Teknologi Pembibitan dan Pengolahan Aren Menjadi Triger Sistem Agribisnis Aren di Provinsi Banten |
Oleh Kardiyono dan Syahrizal Muttakin |
“Permintaan bibit dan gula aren terus meningkat setelah Gapoktan mandiri mendapat binaan dan sentuhan teknologi dari BPTP Banten”
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr) merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Banten serta sebagai sumber ekonomi 13.000 orang petani. luas tanaman aren di Provinsi Banten lebih kurang 1.348 ha yang tersebar di kabupaten Lebak dan Pandeglang. Jenis tanaman palma ini mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh tananam lain yaitu (a) mengandung kadar gula tinggi (10 - 15%), (b) tanaman mampu tumbuh pada kemiringan lebih 40ยบ dan dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah (c) seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual seperti ijuk untuk penjernihan air, batang untuk dibuat pati (orang banten menyebutnya aci), buah untuk dibuat kolang-kaling dan nira untuk dijadikan gula. Umumnya bagian tanaman yang dimanfaatkan secara terus menerus yaitu gula merah baik yang berbentuk gula cetak maupun gula semut. Sedangkan bagian lain dimanfaatkan pada waktu tertentu seperti kolang kaling pada saat hari raya idul fitri, batang untuk dijadikan aci. Pertambahan luas areal atau populasi tanaman aren setiap tahun tergolong rendah (< 5%) demikian juga dengan produksi gula yang dihasilkan (1.217 ton per tahun). Gula aren yang dihasilkan untuk memenuhi permintaan lokal banten dan Jakarta serta sebagian kecil untuk eksport. Permintaan gula terus mengalami peningkatan tetapi sebaliknya produktivitas cenderung stagnan. Konsumen gula semut cenderung mengalami peningkatan yang sangat tinggi baik baik pasar lokal (super market) maupun ekport. Dengan demikian peluang agribisnis aren sangat prospektif dan perlu didukung agar dapat memberikan keuntungan bagi petani dan pelaku usaha lainnya. Beberapa usaha yang dilakukan BPTP Banten untuk mendorong pengembangan agribisnis aren adalah melakukan pengkajian di Kabupaten Lebak pada aspek (1) pembibitan tanaman aren (2) teknologi penanganan pasca panen dan pengolahan gula. Teknologi Pembibitan Tanaman Aren Usahatani tanaman aren dilakukan masih bersifat tradisional terlihat dari cara penyediaan bibit dan penanaman aren. Tanaman aren yang tumbuh bukan ditanam oleh petani melainkan dilakukan oleh binatang ketika memakan biji aren. Oleh karena itu tanaman tumbuh menjadi tidak teratur dengan jumlah tanaman bervariasi antara 10 – 20 pohon per hektar. Rendahnya jumlah tanaman setiap hektar berpengaruh terhadap kemampuan penyadapan setiap petani. Saat petani mampu menyadap nira aren maksimal 10 tanaman per hari. Perbaikan cara budidaya dari tradisional yang tergantung dari binatang ke arah lebih maju diharapkan dapat meningkatkan produksi aren dan efesiensi usahatani aren. Idealnya jumlah tanaman setiap hektar berkisar 70 – 100 pohon sehingga mempu menyadap nira 30 pohon / hari. Salah satu langkah yang dilakukan untuk merubah cara budidaya tradisional yaitu dengan melakukan introduksi teknologi pembibitan kepada petani aren. Teknologi Pembibitan tanaman aren meliputi seleksi buah aren dari tanaman unggul, pelunakan kulit aren dengan diperam, pengupasan kulit, persemaian biji, dan penanaman pada polybag. Pembibitan aren membutuhkan waktu sekitar 1 tahun dan kemudian tanaman siap untuk di pindahkan ke lapangan. Teknologi pembibitan aren yang diintroduksikan kepada petani telah diterapkan Gapoktan Mandiri, Desa Barunai Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak. kegiatan pembibitan telah membuka pemikiran petani dalam usahatani aren yang bersifat tradisional ke arah lebih maju. Melalui pembibitan populasi tanaman aren per hektar mengalami peningkatan dari 10 – 20 pohon diarahkan menjadi 70 – 100 pohon. Dengan demikian ke depan akan terjadi peningkatan produksi gula dan efisiensi tenaga kerja dalam penyadapan. Sesuai dengan sasaran pengkajian Gapoktan Mandiri berhasil membuka usaha pembibitan aren dalam rangka pemenuhan kebutuhan bibit aren yang di programkan pemerintah. Bibit aren hasil pembibtan gapoktan telah digunakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Banten untuk pengembangan aren di Kabupaten Lebak. Pembibitan aren di gapoktan juga telah mendorong beberapa unit kerja untuk dijadikan lokasi studi antara lain Balai Latihan Pegawai Kehutanan Sumatera Utara. Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Aren Salah satu permasalahan pada pengolahan gula aren antara lain rendahnya mutu nira karena belum efektifnya bahan pengawet yang di gunakan pada penyadapan sehingga mutu gula yang dihasilkan masuk katagori sedang hingga rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka dilakukan pengkajian penggunaan bahan pengawet mnggunakan asap cair dan melakukan inovasi penambahan jahe pada pembuatan gula semut. Pengawetan nira dengan menggunakan asap cair merupakan alternatif guna penyediaan pengawet alami untuk menggantikan akar kawao, kulit manggis yang jumlahnya semakin terbatas. Hasil penelitian menunjukan bahwa asap cair memiliki kemampuan sebagai pengawet yang cukup prospektif terlihat dari mutu nira hasil penyadapan. Jika mutu nira tinggi maka gula yang dihasilkan akan bermutu tinggi pula. Petani merespon cukup tinggi terhadap penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet karena dapat mempertahankan mutu nira dan asap cair dapat diproduksi sendiri dengan mengolah tempurung yang tersedia cukup melimpah kawasan pengkajian. Gula yang dihasilkan dengan menggunakan asap cair memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan bahan pengawet yang biasa digunakan ditandai dengan warna, kekerasan dan kadar gula. Inovasi teknologi pembuatan gula semut dengan penambahan jahe telah memberikan harapan untuk meningkatkan keuntungan dari usahatani gula semut jahe. Produk hasil inovasi telah di promosilkan pada berbagai even pameran baik lokal di Provinsi Banten maupun di Jakarta (Jakarta covensen center) dalam rangka membuka pasar dan jalinan usaha kemitraan juga kunjungan Gubernur dan Bupati. Respon pengunjung sangat tinggi terhadap inovasi teknologi hasil pengolahan gula aren dengan indikator meningkatnya pesanan kebutuhan pada mitra yang dilakukan melalui kerjasama dengan Gapoktan. Sinergitas terjadi dengan BKPD Prov. Banten dengan menjadikan lokasi ini sebagai desa Mandiri Pangan, dan Dinas Perkebunan memfasilitasi peralatan pembibitan dan pasca panen aren. Sumber : http://banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=438:teknologi-pembibitan-dan-pengolahan-aren-menjadi-triger-sistem-agribisnis-aren-di-provinsi-banten&catid=47:success-story&Itemid=66 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar