......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Sabtu, 23 Agustus 2014

PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA MAKIAN KECAMATAN BACAN SELATAN, HALMAHERA SELATAN


 PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA MAKIAN KECAMATAN BACAN SELATAN, HALMAHERA SELATAN

Yayat Hidayat, M. Syukur, dan Tufail I.A.
BPTP Maluku Utara
Komplek Pertanian Kusu No. 1 Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan
email : yahidz_79@yahoo.com

           Pengusahaan aren di Desa Makian, Kecamatan Bacan Selatan, telah dilakukan secara turun temurun sebagai industri rumah tangga (home industry). Nurdin Elyas (2004), menyatakan bahwa industri rumah tangga atau home industry adalah usaha atau kegiatan untuk memproses dan mengolah suatu barang kebutuhan rumah tangga. Di mana pengolahan nira aren menjadi gula aren merupakan proses pengolahan yang bahan baku utamanya adalah dari produk pertanian. 

Usaha pengembangan aren di Desa Makian Kecamatan Bacan Selatan masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan dalam kegiatan agroindustri. Di samping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif sebagai sumber daya lahan pengembangan aren, juga potensi sumber daya manusia yang mendukung dalam kegiatan agroindustri aren di desa tersebut, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan lingkungan hidup.

Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan pengolahan gula aren di Desa Makian  yang berskala rumah tangga berkembang cukup pesat karena teknologinya cukup sederhana, peralatan serta bahan yang diperlukan relatif mudah diperoleh di pedesaan. Namun, pada proses pemasarannya belum didukung oleh terbentuknya lembaga pemasaran/koperasi yang secara khusus menangani pemasaran gula aren. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pengkajian untuk 1) mengetahui prospek pengolahan gula aren di Desa Makian, 2) mengetahui kelayakan usaha tani gula aren, dan 3) efektifitas kelembagaan pemasaran gula aren di Desa Makian .

1.       Pemilihan dan Penyadapan Nira


Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
ü   Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepung sari yang jatuh.
ü   Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.

Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali. Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.

Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bambu sebagai penampung nira yang keluar.

Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Rata-rata hasil sadapan nira tiap harinya 10-15 liter, tergantung banyaknya jumlah pohon aren yang disadap. Pada setiap penggantian bumbung bambu dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancar. Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4 bulan sampai tandan mengering.

2.       Cara pengolahan

1)  Ambil bumbung dan dibersihkan, kemudian diberi kapur sirih basah seujung sendok teh.
2)    Bersihkan alat-alat pembuatan gula aren.
3)  Pengambilan nira sebaiknya dua kali dalam sehari untuk menghindari keasaman.
4)    Masak nira selama kurang lebih 3-4 jam sesuai dengan banyaknya nira yang dimasukkan ke wajan. Masak dalam panas api lebih dari 200 0C dengan sebaran panas yang merata.
5)  Jika nira sudah mulai mengental, maka bagian pinggir wajan harus digosok dengan alat sutil agar tidak terlalu banyak gula yang mengering di pinggir.
6)   Setelah benar-benar menjadi gula, kemudian diangkat dari api, digosok bagian pinggir adonan dengan gerakan melingkar selama kurang lebih ½ - 1 jam.
7) Rendam cetakan dalam air beberapa menit. Masukkan gula dalam cetakan dan biarkan selama 10 menit.
8)   Selanjutnya dikemas dengan daun pisang dan untuk siap di pasarkan. (proses pengolahan gula aren dapat dilihat pada Lampiran)

3.       Proses Pengolahan Gula Aren

Pembuatan gula aren pada prinsipnya terdiri atas proses pemanasan, pengadukan dan pencetakan, seperti yang terdapat pada diagram alir (Gambar 1).



  


4.       Prospek Gula Aren di Desa Makian

a.       Faktor Endowment atau Faktor Sumber Daya yang Melimpah

Dilihat dari potensi sumber daya alam yang mendukung, peluang pengembangan aren di desa Makian masih terbuka. Di mana luas areal pertanaman aren sekitar 450 ha dengan kepadatan populasi aren di desa Makian rata-rata antara 35 – 50 pohon/ha, dan pohon aren tersebut tumbuh liar di lahan-lahan petani tanpa dibudidayakan secara intensif. Pemanfaatan pohon aren tersebut dimanfaatkan dengan diambil niranya oleh masyarakat untuk diolah menjadi gula aren. Rata-rata pengrajin gula aren di Desa Makian menyadap pohon aren antara 20 – 25 pohon/hari.

Nira yang dihasilkan per pohon di desa Makian rata-rata 10 – 15 L/hari dengan penyadapan dilakukan pagi dan sore. Produksi gula yang dihasilkan dari penyadapan sekitar 25 pohon aren, dihasilkan + 72 buah gula aren atau + 24 kg/hari. Dengan adanya potensi sumber daya pertanian yang melimpah tersebut, maka dalam kegiatan agroindustri produk gula aren dari desa Makian mempunyai daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

b.      Sumber Daya Manusia

Daya dukung sumber daya manusia di desa Makian dalam pengolahan gula aren sangat potensial, di mana pengusahaan aren tersebut telah dilakukan secara tutun-temurun (home industry). Pengolahan gula aren merupakan usaha pokok bagi sebagian masyarakat yang berusaha dalam pengolahan gula aren, sedangkan usaha pertanian khususnya tanaman perkebunan biasanya dijadikan sebagai usaha sampingan dalam mengisi waktu-waktu luang pada proses pengolahan gula aren tersebut. Dalam proses pengolahan gula aren tersebut, biasanya dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Di mana pada proses penyadapan dilakukan oleh kepala keluarga/anak yang dewasa, sedangkan pada proses pengolahan dilakukan oleh beberapa orang (ayah, ibu dan anak) yang biasanya dilakukan pada siang hari setelah nira terkumpul. Sehingga dengan banyaknya pengrajin gula aren yang profesional tersebut merupakan potensi bagi pengembangan gula di desa Makian dalam kegiatan agroindustri.

Pengolahan gula aren di desa Makian yang dilakukan dalam skala home industrydilakukan secara kontinyu. Gula aren dipasarkan langsung ke pasar lokal melalui pedagang pengumpul, sehingga ketersediaan gula aren untuk di pasar-pasar lokal di wilayah Halmahera Selatan dapat terus tersedia. Potensi yang dimiliki di desa Makian tersebut merupakan keunggulan komparatif yang perlu dikembangkan dalam kegiatan agroindustri pengolahan gula aren sebagai usaha home industry

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Bungaran Saragih (2001) pengertian yang lebih operasional dari keunggulan daya saing adalah kemampuan untuk memasok barang dan jasa pada waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun pasar internasional, pada harga sama atau lebih baik dibandingkan dengan pasar pesaing, dengan keuntungan paling tidak sebesar biaya opportunitas sumber daya yang digunakan.

5.       Analisis Usaha Tani

Analisis finansial menunjukkan pengusahaan aren di desa Makian sangat menguntungkan. Pada pengusahaan gula aren secara riil, tenaga pengolah dan bahan bakar kayu tidak dikenakan biaya. Hal ini dikarenakan tenaga pengolah adalah tenaga kerja keluarga sehingga pada kenyataannya tidak diperhitungkan, sedangkan bahan bakar kayu menggunakan kayu yang ada di kebun petani/pengolah, dari hutan yang letaknya berdekatan dengan kebun petani/pengolah.

Berdasarkan hasil analisis finansial dengan memperhitungkan semua masukkan (input) termasuk tenaga kerja dalam keluarga dan bahan bakar kayu disetarakan berdasarkan pembelian dari orang lain, dalam proses produksi gula aren di desa Makian, ternyata masih tetap memberikan keuntungan. Dari analisis tersebut, rata-rata produksi petani pengolah gula aren per bulan dengan rerata hari efektif 22 hari kerja sebanyak  1.584 buah dengan harga jual Rp. 3.000,- /buahnya, sehingga penerimaan yang didapat petani sebesar Rp. 4.752.000/ bulan. Keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp. 1.147.500,- dan nilai  R/C-nya 1,32 berarti bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan dari kegiatan agroindustri gula aren akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,32. Maka kegiatan pengolahan gula aren sebagai kegiatanhome industry di Desa Makian layak untuk terus diusahakan dan dikembangkan.
Tabel 2.  Analisis usaha pengolahan gula aren per bulan di desa Makian





Sumber : Data primer diolah

Kelembagaan, Pemasaran, dan Prospek Pengembangan

Pemerintah Daerah harus mengambil kebijakan yang mencakup seluruh aspek yang berkenaan dengan budi daya aren sampai dengan proses pemasaran. Peran stake holder dalam usaha tani gula aren sangat menentukan keberhasilan pengembangan gula aren khususnya di Desa Makian, Kecamatan Bacan Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan. 

Kebijakan tersebut antara lain : 
(1) memfasilitasi sistem usaha pengolahan hasil aren bersama investor dan stake holder lainnya dalam rangka menumbuhkembangkan agroindustri (off farm ); 
(2) koordinasi dengan instansi terkait untuk pengembangan gula aren terutama Dinas Perkebunan, Industri dan Perdagangan, Koperasi, dan Bappeda; 
(3) meningkatkan jaringan  kerja antarpetani produsen dengan para asosiasi pengumpul gula merah di daerah, antardaerah  maupun nasional dan menyediakan informasi pasar; 
(4) pembangunan sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar akses transportasi dan pemasaran; 
(5) mengadopsi teknologi untuk mendukung budi daya aren dan pasca panen pengolahan gulan aren; dan 
(6) menetapkan kawasan pengembangan aren di Kabupaten Halmahera Selatan yang potensial dan sesuai agroklimatnya, sentra baru penghasil gula aren.

Guna mendukung pengembangan usaha tani pengolahan gula aren di Desa Makian diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh petani dalam mengelola usaha taninya melalui pembinaan berorganisasi (kelompok tani) serta memanfaatkan lembaga yang sudah ada seperti UPP, Koperasi, menciptakan koordinasi yang baik antara perangkat-perangkat yang terkait dalam melaksanakan pembinaan serta menumbuhkembangkan dan membina kelembagaan petani, membangun kerja sama yang setara atau saling menguntungkan, baik investor bidang industri maupun eksportir dengan petani, melalui lembaga petani (kelompok atau koperasi).

Dalam hal ini, pemasaran gula aren di Desa Makian masih belum optimal, bahkan masih belum terorganisasi dengan baik. Pemasaran produk aren berupa gula aren yang dilakukan pengrajin gula aren pada umumnya dilakukan petani/pengolah dengan menjual ke kios atau pedagang pengumpul desa setempat. Biasanya pemasaran produk aren yang langsung dijual petani ke pasar tradisional relatif kurang.  Adapun alur pemasaran gula aren dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2. Diagram pemasaran gula aren

Apabila dalam pemasaran gula aren di Desa Makian telah terorganisasi dengan baik, misalnya dengan dibentuknya koperasi yang menampung gula aren, dengan terorganisasinya pemasaran gula aren tersebut akan mengefisienkan rantai tata niaganya. Secara garis besar biaya tata niaga digunakan untuk pengumpulan, pengangkutan dan distribusi. Dalam tata niaga gula aren ketiga jenis biaya tersebut belum tentu dikeluarkan oleh setiap mata rantai lembaga tata niaga tersebut. Sehingga dengan mengoptimalkan rantai tata niaga tersebut dapat memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar bagi pengrajin gula aren.

Beberapa permasalahan yang dihadapi di tingkat pengrajin gula aren, salah satunya yaitu rendahnya perhatian terhadap sistem pengemasan /pengepakan untuk menarik minat konsumen, sehingga diperlukan perbaikan sistem pengemasan gula aren yang dapat menarik minat konsumen.

