Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber
Nama-nama Daerah untuk tanaman Aren
Aren (Arrenga pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku).
Banyak nama daerah yang diberikan untuk Aren di Indonesia. Hal ini karena tingkat penyebarannya sangat luas.
Nama-nama daerah tanaman Aren di Indonesia, antara lain : bak juk (Aceh), ijuk (Gayo), pangguh (Alas), pola, paula (Karo), bagot, agotan (Toba), bargot (Angkola, Mandailing), anau (Simalur), alaha (Bajak), ache, peto (Nias), poula (Mentawai), bagat, bergat, hanau (Kerinci), kawung (Sunda), aren (Jawa, Madura), jaka, hano (Bali), pola (Sumbawa), nao (Bima), kalotu (Sumba), moka (Sawu), moke (Flores), nau, peletuk, gemuti (Timor), seho (Manado), inru (Sulawesi Selatan), enau (Kalimantan) dan segeru (Maluku). Sedangkan nama asing Aren adalah sugar palm.
Kegunaan Pohon Aren.
Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.
Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah.
Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalam tanah, sehingga dapat tumbuh baik pada tebing-tebing dan akan sangat baik sebagai pohon pencegah erosi longsor.
Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah.
Akar
Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang
Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).
Batang aren sering dimanfaatkan untuk jembatan dan saluran air (talang) setelah dibelah memanjang dan diambil empulurnya (sagu atau pati). Batang aren juga bisa dimanfaatkan untuk galar-galar dan bubungan atap rumah.
Bagian luar batang aren atau ruyung (sunda) berwarna hitam dan sangat keras. Biasanya bagian ini dimanfaatkan untuk membuat perkakas rumah tangga dan untuk keperluan lain, seperti gagang pisau, tangkai kapak, cangkul, dan juga tongkat. Bagian ini sering digunakan untuk membuat bahan usuk atau kaso penyangga genting rumah. Karena sifatnya yang keras, bagian luar batang aren ini juga sangat baik untuk kayu bakar.
Di dalam batang aren terdapat sagu (pati) yang bisa dibuat tepung. Cara menghasilkan tepung aren tidaklah sulit. Mula-mula batang aren dipotong-potong sepanjang 1 m, kemudian dibelah dan empulur yang terdapat di dalamnya dikeruk dengan kapak pengeruk. Di pabrik, proses pengambilan empulur dilakukan dengan membelah potongan batang aren menjadi beberapa bagian, kemudian empulur diparut dengan mesin pembarut. Selanjutnya empulur hasil pemarutan tadi diremas-remas bersama air yang mengalir menuju bak penampungan dan ampasnya disingkirkan. Di dalam bak penampung, pati akan mengendap. Setelah semua pati aren mengendap, kolam (bak) dikeringkan dan pati diambil. Pati aren yang masih basah dijemur sampai benar-benar kering dan diperoleh tepung aren yang halus atau aci kawung (sunda).
Tepung aren banyak digunakan dalam pembuatan aneka jenis makanan, seperti bakso dan bihun. Ampas hasil samping dari pembuatan tepung aren ini juga sangat baik untuk media tanam jamur. Tetapi banyak pula pabrik tepung aren yang membuang ampas tersebut ke sungai atau ditumpuk saja, sehingga menimbulkan pencemaran air dan udara.
Daun
Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti gabus.
Di daerah pedesaan, daging atau gabus dari pelepah daun aren banyak dipakai sebagai bahan pembuatan mainan anak-anak seperti mobil-mobilan. Selain itu juga baik dipakai sebagai penyumbat botol, saluran air dari logam atau bambu, dan lain-lain. Pelepah daun aren yang kering bersama daunnya banyak dimanfaatkan penduduk sebagai kayu bakar. Sedang abunya sering dimanfaatkan penduduk sebagai penyembuh luka, bedak tradisional, dan juga untuk pupuk tanaman sebab mengandung mineral yang cukup tinggi. Pelepah daun juga sering dipakai untuk alat pemikul hasil kebun.
Tulang-tulang anak daun aren banyak dipakai untuk pembuatan sapu lidi, tusuk sate dan keranjang. Daun aren yang masih muda juga digunakan sebagai pembungkus tembakau (klobot ) untuk merokok setelah dijemur atau dikeringkan. Daun aren yang tuan dapat juga digunakan untuk atap rumah seperti halnya daun nipah.
Bunga
Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak (Steenis et.al.,1975).
Bunga jantan
Bunga aren jantan atau langrai (Sunda), biasanya diperoleh setelah tangkai bunga dipotong untuk disadap niranya. Bunga ini dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, terutama ternak kambing.
Buah
Buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es. kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.
Bila buah aren yang belum terlalu matang dipotong, maka akan terlihat bijinya yang kenyal berwarna putih jernih (bening). Daging biji inilah yang disebut kolang-kaling dan bisa digunakan sebagai bahan makan.
Kolang-kaling memang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Pada saat bulan puasa, permintaan kolang-kaling melonjak sangat tajam. Masyarakat yang beragama Islam sering menjadikan kolang-kaling sebagai menu khas di bulan puasa. Baik sebagai makanan untuk berbuka puasa ataupun santapan ringan setelah melakukan shalat tarawih.
