......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Minggu, 01 April 2012

Sinergi Aren dan Sorgum untuk Bioethanol

RI Berpotensi Jadi Produsen Bioetanol Terbesar




Jika publik di era 1980-an mengingat kembali betapa pembangunan pabrik air baku diprotes banyak pihak, Zulfi Ramlan Pohan, Dirut PT BUMN Lestari 1, merupakan sang pencetus pendirian BUMN produsen air.

Kala itu ia bekerja sebagai salah satu staf di Perhutani. Kini, ia menuai ucapan salut dan selamat dari banyak pihak, sebab pabrik air yang ia dirikan di Cikeas, menghasilkan kualitas air bersih yang jauh lebih baik dibanding PDAM sekalipun.

Tidak ingin disebut punya ide gila, Zulfi tahun 2012 ini juga segera mendirikan industri sorgum terintegrasi, mulai dari tepung, silase (pakan ternak), hingga bioetanolnya.

Tentu akan diikuti dengan penanaman tanaman sorgum dan juga aren. Jika rencana kerja perseroan ini sukses, pada tujuh tahun ke depan, perseroan juga akan memperbesar kapasitas pabrik bioetanolnya, sebab nira tanaman aren mulai bisa dipanen.

"Jika program bioetanol pemerintah saat ini bisa disebut gagal efektif sejak 2010, karena produsen bioetanol seluruhnya milik swasta. Pemerintah harus berani menugaskan BUMN untuk memproduksi bioetanol. Feeling saya, nanti beberapa tahun ke depan, jika BBM kita habis, barulah dengan terpaksa, negeri ini akan mewajibkan pemakaian bioetanol," ujarnya.

Penanaman sorgum, kata dia, akan dibantu oleh Perhutani yang menyediakan lahan seluas 2.000 ha di Indramayu. Lokasi pabrik tepung akan dibangun di Jatisari Karawang, di salah satu gudang Perum Bulog, degan kapasitas produksi 30 ton tepung per hari atau 6.000 ton tepung per tahun. Modal kerja juga akan disediakan oleh Perum Perhutani.

Calon pembeli sudah ada di tangan yakni PT Orang Tua Group, yang menandatangani MoU rencana pembelian beberapa waktu lalu. PT Orang Tua Group akan memanfaatkannya untuk bahan baku produksi biskuit. Namun, penanaman sorgum ini harus didahului pendirian pabrik tepungnya.

"Kalau pabrik tepungnya belum ada, tanaman sorgum itu nanti akan mubazir. Ini karena usia tanaman pendek kurang dari 90 hari dan harus segera diolah," tutur Zulfi.

Ide pendirian pabrik tepung ini ditujukan untuk mensubstitusi impor gandum yang angkanya mencapai 5-6 juta ton per tahun dengan nilainya Rp 40 triliun. Daun sorgum yang merupakan limbah akan dipakai untuk memproduksi silase, tentunya akan diikuti dengan perluasan pabrik silase.

Saat ini, perseroan memiliki pabrik silase dengan kapasitas yang masih dibilang kecil. Kualitas tepung sorgum ini mirip tepung gandum dengan kandungan nutrisi lebih tinggi. Penanaman sorgum sudah mulai dilakukan akhir 2011 di Mojokerto, Purwodadi, dan Indramayu. Pada 2012 penanaman akan diperluas ke Pengalengan, Jawa Barat.

"Silasenya akan dipasok ke pabrik susu Ultrajaya yang memiliki budi daya sapi 23.000 ekor di Pengalengan Jawa Barat," ujarnya.

Modal untuk membangun satu pabrik tepung sorgum ini Rp 6 miliar, dananya diupayakan dari program kemitraan dengan PT Perhutani, baik dengan cara penempatan modal ataupun joint venture.

Mengenai produktivitas tanaman sorgum, kata dia, sekali panen 4 ton per hektare (ha). Tanaman ini akan ditanam di lahan kritis atau lahan dengan kualitas tanah yang rusak. Ketika tanaman jagung dan padi tidak tumbuh, sorgum bisa tumbuh karena tahan panas. Untuk 2012 direncanakan luas tanam tanaman sorgum 1.200 ha.

"Tapi kita tunggu pabrik berdiri dulu. Percuma menanam, kalau tidak ada yang menampung. Jadi, pabrik tepung ini harus berdiri dulu," katanya.

Dengan program kerja penanaman tanaman sorgum dan aren ini, Indonesia tidak perlu khawatir habisnya BBM. Seluruh kebutuhan BBM nasional sebenarnya bisa dipenuhi dari penanaman sorgum. Jika dibuat program nasional sangat menggiurkan.

Indonesia akan mampu memproduksi energi bioetanol yang dapat diperbarui. Bahkan, di kalangan masyarakat skala usaha rumah tangga, sudah banyak yang bisa membuat bioetanol dari sorgum. Perseroan bahkan sudah pernah membuat bioetanol sorgum pengganti bensin dalam skala lab.

"Kalau kita kembangkan, bangsa ini akan kaya raya," tuturnya.

Perseroan, lanjut dia, memiliki bibit aren dengan kualitas produksi 60 liter per pohon per hari. Penanaman aren akan dilakukan mulai 2012 di DAS Citarum. Panen baru akan dilakukan 6-7 tahun kemudian.

