Cane sugar sometimes create ill
effects on the health
Palm sugar solution proves a
wonderful food in both early stages
and chronic stages of typhoid
7 Cane Sugar creates cough and cold
when consumed in high quantity Palm Sugar is good remedy for cough
and cold

8 Cane Sugar treats no health problem Palm Sugar treats following diseases
a) reduction of BP
b) To decrease pancreas heat
c) To strengthen heart
d) Helps to build up strong teeth
e) Reduces pitta
9 Cane Sugar is treated as sweet water Palm Sugar is treated as honey


Gula kristal dari Tebu (Cane Sugar)


Gula Cetak dari Aren (Palm Sugar)



Disadur dari tulisan S.E. Smith, 19 Des 2009
sumber http://www.wisegeek.com/what-is-palm-sugar.htm

Jumat, 05 Februari 2010

Menambahkan Flouride pada Gula untuk kesehatan Gigi Umat Manusia, apa mungkin?

Oleh : Dian Kusumanto

Lama sekali tidak mengupdate postingan baru diblog ini serasa seperti menahan perasaan bersalah, sungguh tidak enak rasanya. Aktifitas offline sungguh sangat menyita waktu, pikiran dan tenaga. Sampai-sampai tidak terasa hampir 3 bulan. Banyak sih ide yang mengalir, yang kemudian tertulis pada kertas-kertas coretan. Tapi untuk menjadi tulisan yang kemudian diposting diblog ini masih belum kesampaian.

Kesibukan offline sebenarnya masih sangat terkait dengan pengembangan Aren di Indonesia. Ibarat bayi yang akan dilahirkan kembali, "Revolusi Aren" ini seperti Bayi yang ditunggu-tunggu kelahirannya. Proses kelahirannya memang belum selesai, masih belum final. Ibaratnya bayi mau lahir, sebagian tubuh masih di dalam rahim sang Ibu, sedangkan kepalanya sudah nongol duluan, bahkan sudah melirik kesana-kemari.

Pada kesempatan yang akan datang saya berharap dapat menyajikan beberapa kemajuan "Revolusi Aren" ini.

Hari ini saya dikejutkan oleh email Bapak Mulyani Dalidjan dari Adelaide Australia tentang Fortifikasi F pada Gula Aren. Selengkapnya tentang email dan jawaban saya adalah seperti tulisan di bawah ini.


Dari: mulyani dalidjan
Judul: Gula aren
Kepada: diankusumanto@yahoo.co.id
Tanggal: Minggu, 31 Januari, 2010, 8:34 AM

Pak Dian Yth,

Izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Mulyani, tinggal di adelaide, australia. Saya berasal dari medan, dulu saya adalah staf pengajar di fak Kedokteran Gigi USU. Saya menyelesaikan PhD saya dengan penelitian penambahan fluorida pada gula putih (sucrosa) untuk pencegahan karies gigi. Penambahan fluorida tersebut saya lakukan di fabrik gula Kuala Madu, PTP IX di Sumut dan penelitiannya dilaksanakan di Medan.

Hasil penelitian tersebut sangat menggembirakan, tapi untuk menerapkannya di indonesia mungkin masih sangat sukar mengingat keadaan fabrik gula kita yang sudah sangat merana. Saya yakin kita dapat menambahkan F pada gula aren, dan akan merupakan nilai tambah yang sangat besar pada ekonomi dan kesehatan gigi bangsa Indonesia. Saya ingin menanyakan pendapat Bapak mengenai hal ini, dan kemungkinan untuk bekerja sama.

Saya sendiri mempunyai sebidang tanah di medan (1.5 ha), ada beberapa pohon aren dan bambu. sebenarnya saya hanya ingin berkebun buah2an dan coklat dan juga bambu wulung. Bulan agustus yang akan datang saya akan berkunjung ke Bali karena ada World Bamboo Festival. Seandainya Bapak tertarik dengan ide saya, saya usahakan dapat datang ke Nunukan untuk melihat mesin2 pembuat gula aren tersebut. Mungkin kita dapat langsung membuat percobaan untuk mengetahui pada tahap mana F dapat dicampurkan.

Terima kasih sebelumnya Pak Dian, semoga ide saya tidak hanya menjadi impian.

Wassalam,
Mulyani Dalidjan


Jawaban Saya :

Yth. Bapak Mulyani Dalidjan di Adelaide Australia.

Horras Bah..!! Terimakasih atas perkenalannya, dan terima kasih Bapak jauh-jauh telah sudi menulis email ini. Selamat atas PhD-nya tentang penambahan F pada Gula untuk kesehatan gigi, semoga bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan umat manusia seluruhnya, khususnya bagi kesehatan gigi.

Ide penambahan F pada Gula Aren sungguh sangat mencengangkan saya, kami bahkan tidak membayangkan ada ide seperti itu. Tentu ini akan bisa mengangkat gengsi dan martabat Gula Aren di masyarakat konsumen.

Dalam keadaan alami asli atau organik, Gula Aren sudah dikenal sebagai Gula yang lebih lengkap kandungan gizinya, mengandung berbagai khasiat obat, aman bagi penderita diabetes, dan lain-lain. Gula Aren organik atau Organic Palm Sugar selama memiliki nilai keunggulan yang paling tinggi dibanding gula-gula lain dari tebu, Maple, jagung, bit, dll.

Sehingga harganya di pasar luar negeri dapat mencapai lebih dari 36 US$ per kg.
(Meskipun di dalam negeri harga di pasaran tertinggi baru sekitar Rp 20.000 per kg).

Gagasan Bapak bisa jadi akan merupakan salah satu pilihan pasar tersendiri. Namun di sisi yang lain bisa saja mempengaruhi kesan dan menjadi "tidak organik" lagi. Jadi bisa jadi fortifikasi dengan F menurunkan kesan seolah-olah Gula Aren "tidak hebat", karena sudah tidak asli lagi.

Kami juga belum tahu persis apakah dengan penambahan F ini akan menyebabkan kesan organik, asli alaminya menjadi kurang. Mungkin Bapak juga memberikan penjelasan kepada kami. Tapi bagaimanapun kita tetap memiliki peluang untuk setiap gagasan fortifikasi F ini.

Tentang rencana Bapak datang ke Bali Agustus depan dan kemungkinan bisa ke Nunukan, saya sangat senang sekali Pak. Tolong kalau sudah di Indonesia bisa kontak kami di HP 081254572450 atau di Flexi 0556-2700160. Kunjungan Bapak, informasi dan beberapa ide Bapak selanjutnya tentu akan menambah semaraknya Kebangkitan Aren Indonesia.

Terima kasih.
Samarinda, 5 Februari 2010
Dian Kusumanto.


Tanggapan balik Sdr Mulyani Dalidjan :

Pak Dian Yth,
Terima kasih sekali balasan email Bapak. Sebenarnya orang tua saya asli Jogya, tetapi kami lahir di Medan. Kalau orang jawa kan Mulyani itu perempuan, tapi ya tidak apa2 ya Pak, namanya aja email.

Tentang gula aren, saya baru membaca komposisinya sekilas saja, tapi juga memang mengandung glucose dan fructose disamping jenis gula yang lain, yang didalam mulut akan dikonsumsi oleh bakteri dan menghasilkan asam yang akan merusak gigi. Gula pasir (sucrosa) memang hanya terdiri dari glucose dan fructosa, jadi menjadi sangat berbahaya. Objektif penambahan F pada gula adalah kita memberikan perlindungan pada gigi pada saat serangan terjadi, karena F itu akan mengurangi aktifitas bakteri dalam menghasilkan asam.

Sebenarnya lebih afdol kalau F ditambahkan pada gula pasir, tetapi untuk penambahan F pada tingkat produksi di fabrik gula sehingga mencapai kandungan yang sesuai pada hasil akhir, masih perlu percobaan di tahap mana F itu ditambahkan. Dan di fabrik gula tidak ada mesin yang menghasilkan gula dalam jumlah kecil, sehingga akan sulit melakukannya. Jadi sewaktu saya melihat website bapak tentang mesin pembuat gula aren yang kecil saja, timbul ide tentang kemungkinan penambahan F pada gula aren.

Tentang gula aren yang dianggap organik, tentu saja nanti tidak semua gula aren ditambah F. Kita dapat menawarkan dua produk , Organic Palm Sugar dan Organic Palm Sugar Plus(F). Jadi konsumen bisa memilih, lagi pula penambahan F itu tidak akan menyebabkan biaya produksi yang sangat tinggi.Saya rasa walaupun di tambah F, tetap saja gulanya Organic, karena organic adalah cara penanaman pohon arennya yang tidak menggunakan pupuk kimia. Di australia saya menerapkan permaculture di kebun di belakang rumah, jadi sayur mayur kami organik.

Saya sangat berterima kasih atas masukan yang Bapak berikan untuk ide saya ini. Menurut perhitungan saya, bila kita sudah dapat memproduksi Gula aren Plus(F), akhir tahun ini, kita harus mengadakan penelitian akan khasiatnya pada gigi. (Dulu saya melakukannya pada Panti asuhan di Medan selama dua tahun). Baru kita dapat memasarkannya. Jadi mungkin sekitar 2015 baru ada gula aren Plus(F) ini dipasaran. Setelah dari Bali saya akan singgah di jakarta untuk mematenkan penelitian saya yang dulu, jadi kita tidak kecolongan.

Saya lihat di adelaide ada palm sugar dari indonesia, coba saya cek dulu di lab apa ada kandungan F nya ya. Mungkin nanti kalau ke Nunukan terlalu jauh, mungkin saya bisa mencoba menambahkan F di petani2 yang membuat gula aren disekitar medan. Jadi tidak membuang waktu. Maaf ya Pak, paragraf ini dan paragraf di atas merupakan pemikiran saya yang baru saja keluar. Jadi mungkin tidak menjawab hal-hal yang Bapak ingin ketahui.

Insya Allah kalau di Bali saya akan menghubungi Bapak, sekalian ingin memesan bibit aren juga.
Terima kasih sekali lagi atas antusias Bapak pada ide saya

Wassalam,

Mulyani