Harga kolang-kaling di bulan puasa juga lebih mahal dibanding bulan-bulan lainnya. Pada tahun 1992, harga rata-rata kolang-kaling Rp 500,00/kg, sedang pada bulan puasa antara Rp 1.000,00 – Rp 2.000,00/kg.
Prospek pasar kolang-kilang ini juga cukup cerah sebagai mata dagangan ekspor. Konon Indonesia telah mengekspor kolang-kaling sejak tahun 1970-an serta terus berlanjut hingga sekarang. Negara-negara pembeli kolang-kaling Indonesia selama ini antara lain Amerika Serikat, Saudi Arabia, Belanda, Hongkong, Jepang, Taiwan, dan beberapa negara kawasan Eropa.
Kolang–kaling banyak digunakan sebagai bahan campuran beraneka jenis makanan maupun minuman. Antara lain dalam pembuatan kolak, ronde, ice jumbo, cake, minuman kaleng, es campur, manisan, dan lain-lain. Bahkan masyrakat Jawa Barat yang memiliki minuman khas berupa bajigur, selalu menambahkan kolang-kaling ke dalamnya.
Jika orang Sunda menyebut kolang-kaling itu dengan cangkaleng atau caruluk, maka warga Jakarta menyebutnya buah atep. Boleh jadi, munculnya sebutan buah atep tersebut karena ijuk tanaman ini biasa digunakan untuk atap bangunan. Sejalan dengan berkembangnya bidang upa-boga, sekarang muncul pula aneka produk makanan baru yang menggunakan kolang-kaling sebagai bahannya, yaitu kolang–kaling gengsi, kolang-kaling manja, dan kolang-kaling berjuruh.
Kolang-kaling selain bisa dimanfaatkan untuk bahan pencampuran aneka makanan dan minuman, kandungan seratnya juga baik sekali untuk kesehatan. Serat kolang-kaling dan serat dari bahan makana lain yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan proses pembuangan air besar teratur, sehingga bisa mencegah kegemukan atau obesitas, penyakit jantung koroner, kanker usus, dan penyakit kencing manis.
Ijuk
Tanaman aren tampak menyeramkan karena batangnya diselimuti oleh-oleh bulu-bulu berwarna hitam yang dinamakan ijuk. Ijuk yang berupa serat-serat ini menempel pada batang di sekitar pangkal pelepah daun.
Semakin berkurangnya tanaman aren dalam beberapa tahun terakhir diakui pula oleh para pengrajin atau penyisir jika di berbagai daerah. Bahkan para pengrajin ijuk itu terpaksa untuk mencari tanaman aren ke tempat yang lebih jauh dari lokasi pabrik ijuknya.
Ijuk merupakan bahan yang banyak sekali digunakan untuk berbagai macam keperluan. Antara lain untuk bahan baku anyam-anyaman, seperti tali, sapu, sikat, dekorasi, atap rumah tradisional, septik tank, dan lain-lain. Atap yang terbuat dari ijuk aren ternyata mempunyai daya tahan 10 tahun lebih dan tidak cocok karena ijuk mampu menahan guyuran air hujan yang deras.
Di dalam ijuk aren juga terdapat semacam lidi yang keras sekali disebut harupat (Sunda) Pada zaman dahulu, lidi ini dipakai sebagai pena untuk menulis huruf Arab dan di Sumatera Barat alat ini dinamakan kalam. Kata kalam berasal dari bahasa arab yang artinya alat untuk menulis.
Belakangan ijuk aren banyak juga dimanfaatkan sebagai bahan bantalan kursi maupun jok kendaraan bermotor. Selain itu, ijik juga digunakan sebagai bahan kedap suara di studio rekaman dan gedung pertunjukan, penyekat panas mesin boiler, dan sebagai bahan tambahan untuk membuat lapangan olahraga.
Perkembangan ekspor ijuk di Indonesia antara tahun 1987- 1991 dapat dilihat pada tabel 10. Adapun negara-negara yang selama ini menjadi pengimpor ijuk Indonesia di antaranya adalah Amerika Serikat, Inggaris, Singapura, Srilanka, Pakistan, New Zealand, Taiwan, Jepang, Australia Sudi Arabia, Prancis, dan Belanda.
Umbut
Umbut yang terdapat di puncak aren dapat dimakan lanngsung. Tetapi akan lebih nikmat bila diolah atau dimasak terlebih dahulu dan kemudian dicampur dengan makanan lain.
Akar
Akar aren dapat dipergunakan untuk bahan kerajinan tangan yang berupa anyam- anyaman maupun bahan pembuatan cambuk.
Obat Tradisional
Bagian tertentu tanaman aren juga dapat digunakan sebagai obat tradisional. Dengan membuat ramuan berupa akar tanaman aren dan batang rumput alang-alang, maka kesulitan buang air besar teratasi. Caranya, ramuan ini direbus dan airnya diminum.
Tuak dari hasil fermentasi nira aren juga berguna sebagai perangsang haid. Selain itu, minuman tuak nira pun cukup ampuh untuk melawan radang paru-paru dan mejan. Gula aren sendiri sering dilibatkan dalam ramuan obat tradisional dan katanya memiliki khasiat sebagai obat demam dan sakit perut.
1 komentar:
tx untuk infonya , ada info pabriknya ? seperti merek mutiara, parang?
email saja ke rubensamuel@yahoo.com
Posting Komentar