(Gambar ilustrasi dari berbagai sumber)
PEMANFAATAN GULA BUBUK AREN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PERMEN ANTI DIABETES
Di Indonesia gula
bubuk aren berpotensi menjadi salah satu komoditas substitusi gula
pasir andalan di dalam negeri di samping dapat berperan untuk menekan
ketergantungan terhadap impor gula.
Persoalan mendasar yang dihadapi adalah adanya kesenjangan antara
tingkat produksi di dalam negeri dengan kebutuhan konsumsi gula oleh
masyarakat. Menurut Dewan Gula Indonesia (2004) setiap tahunnya produksi
gula dalam negeri rata-rata sekitar 2.1 juta ton sedangkan permintaan
untuk konsumsi gula masyarakat mencapai rata-rata 2,7 juta ton sehingga
setiap tahun diperlukan impor gula minimal 0,5 juta ton.
Konsumsi
gula pasir menunjukkan peningkatan tahun ke tahun. Sedangkan
peningkatan produksi gula belum dapat memenuhi konsumsi gula dalam negri
yang terus meningkat (Koestono, 1991). Sehingga pemerintah perlu
mengimpor gula untuk memenuhi konsumsi gula tersebut. Berkaitan dengan
masalah tersebut di atas maka diperlukan upaya untuk membantu pemerintah
dalam rangka swasembada gula.
Persoalan
ini sebenarnya merupakan tantangan bagi para pabrik gula atau koperasi
untuk mengantisipasinya menjadi peluang usaha dengan cara memenuhi
sebagian dari permintaan pasar terhadap gula. Salah satu diantaranya
adalah melalui produk gula yang berasal dari tanaman Aren.
Tanaman Aren adalah tanaman yang mirip pohon kelapa yang dapat mencapai
ketinggian hingga 20 meter dengan garis tengah batang mencapai 65 cm.
Bahan baku pembuatan gula bubuk aren diperoleh dari sari gula atau yang
sering disebut nira.
Gula
bubuk aren, semula hanya diproduksi sebagai gula cetak, sedangkan
pengolahan menjadi gula bubuk atau gula pasir sementara ini masih sangat
terbatas. Dibandingkan dengan gula pasir yang
berasal dari tebu, gula bubuk aren yang berasal dari sadapan nira pohon
aren mempunyai beberapa kelebihan. Produk gula bubuk aren selain
dikonsumsi di dalam negeri juga diminati oleh pasar ekspor terutama
dalam bentuk gula Semut. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara
lain Jepang, AS dan Eropa. Gula bubuk aren dari Indonesia dapat diterima
di pasar manca negara karena memiliki kandungan dan aroma yang berbeda
dengan produks dari negara lain. Aromanya yang harum dan legit
memberikan citra rasa tersendiri terhadap produk pangan.
Proses pembuatan gula bubuk aren
Untuk
memperoleh gula bubuk aren yang berkualitas tinggi tentunya sangat
tergantung pada kualitas nira yang diproses. Pembuatan gula bubuk aren
meliputi proses : (1) Penampungan nira, (2) penyaringan nira, (3)
pemasakan (4) pengadukan secara berlahan-lahan sampai berbentuk butiran
(5) Pengayakan.
Sumber : Food Review Indonesia
Bambang et al. (2008),
pengayakan merupakan salah satu cara untuk memperoleh keragaman. Dalam
proses pengayakan dilakukan pemisahan ukuran-ukuran dari butiran
partikel gula bubuk aren dari ukuran kasar sampai ukuran yang paling
halus. Proses ini dilakukan untuk menentukan ukuran rata-rata setiap
partikel dan kelembutan butiran-butiran partikel. Untuk tepung aren,
sekurang-kurangnya harus lolos ayakan 80 mesh.
Menurut Joseph et al.
(1994), nira yang disadap pada pagi hari memiliki pH lebih rendah dari
nira yang ditampung pada sore hari. Nira disadap sore hari. Hal ini,
karena pada siang hari penguapan lebih besar dibandingkan pada malam
hari. Hasil analisis Joseph et al. (1994) mengungkapkan
bahwa perlakuan terhadap penampungan berpengaruh nyata terhadap kadar
sukrosa nira yang disadap pada sore hari, tetapi tidak begitu
berpengaruh nyata pada sukrosa yang disadap pada pagi hari.
Nira
yang digunakan sebagai bahan baku gula sebaiknya berkadar sukrosa di
atas 12 persen. Rumokoi (1990) kekhasan gula bubuk aren dari segi
kimianya dibandingkan dengan gula lainnya bahwa gula bubuk aren
mengandung sukrosa lebih tinggi (84%) dibandingkan dengan gula tebu
(20%) dan gula bit (17%).
Proses pembuatan permen dan pengemasan
Hard candy adalah sebutan untuk permen yang mengalami pengolahan pada suhu 140-150 oC. (Hanny et al., 2000). Proses pembuatan permen,menggunakan
sukrosa sebagai bahan utama hal ini penggunaan gula bubuk aren yang
meliputi proses : (1) Pemberian gula bubuk aren dan air mineral, (2)
dipanaskan dan didihkan sampai menjadi gula cair, (3) tambahkan sirup
glukosa, (4) penambahan komponen flavor sesuai dengan keinginandan aduk,
(5) cetak, dan (6) pengemasan.
Pengemasan
mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan mutu suatu bahan
pangan. Pengemasan telah dianggap sebagai bagian integral dari proses
produksi. Menurut Syarief dan Irawati (1988), kemasan memiliki fungsi
sebagai wadah untuk menempatkan produk dan memberi bentuk sehingga lebih
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi, memberi
perlindungan terhadap mutu produk dari kontaminasi luar dan kerusakan,
dan menambah daya tarik produk. Sehingga nantinya permen gula bubuk aren
ini siap dijual dalam skala besar baik dalam negeri maupun di ekspor
keluar negeri.
Gula bubuk aren ditinjau dari aspek kesehatan
Gula
bubuk aren mempunyai empat keunggulan. Pertama, rasa gula bubuk aren
manis dan lezat yang pas dan cocok dengan lidah Asia dan Indonesia.
Orang yang pernah mencoba berkomentar bahwa Gula bubuk aren adalah
pemanis yang paling lezat. Kedua, gula bubuk aren memiliki Indeks
Glisemik yang sangat rendah yaitu (IG 35) , artinya produksi glukosa
berlangsung lambat sehingga pankreas tidak perlu kerja keras lagi.
Jangankan bagi orang sehat, pada beberapa penderita diabetes terbukti
turun kadar gula darahnya setelah mengganti gula putih dengan gula bubuk
aren. Selain itu IG yang rendah membuat glukosa terbentuk secara
perlahan yang berarti pula energi juga tercipta secara perlahan sehingga
tubuh bugar lebih lama. Ketiga, selama proses pembuatannya, tak ada
sedikitpun bahan kimia yang ditambahkan, sehingga lebih aman dikonsumsi.
Keempat, gula bubuk aren banyak mengandung unsur farmakologi yang
bermanfaat seperti Riboflavin, Thiamin, Niacin, Ascorbic Acid, Kalsium
dan lain-lainnya. (Anonim, 2010)
Riboflavin
berfungsi menghasilkan anti bodi, membantu terbentuknya energi ,
memperbaiki kerusakan sel saat proses produksi energi, memperbaiki
jaringan sistem pencernaan dan lain-lain. Thiamin berfungsi sebagai
koenzim dalam metabolisme energi , membantu tubuh menggunakan protein,
memperkuat sistem syaraf dan lain-lain. Niacin berfungsi sebagai koenzim
dalam metabolisme glukosa, lemak dan alkohol. Selain itu Niacin juga
meningkatkan fungsi kerja otak dan menurunkan kadar kolesterol LDL.
Ascorbis Acid memiliki fungsi antibiotik, mencegah asthma dan dapat
mencegah kanker. Jadi sangat wajar apabila, para pengguna gual pasir
aren menyebut bahwa gula bubuk aren adalah solusi hidup sehat yang
paling nikmat dan lezat. (Anonim, 2010)
Gula bubuk aren untuk kebutuhan industri
Mutu
gula bubuk aren yang diinginkan industri cukup beragam, tergantung pada
produk yang hendak dibuat. Salah satunya dengan membuat inovasi gula
bubuk aren dari bentuk tradisionalnya, diolah menjadi gula bubuk atau
gula bubuk aren, sehingga dapat mendongkrak nilai tambah gula ini.
Konsumen tidak perlu lagi mengiris, mengencerkannya dan menyaring
sebelum menggunakannya. Dengan begitu pemakaiannya bisa sesuai takaran
dan kebutuhan.
Perubahan
bentuk inilah yang kian mendorong menggunakan gula bubuk aren untuk
memenuhi kebutuhan rasa manis sehari-hari. Kepraktisan ini membuat
kalangan industri pangan ikut melirik. Mereka turut berinovasi untuk
menciptakan aneka produk baru yang mengandung gula bubuk aren yaitu
sebagai bahan utama pembuatan permen. Hal ini, disebabkan permintaan
permen dipasaran sangatlah tinggi dari anak kecil sampai orang dewasa
karena disamping harganya ekonomis, permen memberikan sensasi yang
berbeda terhadap seseorang yang memakannya seperti menghilangkan rasa
ngantuk dan kebosanan.