SIMPULAN
1.  Pengembangan gula aren di desa Makian sangat prospektif, hal tersebut dapat dilihat dari potensi sumber daya (faktor endowment) dan faktor sumber daya manusia yang ada, sehingga pengembangan agroindustri aren sangat potensial. Hal tersebut dilihat luas areal pertanaman aren + 450 ha, dengan populasi rerata 35-50 pohon/ha dan produksi nira rerata 10-15 liter/pohon per hari pada pohon yang produktif.
2.    Secara finansial, pengolahan gula aren memberikan keuntungan yang besar. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C > 1.
3.    Rantai pemasaran gula aren di desa Makian masih kurang efektif, di mana pemasaran gula aren masih melalui pedagang pengumpul/agen.

SARAN
1. Diharapkan dengan tersedianya potensi aren di Halmahera Selatan, pemerintah selaku pemegang kebijakan dapat lebih meningkatkan pengembangan agroindustri aren dengan lebih meningkatkan peran serta stake holder terkait maupun peluang-peluang kerja sama dengan pihak swasta.
2.  Pemerintah diharapkan mengarahkan untuk membentuk dan membina kelembagaan dalam meningkatkan agroindustri aren sebagai home industry, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pengrajin gula aren.
3.   Adanya introduksi teknologi agar gula aren tidak saja dijual dalam bentuk batangan, tapi dapat dibuat tepung gula/(gula semut) atau gula aren cair dalam kemasan.


DAFTAR PUSTAKA

Desa Makian. 2007. Monografi Desa 2006.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Maluku Utara. 2006. Laporan Tahunan 2006.
Elyas, Nurdin. 2004. Sukses dengan Home Industry. ABSOLUT Yogyakarta.
Listyati, D. 1994. Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) dan Pemanfaatannya di Jawa Barat. Buletin Balitka No. 2000 hal 47 – 52.
Saragih, Bungaran. 2001.  Suara dari Bogor, Membangun Sistem Agribisnis. Sucofindo Bogor.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Hal 85-87.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri.  PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Smits, W. 2004. Pengalaman Pengembangan Tanaman Aren untuk Koservasi Lahan dan Lingkungan Hidup. Makalah Seminar Pengembangan Aren, Tondano, 19 April 2004.

Sumber : http://boedakrimbun.blogspot.com/2012/06/prospek-dan-kelayakan-pengolahan-gula.html

MENENGOK USAHA GULA AREN RAKYAT DI PASIRIAN LUMAJANG JAWA TIMUR


SEJARAH BERDIRINYA UD.SARI AREN DI REJANG LEBONG



SEJARAH BERDIRINYA UD.SARI AREN

Bapak Suparmanto adalah seorang pengrajin gula aren. Beliau memulai usaha sebagai pengrajin gula batok aren pada tahun 1996. Pembuatan gula batok aren ditekuni oleh Bapak Parman sampai tahun 2000.

Dalam proses pembuatan gula batok di Kabupaten Rejang Lebong, diproses akhir ada yang dikenal dengan namanya “Kereng”. “Kereng” adalah sisa dari air nira yang sudah mengental siap cetak (pekatan Nira) dan ketika proses pencetakan pekatan nira yang ada di bagian pinggir kuali mongering, sehingga tidak dapat dicetak. Pembuatan gula batok menghasilkan kereng setiap harinya. Biasanya “kereng” dikonsumsi sendiri oleh pengrajin. Karena setiap hari menghasilkan “kereng”, Bapak Parman iseng-iseng menghaluskan “kereng” tersebut dikuali. Ternyata kereng menjadi butiran-butiran halus yang kering. Dari sini Bapak parman berfikir bahwa air nira bisa dibuat menjadi gula aren yang berbentuk butiran-butiran halus seperti gula pasir.  Setelah mencoba beberapa kali menghaluskan “kereng”, Bapak parman merasa butiran-butiran gula aren ini siap dikonsumsi dengan praktis, berbeda dengan gula batok yang harus diiris-iris terlebih dahulu. Selain itu butiran-butiran gula aren ini pun dapat dikemas dengan mudah disbanding dengan gula batok.

Mulai tahun 2000 Bapak parman mencoba memproduksi gula aren menjadi butiran-butiran halus. Pada proses pembuatan butiran gula aren, saat pekatan nira diaduk, pekatan ini berbentuk seperti gerombolan semut yang banyak dan bergerumun, sehingga Bapak Parman menamai butiran gula aren dengan nama “gula semut”. Untuk pembuatan gula ini masih disesuaikan dengan kondisi air nira, jika air nira bagus diproduksi menjadi gula semut, namun jika nira kurang bagus diproduksi menjadi gula batok. Awalnya gula ini dikonsumsi sendiri dan diperkenalkan kepada tamu-tamu Bapak Parman, Bapak parman juga mencoba mengemas dengan kemasan biasa dan dititipkan ke warung-warung.

Ketekunan Bapak Parman ini mengundang perhatian Dinas Perindustrian Kabupaten Rejang Lebong. Pada tahun 2005 pihak Industri mulai melakukan pembinaan dan Bapak Parman sering diikutkan pelatihan pengembangan usaha. Pada tahun 2007 pihak industry membentuk kelompok usaha bersama gula semut dengan nama UD.Sari Aren. UD. Sari Aren terdiri dari para pengrajin gula batok yang terdiri dari 5 anggota.

Dari hasil diagnosa Dinas Industri, permasalahan utama yang dihadapi UD.Sari Aren adalah proses pembuatan bergantung pada cuaca dan hasil yang didapat masih berskala kecil. Dinas Industri mengikutsertakan UD.Sari Aren studi banding ke pabrik pengolahan gula semut kelapa ditangerang. Dari hasil studi banding ini, Bapak Parman mendapat ilmu baru dalam pengolahan gula semut, yaitu bahan baku dialihkan ke gula batok. Proses pembuatan gula semut dari gula batok ini menggunakan mesin-mesin sehingga dapat memproduksi dalam jumlah banyak. Dari pengalaman itu, Bapak Parman mencoba mengajukan proposal bantuan mesin pengolahan gula semut ke Dinas Peririndustrian Kabupaten Rejang Lebong.  Pada Maret 2010, UD.Sari Aren mendapat bantuan satu paket mesin pengolahan gula semut, yaitu mesin perajang, mesin pengopen, mesin penggiling, mesin pengayak.

Untuk pemasaran produk gula semut, harus dilakukan package yang tepat dan menarik. Pada juli 2010 UD.Sari Aren diikut sertakan pelatihan kemasan di D & D Pack Jakarta, dan kemasan gula semut langsung dipesan di D & D Pack.

Untuk pengembangan usaha lebih lanjut, UD.Sari Aren diikutkan pada pelatihan manfaat air nira palma serta macam-macam pengolahan produk air nira. Pelatihan ini dilaksanakan di Balai Besar Industri Agro Bogor.

Saat ini UD.Sari Aren telah memproduksi gula semut mencapai 3 ton perbulan. Namun, untuk perkembangan permintaan kapasitas dapat ditingkatkan.


Sumber : http://gula-semut.blogspot.com/p/sejarah-berdirinya-ud.html

MANIS YANG SEHAT DENGAN GULA AREN


Manis yang Sehat | esquire.co.id
Manis yang Sehat
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semua manusia terlahir lebih mudah menikmati rasa manis. Seorang bayi akan tersenyum ketika lelehan gula menempel di bibirnya. Mungkin ini sebabnya Anda memanggil orang-orang yang Anda kasihi dengan sebutan manis, sweetie, sugar, atau honey.
Berbicara soal manis, gula putih (tebu) tidaklah sendirian. Gula aren dan gula jawa juga mampu menggelitik sensor motorik. Pemakaian gula aren sering ditemukan di makanan Asia dan Eropa dalam bentuk cookies. Gula aren menjadi alternatif sehat dari gula putih, terutama bagi orang-orang yang memiliki masalah obesitas dan diabetes. Karena dalam proses pembuatannya, gula aren tidak memakai bahan kimia (pemutih makanan misalnya) sehingga kandungan nutrisi penting seperti riboflavin, thiamin, dan niacin, tetap utuh. Tak heran apabila gula aren kerap disebut sebagai gula alami.
Industri gula aren di hutan Kaiti, Riau, dikenal berkualitas tinggi karena pengolahannya secara autentik. Mulai dari proses menampung air gula dari batang aren menggunakan bambu sampai mengentalnya di atas api dan siap untuk dicetak hingga mengeras, membuat kami penasaran akan pembuatannya. Rasa dari gula aren yang memiliki aroma khas dan lumayan smokey, membuat para koki ibu kota haus bereksperimen membubuhi kreasi pastry-nya dengan sentuhan merahnya eksotisme Asia. “Rasa orisinalnya sangat menonjol dibandingkan gula biasa. Setelan paling pas untuk pemanis ini adalah kelapa atau daun pandan karena membuat seimbang saat kita menggigit pencuci mulut,” bilang Biderman Philippe, Executive Pastry Chef Sari Pan Pacific, Jakarta.
Penggunaan sehari-hari gula yang kadang disebut gula jawa dari kelapa ini bisa dilihat di makanan Indonesia atau Thailand. Bentuknya yang seperti butiran pasir atau bongkahan batu bisa diubah menjadi karamel, dan mewujudkan rasa manis di cre?me brulee, wafel, atau minuman kopi. Tak hanya itu, saat proses penyulingan gula kelapa fermentasi juga dapat digunakan menjadi minuman yang mengandung lebih dari 30 persen alkohol.
Sementara itu, Pastry Chef Arief Anshari dari The Dharmawangsa, membubuhkan gula aren di dalam dessert dinginnya. “Bahan ini adalah bahankhaslokal namunjikatidakberani mencobanya dalam berbagai bentuk hidangan, gula aren terasa asing. Jika kita berani, dan ingin bereksplorasi maksimal, olahan Indonesian-European fusion bisa mengangkat cita rasa Indonesia.” 
 (Teks: Kenia Agha, Foto: Richard Gatordus, Dok. Esquire)
Sumber :  http://www.esquire.co.id/article/2014/6/41-Manis-yang-Sehat

Gula Aren Lebak Diminati Australia


Gula Aren Lebak Diminati Australia
Gula Aren

Gula Aren Lebak Diminati Australia


REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Komoditas gula aren Kabupaten Lebak, Banten, diminati pasar Negara Kanguru karena tingginya permintaan masyarakat di negara itu.

"Kita belum lama ini memasok sebanyak 20 ton gula aren jenis gula semut yang dicetak halus ke Negara Australia itu," kata Anwar, seorang perajin gula aren di Kabupaten Lebak, Selasa.

Menurut dia, selama ini permintaan pasar ekspor komoditas gula aren asal Kabupaten Lebak cukup tinggi, namun produktivitasnya masih relatif terbatas.

Terbatasnya produksi tersebut akibat berkurangnya jumlah populasi pohon aren milik masyarakat.

Karena itu, perajin hanya mampu memasok produksi gula aren ke Australia sebanyak 20 ton per bulan dengan harga Rp40.000/kg.

Apabila produksi gula aren itu meningkat dipastikan bisa memasok sekitar 40-60 ton per bulan.

"Kami berharap ke depan bisa memenuhi permintaan gula aren untuk pasar ekspor itu," ujarnya.

Sebetulnya, kata dia, produksi gula aren Lebak sudah memiliki sertifikat makanan organik internasional, sehingga bisa menembus pasar luar negeri.

Kelebihan gula aren Lebak, selain organik yang menyehatkan juga cocok dijadikan pemanis berbagai jenis bahan makanan dan minuman. Selain itu rasanya manis, beraroma dan juga tahan lama.

Mereka perajin memasok gula aren keluar negeri melalui perusahaan yang ada di Semarang dan Jakarta.

Produk gula aren itu terbagi dalam dua jenis, yakni gula aren cetak dan semut yang dicetak halus.

Biasanya gula aren Lebak dijadikan sebagai bahan pemanis untuk roti, minuman dan aneka kuliner lainnya.

"Saya yakin produksi gula aren Lebak itu sangat diminati warga Australia," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengatakan saat ini produksi gula aren di Lebak berkembang di Kecamatan Sobang, Panggarangan, Cibeber, Cijaku, Cigemblong, Cilograng, Muncang, dan Lebak Gedong. Sebab di daerah itu cukup banyak perajin gula karena terdapat perkebunan aren.

