......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Rabu, 23 Juni 2010

Maksimalisasi produksi Nira melalui upaya memperpanjang masa sadap tandan bunga Aren

Maksimalisasi produksi Nira melalui upaya memperpanjang masa sadap  tandan bunga Aren

Oleh : Dian Kusumanto

 

Setengah tidak percaya pada saat ada teman menelepon saya pada pada sekitar akhir Januari 2010 yang lalu.   Teman saya ini, Eka Wijaya (35 Tahun), waktu itu sedang pulang kampung di wilayah Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.   Sesampainya di Nunukan Pak Eka Wijaya ini bercerita lagi tentang apa yang sudah ditemuinya pada saat pulang kampung itu.   Dia berkisah tentang Bapak Kerek  seorang petani ‘sukses’, pedagang Gula sekaligus  juragan Tuak  asal  Tana Toraja di Desa Pulemo Kecamatan Puli-pulia Kabupaten Kolaka.

Pak Kerek ini memiliki sekitar 5 hektar kebun campuran.  Dalam kebun ini pohon Aren sangat mendominasi.  Ada sekitar 30-an orang yang bekerja untuk membantu Pak Kerek menyadap pohon Aren dari dalam kebunnya.   Masing-masing pekerja mempunyai kemampuan menyadap sekitar 10-15 pohon.   Nira Aren hasil sadapan ini sebagian diolah menjadi Gula, namun sebagian besar dijual sebagai Tuak Manis maupun Tuak Pahit.   Penghasilan seorang penyadapnya bisa mencapai Rp 300.000 per hari.  Ini penghasilan yang sangat bagus bagi seorang petani di kampung.

Yang sangat menarik adalah adanya satu tandan bunga pohon Aren yang bisa disadap selama 1 tahun 2 bulan, atau selama 14 bulan.    Ada sekitar 40-an pohon yang seperti ini.  Ciri pohonnya sangat tinggi berbatang besar.  Pangkal tandan bunga jantannya berukuran besar  berdiameter sekitar 20-25 cm,  panjang tandan bisa mencapai  sekitar 70 cm sampai 1 meteran.  

Kenapa bisa sangat lama masa sadap tandannya?  Ini yang kemudian ditelusuri  Pak Eka Wijaya lebih lanjut.   Ternyata  para petani  dalam melakukan cara-cara penyadapan tandan sebagai berikut :

  •    Mengiris tandan bunganya dengan  sangat tipis
  •    Pisau yang digunakan sangat tajam
  •    Selain cara irisan sering juga dilakukan dengan gosokan menggunakan ‘daun Amplas’, kadang tandan hanya digosok-gosok dengan permukaan kasar dari daun amplas sehingga tidak perlu diiris lagi.

Menurut para peneliti dan beberapa penulis,  pohon Aren dapat mengeluarkan tandan bunga jantan sebanyak 3-4 tandan per tahun.   Artinya rata-rata tandan akan muncul sekitar 3-4 bulan sekali.   Namun ada kalanya tandan muncul hampir bersamaan.  Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh keadaan intern pohonnya dan keadaan eksternnya seperti  tingkat kesuburan tanah  tempat tumbuhnya serta keadaan iklim dan cuaca yang sedang berlangsung.

Artinya, seandainya setiap tandan bisa disadap  minimal selama 4 bulan, maka sepanjang tahun pohon akan terus bias menyediakan tandan untuk siap disadap.   Produksi akan lancar sepanjang tahun, tidak pernah stop alias berhenti produksi.  Dengan kata lain masa istirahat berproduksi dari pohon menjadi nol, alias tidak mengalami masa istirahat berproduksi dan pohon terus-menerus menghasilkan nira setiap hari sepanjang tahun,   seminggu 7 hari, sebulan 30 hari dan 12 bulan dalam setahun,  full sadap.

 Upaya memperpanjang masa sadap

 Lama masa sadap setiap tandan bunga Aren ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :

  •     Panjangnya tandan bunga atau bidang sadap, semakin besar maka semakin lama tandan bunga bias disadap.   Misalnya,  kalau panjang tandan  60 cm dan ketebalan irisan setiap hari rata-rata 0,4 cm, maka lama penyadapannya adalah   60 cm : 0,4 cm/hari  = 150 hari.  Namun kalau pengirisan rata-rata 0,6 cm per hari maka lama sadapnya menjadi 100 hari.
  •     Kemudahan tandan untuk mengeluarkan nira saat diiris, ini berpengaruh pada tebal  tipisnya irisan sadap.  Semakin mudah diiris artinya diiris sedikit saja sudah bisa mengalirkan nira lagi.
  •    Keahlian mengiris dari para penyadap juga dipengaruhi oleh ketajaman dari pisau. 
  •    Ketajaman dari pisau sadap.
  •    Kebersihan  pisau, sebab pisau bisa membawa kontaminan.
  •    Terjadinya kontaminasi yang berakibat pada buntunya ujung  sadapan yang diakibatkan dari munculnya lendir (bakteri) di ujung sadapan.
  •    Terjadinya oksidasi pada permukaan pelukaan pada ujung sadapan sehingga membuat pori-pori seolah mongering dan menutup sehingga air nira tidak mengalir lagi.
  •   Selalu menjaga ujung sadapan tetap steril, tidak mudah terkontaminasi oleh mikroba (bakteri atau jamur), tidak terpapar matahari langsung, dan tidak terkena terpaan angin serta tetesan air yang mungkin terkontamisasi.
  •   Dll. 

Oleh karena itu upaya memperpanjang masa sadap setiap tandan ini sangat signifikan, sangat mutlak (absolute) dalam mempengaruhi produktifitas  nira dari setiap pohon Aren.   Dari produksi  setiap pohon inilah yang akan mempengaruhi produktifitas nira dari kebun Aren.   Jadi upaya ini mutlak harus dilakukan jika kita menginginkan pengelolaan kebun secara maksimal.  Dengan kata lain, kalau ingin mengelola kebun yang baik maka hal ini menjadi bagian Standar Operasional Prosedur (SOP) yang wajib dilakukan.

APUS (Alat Pengaman Ujung Sadapan)

Untuk menginisiasi teknologi yang mengarah pada pengelolaan ujung sadapan tandan bunga Aren, maka penulis mencoba merancang alat pengaman ujung sadapan yang disebut sebagai APUS.  APUS ini paling tidak memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

  1. Melindungi ujung sadapan dari kontaminasi hewan/ serangga/ angin/ udara  kotor/   bakteri/ jamur/ air hujan/ air tetesan / air embun/ cahaya langsung.
  2. Sebagai corong penghubung dengan selang (pipa plastik)  penyalur nira pada   jaringan pipanisasi nira yang kuat/ aman.
  3. Memungkinkan untuk melakukan sterilisasi/ kebersihan ujung sadapan agar  tidak mengalami kontaminasi dan penyumbatan aliran nira, yaitu dengan  cara misalnya meneteskan anti bakteri/ disenfektan alami atau yang aman di ujung sadapan.
  4. Berpotensi untuk lebih memperpanjang masa penyadapan setiap tandan  bunga serta meminimalkan masa istirahat produksi nira.

Mudahan ini sebagai pemicu awal bagi teknologi yang lebih  baik yang akan diterapkan pada masa yang akan datang.

Adakah Anda menemukan cara atau alat yang lebih baik lagi?  Bagi-bagi dong!!

 (Terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Sigit W.  Sp.OG yang telah member beberapa masukan tentang ‘sterilisasi ujung sadapan’ lewat email penulis)

Sabtu, 19 Juni 2010

APUS (Alat Pengaman Ujung Sadapan)

APUS : Alat Pengaman Ujung Sadapan

Oleh : Dian Kusumanto

Fungsi  APUS (Alat Pengaman Ujung Sadapan) :

1.  Melindungi ujung sadapan dari kontaminasi hewan/ serangga/ angin/ udara

      kotor/ bakteri/ jamur/ air hujan/ air tetesan / air embun/ cahaya langsung.

2.  Sebagai corong penghubung dengan selang (pipa plastik)  penyalur nira pada

      jaringan pipanisasi nira yang kuat/ aman.

3.  Memungkinkan untuk melakukan sterilisasi/ kebersihan ujung sadapan agar

      tidak mengalami kontaminasi dan penyumbatan aliran nira, yaitu dengan

      cara misalnya meneteskan anti bakteri/ disenfektan alami atau yang aman di

      ujung sadapan.

4.   Berpotensi untuk lebih memperpanjang masa penyadapan setiap tandan

      bunga serta meminimalkan masa istirahat produksi nira.