Dengan demikian, diproyeksikan pada 2019, akan dibangun pabrik bioetanol aren berlokasi di sekitar Bandung. Kapasitas terpasang pabrik bioetanol sorgum 20.000 liter per hari atau 4.000 liter per tahun. Kebutuhan dana belanja modal pembangunan pabrik Rp 20 miliar per pabrik.

"Dana sedang kita proses dengan kementerian BUMN. Sebenarnya 10 persen subsidi energi dimasukkan ke pengembangan bioetanol bisa jalan. Jika bisa dilakukan antarsesama BUMN, ada sinergi, bioetanol yang kita produksi harus dibeli Pertamina. Masalah harga yang belum deal. Kalau harga minyak yang begitu mahal, itu harus dihitung," ujarnya.

Namun, jika BBN ini dianggap penting, menurutnya, pengembangan BBN bioetanol itu harus dibantu.

"Harga jual Rp 2.500-3.000 per liter bisa BEP. Saya rasa, Indonesia memang menunggu BBM habis dulu baru terpaksa memproduksi bioetanol. Political will itu kuncinya. Pada saat mereka nanam, kita siapkan modalnya. Kita siapkan dana bina lingkungan dari kementerian BUMN. Pada saat mereka panen, kita beli," katanya.

Kendalanya di Permodalan

Pria lulusan S1 dan S2 dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini adalah orang pertama pencetus Pengelolaan Hutan Bersama Masyaraat (PHBM) pada 1986. Beberapa tahun sebelum itu, ia menempuh studi S3 di Amerika Serikat, disponsori Ford Foundation untuk belajar social forestry. Dari studi tersebut ia mempraktikkan PHBM sehingga berhasil memimpin perusahaan pengelola lahan milik masyarakat ini.

Pada 2009 ia populer dikenal publik karena isu Jatiluhur akan meledak. Padahal, isi waduk itu 3 juta meter kubik akan menghancurkan Karawang hingga Jakarta. Waduk Situ Gintung saja hanya 1.500 meter kubik sudah menghancurkan tiga desa.

Prinsip yang diterapkan BUMN Hijau harus 3P, yaitu Planet, People, Profit dan bisnis yang dijalankan BUMN Hijau adalah Bisnis APPEL (Air, Pangan, Pakan, Energi, Lingkungan).

Produk bisnisnya merupakan penanaman tanaman berbagai usia di atas lahan milik masyarakat; mulai dari strata atas kayu-kayuan yang harganya harus mahal, strata tengah buah-buahan, tanaman kacang koro, dan aren, serta strata bawah kopi.

Target kerja penanaman tanaman kayu pada 2011 sebanyak 800.000 pohon di atas lahan seluas 2.000 hektare (ha), dengan melibatkan 3.000 keluarga. Pohon yang sudah ditanam pada 2011 sebanyak 552.232, artinya melampaui target. Pada 2010, target penanaman 542.200 pohon, namun justru realisasinya melampaui.

Pemilihan tanaman apa yang akan ditanam, disesuaikan dengan agroclimate, kebiasaan masyarakat, sehingga tidak bisa dipaksakan, juga sesuai tempat tumbuh. Jika di suatu daerah cocoknya jati atau jambon, eucalyptus, mindi, suren, ya tanaman itu yang dipilih, dengan catatan masyarakat menyukai menanam tanaman tersebut.

Tahun 2012-2017, perseroan berencana memperbaiki atau menghijaukan lokasi wilayah lahan kritis DAS Citarum seluas 125.000 ha, yang oleh pemerintah dibebankan kepada perusahaan yang ia pimpin, belum termasuk Ciliwung 75.000 ha dan Cimanuk 50.000 ha. Pada 2012 akan dimulai dengan menggarap DAS Ciliwung dan Cimanuk. "Sebenarnya sekarang kami sudah mulai inisiasi," ujarnya.

BUMN Hijau Lestari 1 didirikan bermula dari krisis global: krisis air, pangan, pakan ternak lingkungan, dan energi. Tanda-tanda ini sudah terjadi di Indonesia. Buktinya, DAS Cirata, Jatiluhur dan Saguling paling rusak sedunia. "Visi kami menjadi pengelola agroforestry berbasis lingkungan," katanya.

Kendala BUMN ini, lanjut dia, hanya dana. Untuk itu, ia bangga Perum Pegadaian ingin menanam 100.000 pohon.

"Jika ada perusahaan seperti Pegadaian, kita siapkan lahannya, dia yang menanam. Dia siapkan dananya. Nanti ada bukit Pegadaian, bukit Pertamina. Modal kami dari lima perusahaan pemegang saham. Tahun lalu kami mendapat 21 BUMN dalam rangka dana Bina Lingkungan Rp 29 miliar. Tahun ketujuh kami dapat Rp 1,6 triliun. Tahun 2012 rencananya 30 BUMN," ujarnya. (CR-27)

(Sumber : Sinar Harapan)
Dari : http://www.bumnhijau.com/bumnhijau/index.php?page=baca%20berita&id_berita=81

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mas kalau pabrik etaol itu lebih banyak di kelola oleh swasta itu justru berhasil. apa semua pabrik harus pemerintah yang kuasai, Apa kah warga indonesia hanya bisa jadi karyawan dari pabrik pemerintah. berapa karyawan yang akan direkrut pemerintah.
sekali lagi pikir pake otak. saya harap mas ini merevisi tulisan nya atau akan saya sebar di internet biar di banned di dunia maya dan dunia nyata.