Perkebunan aren tumbuh di dataran tinggi, seperti perbukitan dan pegunungan.

"Kami juga setiap tahun terus meningkatkan mutu gula aren semut agar bisa merebut pasar domestik dan mancanegara," katanya.

Ia menyebutkan, pemerintah daerah terus membina agar perajin gula aren tumbuh dan berkembang guna meningkatkan ekonomi masyarakat perdesaan.

Pembinaan ini, kata dia, antara lain peningkatan diversifikasi produksi, pelatihan kewirausahaan, dan manajemen keuangan.

Selama ini, kelebihan gula aren Kabupaten Lebak, selain rasanya manis dan dapat bertahan lama juga beraroma serta kadar gulanya relatif kecil sehingga cocok bagi penderita diabetes.

"Kami berharap ke depan komoditas gula aren menjadikan pendapatan tetap ekonomi masyarakat," ujarnya menambahkan.
Red: Julkifli Marbun

Sumber:Antara

Sumber : http://m.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/05/21/n5wics-gula-aren-lebak-diminati-australia

Potensi Aren dan Politik Gula

Potensi Aren dan Politik Gula
Rabu, 29 Agustus 2012 | 06:09 WIB
Oleh Ahmad Arif/Laksana AS/Aswin Rizal Harahap/Amir Sodikin

Pohon aren (Arenga saccharifera) adalah salah satu kekayaan hayati Indonesia yang sejak lama diolah sebagai penghasil gula. Namun, politik gula tebu Belanda telah meminggirkan peran aren. Di tengah kebutuhan gula tebu yang belum tercukupi oleh produksi dalam negeri, produksi gula aren bisa menjadi jalan keluar. 

Naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, yang menjelajah Pulau Sulawesi 150 tahun silam, dibuat takjub dengan manfaat pohon aren. Dalam bukunya, The Malay Archipelago (1869), Wallace mencatat, aren telah dimanfaatkan masyarakat Sulawesi untuk menghasilkan gula.

”Gula yang dihasilkan dari tumbuhan ini memiliki rasa manis luar biasa,” Wallace menulis. Dalam buku ini, Wallace membuat ilustrasi pepohonan aren lengkap dengan orang yang hendak menyadap.

Dosen Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado, Julius Pontoh, mengatakan, sebelum kedatangan Belanda, masyarakat di Nusantara memanfaatkan aren, tebu, dan kelapa untuk menghasilkan gula merah dalam bentuk cetakan. Namun, tingginya permintaan gula putih di pasar internasional membuat pemerintah kolonial Belanda mengembangkan produksi gula tebu secara besar-besaran. 

”Industri gula putih berbasis tebu dibangun secara masif, terutama di Pulau Jawa,” tutur lulusan doktor di bidang kimia gula Universitas Saskatchewan, Kanada, ini.

Indonesia kemudian berkembang menjadi produsen gula putih utama dunia. Puncaknya, tahun 1930-an, industri gula Indonesia menghasilkan 3 juta ton dari 179 pabrik gula. Sebanyak 2,4 juta ton gula diekspor.
Awalnya, gula putih ditujukan untuk ekspor. Namun, lama-kelamaan, produksinya terdistribusi di dalam negeri hingga menggeser posisi gula merah dari pola konsumsi masyarakat Indonesia. Masyarakat pun tergantung pada gula putih tebu.

Saat ini, kebutuhan konsumsi gula putih untuk rumah tangga sebesar 1.842.464 ton, nonrumah tangga 514.065 ton, dan industri 278.652 ton. Sementara produksi tahun 2011 sebesar 2.228.259,1 ton. Artinya, masih ada kekurangan produksi. Sebagian defisit kebutuhan itu dicukupi oleh gula impor. Apalagi, belakangan harga gula impor lebih murah daripada gula produksi dalam negeri.

Menurut Pontoh, aren layak dan cocok dikembangkan di Indonesia sebagai alternatif untuk memenuhi pasokan gula. ”Bukan untuk menggusur keberadaan industri gula pasir yang telah berkembang, melainkan memberi alternatif sekaligus menopang ketahanan pangan,” katanya.

Kelebihan aren
Selain untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, menurut Pontoh, aren memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan tebu. Dari sisi produksi, tanaman aren bisa menghasilkan 25 ton gula per hektar per tahun. Adapun tebu rata-rata menghasilkan 14 ton gula per hektar per tahun. Panen nira bisa dilakukan setiap hari, sedangkan tebu tidak.
Karakter pohon aren juga lebih luwes dan kuat daripada tebu. Aren bisa tumbuh di lahan kritis serta kontur lahan datar atau miring sekaligus mampu mengonservasi lahan gundul. Penelitian Mujahidin dan tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2003) menyebutkan, akar aren memiliki kemampuan mengikat air dengan baik sehingga bisa ditanam di daerah yang relatif kering.

Aren juga tak memerlukan perawatan khusus atau pemupukan karena pada dasarnya merupakan tanaman hutan sehingga tak perlu pupuk dan irigasi.

Direktur Yayasan Masarang Willie Smits menyatakan, aren tumbuh di hutan sekunder. Artinya, industri gula aren tidak bisa tidak harus melibatkan rakyat sebagai basis utamanya meski keterlibatan investor tetap diperlukan. Pembuatan aren menjadi gula juga bisa dilakukan langsung oleh masyarakat melalui industri rumahan.

Ini berbeda dengan industri pabrik gula atau kelapa sawit yang justru memberikan peluang besar bagi korporasi untuk mengembangkan bisnis secara eksklusif. Sementara keterlibatan rakyat tak lebih sebagai buruh dan penonton.

Dari sisi ekologi, Smits menambahkan, aren adalah tanaman yang konservatif. Aren tidak rakus mengambil air dan unsur hara dalam tanah sebagaimana terjadi pada sawit. Aren tumbuh dengan menyerap sinar matahari. Artinya, menjual produk dari pohon aren sama dengan menjual sinar matahari.

”Kalau kita mengekspor sawit, berarti kita membawa air dan unsur hara dalam tanah ke luar negeri. Kita mengeksploitasi kekayaan bumi Indonesia, yang ke depan semakin langka dan sulit dipulihkan. Kalau kita mengembangkan aren, kita menjual sinar matahari. Dan, ingat, sinar matahari itu kita dapatkan gratis,” kata Smits.

Alasan ekologis inilah yang mendorong Yayasan Masarang mengembangkan industri gula aren semut. Pabrik ini menampung nira dari petani di sekitar Tomohon, Sulawesi Utara. 

”Kami bisa memproduksi gula aren hingga 3 ton sehari. Hampir seluruh produk terserap ke pasar Eropa,” ujar Smits. ”Masyarakat Eropa meyakini, gula aren lebih menyehatkan dibandingkan dengan gula tebu.”

Guna menembus pasar Eropa, gula aren diproduksi dalam bentuk gula semut. Sertifikat organik pada area aren di 35 kelurahan di Kecamatan Tomohon Selatan, Tomohon, pun telah didapat. ”Jadi, daripada impor gula pasir, lebih baik kembangkan gula aren yang lebih bernilai ekonomi dan sehat. Ini tinggal persoalan kemauan politik,” ujarnya.

Kendala yang dihadapi perajin gula aren tradisional biasanya adalah ketersediaan bahan bakar untuk memasak air nira. Selama ini, mereka menggunakan kayu. Persoalannya, harga kayu terus merangkak naik. Dari sisi ekologi, hal ini mengancam hutan karena kayu-kayunya potensial dibabat.
Pontoh mengatakan, di Tomohon terdapat empat pembangkit listrik tenaga geotermal (PLTG), yang limbahnya bisa dimanfaatkan untuk mengolah gula nira. ”Saat ini baru satu PLTG yang di Lahendong yang sudah kami manfaatkan untuk memproduksi gula aren semut,” kata Pontoh

Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2012/08/29/06094850/potensi.aren.dan.politik.gula