Pengembangan daerah aliran sungai untuk bantu usaha kecil
Oleh : Mulia Ginting Munthe (Bisnis Indonesia)
JAKARTA Kementerian Koperasi dan UKM bersinergi dengan Institut Ilmu Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dan BUMN Hijau Lestari untuk mengembangkan kawasan daerah aliransungai (DAS) serta mengoptimalkan potensi tanaman aren.
"Kerja sama dengan BUMN Hijau Lestari, untuk pengembangan kawasan daerah aliran sungai, khususnya di Jawa Barat. Kawasan itu akan dijadikan lebih produktif dengan menanam tanaman tahunan maupun pangan," ujarnya kepada Bisnis kemarin. DAS yang akan dijadikan lahan produktif bagi UMKM mencapai 250.000 ha. Selain berdampak positif untuk menahan bencana longsor, pelaku usaha mikro dan kecil bisa memanfaatkan lahan itu untuk meningkatkan pendapatannya.
Tanaman produktif yang akan dikembangkan di seluruh DAS Jawa Barat meliputi pohon aren, pohon jati, sengon, buah-buahan, jagung serta tanaman sorgum. Hasil dari berbagai tanaman tersebut diharapkan bisa meningkatkan produktivitas UMKM di sekitar lokasi. Di antara beberapa komoditas tersebut, ada yang diproyeksikan untuk pengembangan industri gula semut dari aren dan tepung yang dihasilkan dari biji sorgum. Pengembangan usaha ini memang spesifik, tetapi diyakini berdampak positif.
Untuk pengembangan industri gula semut, Kementerian Koperasi dan UKM merangkul Ikopin untuk mengembangkan bibit tanaman aren yang berasal dari Sibolangit, Sumatra Utara. Pohon aren dari kawasan tersebut memiliki keunggulan hasil air nira-nya."Pohon aren di daerah lain umumnya hanya memproduksi sekitar 10 liter per hari, sedangkan pohon aren dari Sibolangit bisa mencapai 60 liter per hari. Oleh karena itu, Ikopin akan melakukan pembibitan tanaman aren dari Sumatra Utara untuk disebar ke DAS seluruh Jawa Barat," ujar Taufiq. Pembiayaan untuk program pembibitan dilakukan oleh lima perusahaan BUMN Hijau Lestari.
Lahan pembibitan
Sedangkan DAS yang akan dimanfaatkan untuk program tersebut masing-masing di Sungai Citarum, Ciliwung, serta sungai Cimanuk. Lahan pembibitan yang akan dimanfaatkan di area Kampus Ikopin seluas 5 ha dari total 20 ha.
Menurut Taufiq, dari 60 liter produksi air nira dari satu pohon aren, bisa menghasilkan sekitar 30 kg gula semut per hari. "Po-tensinya sangat besar untuk memenuhi permintaan nasional maupun ekspor, karena Jepang sangat menggandmngi gula semut," papar Taufiq. Kemenkop mulai tahun ini juga mulai mengangkat potensi komoditas gula aren di lima kabupaten Jawa Tengah, yakni Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen (Barling-mascakeb).
Potensi gula aren atau juga dikenal sebagai gula jawa atau gula semut di kawasan Barlingmasca-keb sangat besar, akan tetapi belum digarap serius. Untuk meningkatkan kapasitas produknya, pemerintah akan melakukan fasilitasi serta pendampingan teknis. Pendampingan tersebut mencakup peningkatan kemampuanpetani aren dalam memproduksi secara tepat guna melalui penerapan teknologi.
Dalam peningkatan kapasitas itu, masyarakat produsen tidak lagi diposisikan sebagai objek, tetapi sebagai subjek. Dengan sistem ini Kementerian Koperasi dan UKM optimistis gula aren akan dikenal luas sebagai bahan pemanis selain gula pasir. Potensi gula aren untuk pasar ekspor bahkan sangat terbuka, karena negara-negara maju di Asia seperti Jepang, lebih cenderung mengonsumsi gula aren.
Saat ini pemasok gula aren ke Jepang adalah Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ekspor oleh petani dari daerah itu telah berlangsung sejak 1988. "Barlingmascakeb juga memiliki peluang itu karena Jepang masih kekurangan produk tersebut," tukas Wayan.Kapasitas produksi gula aren dari Jawa lengah saat ini sekitar 5,64 ton per tahun. Jumlah itu belum termasuk dengan produksi dari Barlingmascakeb. Kementerian Koperasi dan UKM belum memiliki catatan pasti kapasitas produksi gula aren di lima kabupaten itu. (ginting.mimthe8)bis-nis.co.id)
Sumber : http://bataviase.co.id/node/283883
3 komentar:
petani jabon mampir nich,,
salam...
Pak,
membaca tulisan Bapak bahwa aren bisa memproduksi gula lebih banyak dibanding tebu saya menjadi tertarik namun melihat proses produksinya yang membutuhkan energi besar saya jadi ragu2 apalagi ditengah era yang kritis energi seperti sekarang ini.
Untuk menghasilkan gula dari tebu, sisa batang tebu setelah digiling (Bagasse) dapat digunakan sebagai "kayu bakar" atau diolah menjadi listrik untuk memasak air hasil gilingan sampai akhirnya menjadi gula. Energi yang diperlukan bahkan cuman 70% dari bagasse hasil penggilingan. Jika pada akhirnya dihitung, maka keuntungan (pendapatan dikurangi total biaya) produksi gula dari tebu lebih menguntungkan dibanding aren.
Industri gula aren yang ada di Masarang, Tomohon, Sulawesi Utara menggunakan panas bumi yang notabene gratis diberikan oleh alam. Apakah menurut Bapak produksi gula aren yang pernah dan sedang digalakkan sebagai gerakan nasional ini memiliki nilai ekonomis dan efisiensi yang lebih dibanding dengan gula dari tebu ?
Hormat kami,
Budi Santoso
budsant@hotmail.com
Semoga Aren dapat menjadi alternatif pilihan sebagai Penjaga Hijau dan Sumber air yak baik..., limbah ampas aren potensial menjadi Media Alternatif dengan EMP, dan juga POC TopG2, BioSugih dan EM4 untuk menanam Jamur Merang Super Aren sehingga menghasilkan BER 20-35% yang berarti juga tambahan penghasilan 4,5-7 kg Jamur per meter2 (30 kg/m2)p
Posting Komentar