Jumat, 04 Juni 2010

MENCETAK MILYARDER DARI KEBUN AREN






MENCETAK MILYARDER DARI KEBUN AREN

(Bagian 1)

Oleh : Dian Kusumanto

Beberapa waktu yang lalu saya mendapat laporan dari Saudara Alianto dari Kabupaten Paser Kalimantan Timur  tentang Perajin Gula Aren di sekitar Sungai Kandilo.   Di sepanjang Sungai Kandilo Kabupaten Paser  dikenal banyak ditumbuhi pohon Aren secara liar.  Pohon-pohon Aren tersebut  berkembang biak sejak dari dahulu kala tanpa campur tangan manusia.   Para Perajin Gula yang berada di sekitar Sungai Kandilo tinggal mencari pohon mana yang akan mereka sadap untuk diambil niranya kemudian dimasak dijadikan Gula Aren.  

Menurut pengamatan  Saudara Alianto terhadap 2 orang perajin yang diwawancarainya, mereka rata-rata setiap orang perajin hanya mengelola 6 pohon Aren untuk disadap.   Dari 6 pohon rata-rata akan dihasilkan Gula Aren dalam bentuk cetak sebanyak  antara 20 – 30 biji setiap harinya.  Atu biji Gula Aren Cetak beratnya tidak sampai 1 kg, seringkali hanya sekitar 8 ons.   Harga jual Gula Aren dari petani adalah Rp 5.000 per biji.   Sehingga pendapatan kotor setiap perajin yang rata-rata mengelola 6 pohon itu antara Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per hari.  Atau kalau dihitung produktifitas setiap pohon dapat menghasilkan sekitar Rp 15.000 sampai Rp 25.000 per pohon per hari.

Potensi yang sangat menguntungkan ini ternyata hanya sebagai pekerjaan sampingan masyarakat setempat, dan tidak  terpikir untuk dijadikan pekerjaan utama.  Ini sangat aneh bin ajaib, heran kan?

Kalau menurut logika bisnis kan tinggal memperbanyak jumlah pohon yang akan disadap.  Jika ada 100 pohon yang disadap berarti akan berpeluang memiliki penghasilan Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta per hari.  Atau kalau mau 200 pohon maka potensi pendapatan per hari menjadi Rp 3 juta sampai Rp 5 juta.  Nah… ?!   Kalau setahun maka kita akan menjadi seorang Milyarder.

Namun pasti ada suatu kendala yang dialami oleh perajin, sehingga dia tidak bias menerapkan logika bisnis seperti hitungan di atas.  Godaan berpenghasilan besar, apalagi menjadi Milyarder tentu sangat besar.  Namun rupanya kendala yang dialami ternyata lebih besar, sehingga para perajin Gula hanya mengelola hanya sekitar 6 pohon saja.  Beberapa kendala klasik itu antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Penyadapan Aren dianggap hanya sebagai sambilan saja.
  2. Semakin sulit dan semakin jauh untuk mencari kayu bakar.
  3. Kapasitas alat pengolahan sangat terbatas.
  4. Pengelolaan usaha hanya secara individual belum berkelompok atau korporasi.

Keadaan seperti di atas adalah kondisi rata-rata petani dan perajin Aren di seluruh negeri  ini. Mereka belum sanggup keluar dari kondisi tersebut, dari sejak dahulu kala.  Belum ada gerakan yang sanggup mengentas keadaan ini, sehingga petani Aren belum dapat merubah nasibnya.  Meskipun potensi produktifitas per pohonnya tinggi  dan jumlah pohon yang tersedia banyak, para petani belum mampu mengelolanya semua.  

Dari 4 kendala di atas, maka langkah untuk meretasnya tidak lain adalah merubah pola usaha yang harus berorientasi antara lain kepada :

  1. Usaha Aren  sebagai bisnis utama
  2. Pola korporasi atau berkelompok
  3. Menerapkan teknologi yang efisien dalam penggunaan bahan bakar
  4. Pengelolaan kebun yang tertata sehingga tenaga kerja  maksimal dan efisien

Dengan  merubah orientasi seperti diatas, maka potensi Aren sebagai usaha tani (agribisnis)  sangat besar dalam menyumbangkan pendapatan bagi para petani Aren.   Setiap petani bisa meningkatkan jumlah pohon yang dikelolanya.   Dari yang semula 6 sampai 10 pohon per orang, menjadi sekitar 100 sampai 200 pohon setiap  orang.   Maka penghasilan juga akan meningkat dari yang biasanya ‘hanya’ Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu  menjadi   Rp 1,5 juta sampai Rp 5 juta per orang per hari.   Maka dari bisnis Aren ini nanti dengan pengelolaan baru  akan lahir milyarder-milyarder baru dari kebun-kebun aren, karena pengolahan gula Arennya juga di dalam kebun.

(Insya Allah bersambung)