Disamping
memberikan sensasi yang berbeda, permen gula bubuk aren dapat mencegah
penyakit diabetes sehingga dengan tuntutan zaman maka masyarakat berlomba-lomba mencari makanan yang praktis menyehatkan sehingga prospek industri gula bubuk aren saat ini sangat bagus.
Sementara
itu, kebutuhan gula bubuk aren nasional masih dipasok oleh
sentra-sentra dan industri kecil rumahan, Perlu adanya pengolahan gula
bubuk aren berskala industri besar. Dalam kenyataannya pengembangan
agribisnis gula bubuk aren masih menghadapi hambatan teknis, seperti
rendahnya keterampilan petani, rendahnya hasil produksi dan nilai
tambah. Sejumlah standart ketat juga harus diberlakukan meliputi kadar
air, tingkat kelembaban yang diminta industri biasanya 2 – 0.8 % dengan
ukuran butiran dalam satuan mesh # 20-30. Setelah itu, produk gula bubuk
aren juga harus lolos dalam biological test laboratorium dengan hasil
negatif untuk kapang dan khamir, Bacciluscereu, E. Coli, Salmonella, dan lain-lain.
Untuk
itu, perlu dilakukan langkah-langkah operasional yaitu (1) pelatihan
teknis dan managemen, (2) penerapan budaya aren secara sistematis dan
prasaran pengolahan (3) penerapan budidaya aren
secara sistematis untuk meningkatkan posisi tawar petani dapat ditempuh
melalui pemberdayaan kelompok tani aren dengan mewujudkan sistem
pemasaran secara kolektif dengan koperasi atau Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan),disertai peningkatan keterampilan petani. Dengan pengolahan
yang bagus menggunakan konsep ekonomi kerakyatan dilakukan sebagai
sebuah strategi untuk membangun kesejahteraan dengan lebih mengutamakan
pemberdayaan masyarakat maka diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja
yang dapat menanggulangi persoalan bangsa Indonesia dari pengangguran.
Menurut
Mubyarto, pada dasarnya, paradigma ekonomi kerakyatan adalah tatanan
ekonomi yang berasaskan kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral
Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada rakyat yang
lemah. Pemihakan kepada rakyat ini seharusnya diwujudkan pemerintah
melalui berbagai kebijakan ekonmomi dan regulasi yang dikeluarkannya.
Dengan
Inovasi yang dilakukan maka gula aren bisa menjadi produk unggulan
dalam negeri yang berskala internasional. Hal ini, di butuhkan kerjasama
antara pemerintah pemilik pabrik permen dalam negeri sebagai penyokong
dana dan pengelolaan managen pemasaran dan pemilik lahan pohon aren
sebagai penyedia bahan utama permen.
Sumber Pustaka
Anonim. 2010. Pencegahan Diabetes. [Terhubung berkala]. Diambil tanggal 13 Mei 2010. http://bandrekpigeons.blogspot.com/2010/04/cegah-diabetes-dengan-gula-aren.html
Anonim. 2010. Gula Bubuk Aren. [Terhubung berkala]. Diambil tanggal 13 Mei 2010 http://www.foodreview.biz/index1.php
Anonim. 2010. Gula Semut. [Terhubung berkala]. Diambil tanggal 13 Mei 2010. http://wb4.indo-work.com/pdimage/95/282395_gulasemut2.jpg
Direktorat Riset dan Kajian Strategis. 2000. Diambil tanggal 13 Mei 2010. http://rks.ipb.ac.id/hki/detail_invensi.php?data=klaim&&judul=41&&smenu=Klaim
Direktorat Riset dan Kajian Strategis. 2000. Diambil tanggal 13 Mei 2010. iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/.../Bambang%20Purwantana2.pdf
Direktorat Riset dan Kajian Strategis. 2000. Diambil tanggal 13 Mei 2010. iirc.ipb.ac.id/.../YandraArkeman_StrategiPeningkatanDayaSaingIndustri.pdf
Lembaga Peneliti dan Pengembangan kepada Masyarakat. 2009. Diambil tanggal 13 Mei 2010. http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php?view=warta/isinews&id=1462
Lembaga Peneliti dan Pengembangan kepada Masyarakat. 2009. Diambil tanggal 13 Mei 2010. http://lppm.ipb.ac.id/lppmipb/penelitian/hasilcari.php?status=buka&id_haslit=51
Kajian Gula Aren KSU Sukamaju. 2005. Diambil tanggal 13 Mei 2010. www.smecda.com/kajian/files/hslkajian/kajian_gula_aren.pdfSumber : http://torehan-emas.blogspot.com/2010/05/pemanfaatan-gula-bubuk-aren-sebagai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar