......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Rabu, 27 April 2011

Manfaat Palm Sugar bagi Kesehatan

Manfaat Palm Sugar bagi Kesehatan




Oleh : Mohamad Nur


Gula merah atau gula Jawa biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan, orang bule menyebutnya Palm Sugar. Bunga (mayang) yang belum mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres dengan dua batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula. Mayang membengkak. Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap.

Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut. Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-benar kental, cairan dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan.

Perbandingan antara Gula Pasir dan Gula Merah dapat dilihat pada table berikut.

NO

GULA PASIR

(CANE SUGAR)

GULA MERAH

(PALM SUGAR)

1

Manis

Manis dan lezat

2

Tidak mengandung garam mineral

Mengandung garam mineral

3

Kandungan glukose tinggi

Kandungan glukose jauh lebih kecil

4

Kurang mengandung nutrisi

Mengandung Thiamine, Riboflavin, Nicotinic acid, Ascorbic acid, protein dan vitamin C.

5

Kurang mengandung unsur terapi kesehatan.

Untuk terapi asma, kurang darah/anemia, lepra/kusta, dan untuk mempercepat pertumbuhan anak.

6

Dapat memicu batuk dan demam bila menkomsumsi berlebihan.

Bagus untuk mengobati batuk dan demam

7

Terkadang gula tebu membuat efek sakit pada tubuh, misalnya radang tenggorokan.

Bagus untuk makanan awal bagi orang yang terkena penyakit typhoid.

8

Tidak berkhasiat untuk kesehatan.

Sangat baik bagi orang yang ingin menurunkan Berat Badan, mengurangi panas pankreas, menguatkan jantung, membantu pertumbuhan gigi kuat.

9

Hanya sebagai pemanis

Mempunyai khasiat seperti madu.

Gula merah dapat membantu dalam proses penurunan berat badan bagi orang yang sedang melakukan program diet. Caranya yaitu mengganti konsumsi gula pasir/gula tebu dengan gula merah atau palm sugar. Gula merah dapat memberikan rasa kenyang, sehingga Gula Merah dapat menekan nafsu makan yang berlebihan.

Gula pasir, gula batu, dan gula merah adalah makanan yang manis dan disukai banyak orang. Walau pun sama-sama manis, tetapi ketiga jenis gula di atas dapat memberikan dampak yang berbeda untuk kesehatan tubuh dan organ pankreas kita. Organ tubuh yang memproses gula menjadi energi adalah pankreas.

Ketika kita memakan makanan yang mengandung karbohidrat, akan diubah terlebih dahulu menjadi gula darah. Selanjutnya pankreas perlu menghasilkan insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi. Saya akan menggunakan Indeks Lelah Pankreas atau tubuh untuk mengukur dampaknya. Sebagai referensi, pankreas dan tubuh akan merasa lelah bila Indeks Lelah bernilai +3 atau lebih besar. Indeks Lelah ini diukur dengan menggunakan metoda Energi 5 Elemen.

Gula Pasir:

Gula pasir merupakan makanan yang paling sering digunakan dalam makanan dan minuman sehari-hari. Kopi dan teh rasanya pasti kurang nikmat tanpa gula. Demikian pula pada minuman ringan atau jus, pasti umumnya menggunakan gula pasir.

Tetapi ternyata gula pasir mempunyai dampak yang kurang baik bagi kesehatan pankreas dan tubuh. Gula pasir merupakan karbohidrat sederhana yang sulit dicerna dan diubah menjadi energi. Untuk mengubah gula pasir menjadi gula darah, tubuh hanya memerlukan waktu 3 menit. Tetapi untuk mengubah gula darah menjadi energi yang dapat disimpan dalam otot, pankreas memerlukan waktu kira-kira 140 menit. Selain itu, Indeks Lelah pankreas mencapai nilai +5. Nilai ini berlaku untuk 1/2 sendok gula atau 1 sendok gula.

Dengan demikian, mengolah gula pasir menjadi energi merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan bagi pankreas. Pankreas yang normal hanya mampu mengubah 1/2 sendok makan gula pasir menjadi energi setiap hari. Berat 1/2 sendok makan gula pasir kira-kira 5 gram. Bila kita mengkonsumsi lebih dari 1/2 sendok gula, maka sisanya akan menjadi gula darah dan lemak tubuh. Akibatnya adalah orang menjadi bertambah gemuk, dan lama-kelamaan akan menderita diabetes. Dengan demikian, gula pasir merupakan makanan yang tidak sehat.

Gula Batu:

Bagi pankreas dan tubuh, gula batu mempunyai efek yang berbeda dengan gula pasir. Untuk mengkonversi gula batu menjadi gula darah, membutuhkan waktu yang sama, yaitu 3 menit. Untuk mengubah gula darah menjadi energi, juga dibutuhkan waktu 3 menit.

Indeks Lelah pankreas juga jauh lebih rendah, yaitu +0,0005! Ini berarti lebih rendah 10.000 x dari gula pasir! Pankreas hampir tidak merasa lelah mengkonversi gula batu menjadi energi. Ini berarti gula batu masih merupakan karbohidrat kompleks yang sehat. Dengan demikian, gula batu merupakan makanan yang jauh lebih sehat dari gula pasir. Pankreas yang normal mampu mengkonversi 6 sendok makan gula batu menjadi energi setiap hari atau kira-kira 60 gram.

Gula Merah:

Gula merah juga mempunyai efek yang berbeda dengan gula pasir. Untuk mengkonversi gula merah menjadi gula darah di dalam tubuh, dibutuhkan waktu yang relatif sama, yaitu 3 menit. Selanjutnya, untuk mengubah gula darah menjadi energi, juga dibutuhkan waktu yang singkat, yaitu 3 menit juga.

Indeks Lelah pankreas dalam menghasilkan insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi +0,00005! Ternyata lebih rendah kira-kira 10x dari gula batu! Ini berarti gula merah masih merupakan karbohidrat kompleks yang sehat. Dengan demikian, gula merah termasuk dalam makanan sehat. Pankreas mampu mengkonversi 9 sendok makan gula merah menjadi energi setiap hari atau kira-kira 90 gram.

Indeks Manfaat:

Dengan menggunakan metoda Energi 5 Elemen diperoleh Indeks Manfaat terhadap pankreas dari ketiga jenis gula di atas. Gula pasir menghasilkan nilai negatif, baik bagi tubuh maupun bagi pankreas, yang berarti merugikan bagi kesehatan. Gula batu dan gula merah memberikan hasil positif bagi tubuh dan pankreas, yang berarti bermanfaat bagi kesehatan.

  • Gula pasir: Indeks Manfaat terhadap tubuh = -15, terhadap pankreas = -5.
  • Gula batu: Indeks Manfaat terhadap tubuh = +5, terhadap pankreas = +3.
  • Gula merah: Indeks Manfaat terhadap tubuh = +5, terhadap pankreas = +3.

Agar pankreas tidak kelelahan dan tetap sehat, sebaiknya kita lebih banyak mengkonsumsi gula merah dan gula batu yang masih merupakan karbohidrat kompleks yang sehat. Dengan mengkonsumsi banyak gula pasir yang merupakan karbohidrat sederhana yang tidak sehat, pankreas akan cepat lelah dan akibatnya akan sakit dan selanjutnya rusak.

Selain itu juga akan menyebabkan kegemukan dan diabetes. Selain itu, sebaiknya jangan mengkonsumsi gula secara berlebihan, sekalipun gula merah maupun gula batu, karena pankreas juga mempunyai batas kemampuan untuk mengkonversi gula menjadi energi.

Gula pasir merupakan makanan yang tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak, apalagi untuk yang sudah berumur 30-an ke atas, sebab gula pasir ini sudah dipanaskan pada temperatur 400° C, sehingga sulit dicerna oleh pankreas.

Makanan yang dipanaskan pada temperatur tinggi, akan semakin sulit dicerna. Jadi bila dikonsumsi dalam jumlah banyak, akan menumpuk sebagai plak gula darah di pembuluh darah dan organ-organ tubuh, terutama di pancreas, sehingga dapat menyebabkan diabetes.Kalau gula yang masih dalam bentuk asli seperti di dalam buah, masih mudah dicerna oleh tubuh.

Sumber : www.5elemen.com

http://dinkes-sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=562&Itemid=102

Membuat Ekoenzim yang Ramah Lingkungan dengan Gula Aren

Ekoenzim yang Ramah Lingkungan

Jurnalis & Fotografer : Ivana


Ekoenzim memanfaatkan sampah organik yang dicampur dengan gula aren dan air. Proses fermentasinya menghasilkan gas O3 dan hasil akhirnya adalah cairan pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan.
“Ini paling mudah, modalnya murah lagi, cukup gula aren saja,” Suryadi Kurniawan, relawan Tzu Chi.

Tahun 2003, seorang doktor dari Thailand menerima penghargaan dari FAO (lembaga PBB yang mengurus soal pangan–red) Regional Thailand untuk penemuannya yang bernama eco-enzyme. Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya ekoenzim. Penemuan ini merupakan suatu upaya yang dilakukan Dr. Rosukon Poompanvong, nama doktor itu, bagi lingkungan dengan membantu para petani di sana memperoleh hasil panen yang lebih baik sekaligus ramah lingkungan.

Eco-enzyme memiliki manfaat yang berlipat ganda. Dengan memanfaatkan sampah organik sebagai bahan bakunya, kemudian dicampur dengan gula aren dan air, proses fermentasinya menghasilkan gas O3 dan hasil akhirnya adalah cairan pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan.

Tidak Lengket dan Berbau

Tanggal 6 Juni 2010, Suryadi telah mempersiapkan pembuatan ekoenzim bersama relawan Tzu Chi cukup lama. Sepetak lahan kosong di samping kantin Aula Jing Si, PIK telah dimanfaatkannya untuk membangun sebuah posko kecil. “Ini adalah posko pupuk organik, awalnya memang dari membuat enzim dulu,” ucapnya bersemangat. Tiga belas relawan berkumpul bersamanya hari itu. Suryadi juga membawa sampel ekoenzim yang sudah berhasil dibuatnya. Proses fermentasi sempurna ekoenzim membutuhkan waktu 3 bulan. Meski dibuat dari sampah yang dicampur gula aren, cairan yang dihasilkan sama sekali tidak berbau busuk ataupun lengket mengundang semut.

“Caranya siapkan air dalam botol atau jerigen, masukkan gula aren, lalu sampah kulit buah atau sayur. Perbandingan air, gula, dan sampah, adalah 10 : 1 : 3,” Suryadi menjelaskan, disimak oleh 12 relawan lain. Hari itu mereka menggunakan jerigen berkapasitas 20 liter. Mereka mengisinya dengan air 12 liter, lalu dimasukkan 1,2 kg gula aren, disusul 3,6 kg sampah buah.

Setiap hari, proses fermentasi ekoenzim ini akan menghasilkan gas, jadi sebaiknya setiap hari botol atau jerigen tempat fermentasi dibuka tutupnya. Bila tidak, gas ini akan terus menekan botol hingga bisa berakibat retak atau pecah. Setelah lewat 3 bulan, air di dalam botol tersebut telah berubah menjadi cairan pembersih yang dapat digunakan untuk pembersih lantai, sabun cuci piring, sabun pakaian, pengharum ruangan, bahkan juga sabun mandi dan pencuci rambut. Masing-masing dengan takaran pencampuran air tertentu.

Keterangan :
- Perbandingan antara air, gula, dan sampah organik untuk membuat ekoenzim adalah 10 : 1 : 3 bagian. (kiri)
- Suryadi, relawan yang mengoordinir pembuatan enzim pada hari itu telah mempersiapkan posko pupuk organik ini jauh-jauh hari, termasuk mengambil sampah buah dari toko buah yang disumbangkan relawan Tzu Chi. (kanan)

Para relawan langsung bergerak mencoba membuat ekoenzim ini dengan alat dan bahan yang sudah ada. Sebagian menyiapkan air, sebagian lagi memotong gula aren dan sampah buah menjadi potongan kecil-kecil. Untuk pembuatan hari itu, secara khusus Suryadi telah meminta sampah buah dari sebuah toko buah yang dikelola seorang relawan Tzu Chi. Alhasil, mereka membuat 7 jerigen ekoenzim ditambah beberapa botol plastik 1 liter, dilabeli tanggal hari itu.

Tiga bulan mendatang, cairan dalam jerigen ini dapat digunakan untuk beragam fungsi, dan ampas sampah buahnya dapat digunakan sebagai pupuk organik. “Saya sudah coba pake di rumah untuk pel lantai, hasilnya sih lantai nggak licin meski nggak pake sabun. Padahal anak-anak kalau makan ya biasalah suka jatuh di lantai,” kata Ani Wijaya, relawan yang ikut hari itu. Biasanya ia hanya memakai 2 tutup botol enzim dicampur 1 ember air. Ani juga pernah mencoba membuat sendiri di rumah, namun tidak kontinu karena sering kehabisan botol plastik. “Saya tidak terpikir untuk ambil botol plastik di depo daur ulang,” terangnya.

Keterangan:
- Nathalia (kiri) dan Aini (kanan) antusias ikut membuat ekoenzim yang baru mereka kenal hari itu. "Ini namanya daur ulang sampah buah," kata mereka. (kiri)
- Jerigen yang telah dihasilkan ditempel tanggal pembuatannya. Tiga bulan kemudian, cairan yang dihasilkan dapat menjadi pembersih dan ampasnya menjadi pupuk organik. (kanan)

Beberapa relawan baru pertama kali mendengar tentang ekoenzim ini. “Tertarik aja. Caranya nggak susah ya, cuma memang perlu kesabaran. Kan katanya tiap 2 hari sekali harus dibuka,” kata Aini sambil memasukkan potongan buah ke dalam jerigen. Nathalia ikut nimbrung, “Ini bagus ya, sampah-sampah buah bisa jadi bermanfaat lagi, ini namanya daur ulang buah,” katanya. Tren pembuatan ekoenzim sesungguhnya sudah berlangsung cukup lama di negara lain seperti Malaysia, Australia, Taiwan, juga Amerika Serikat. Suryadi berharap dapat membawa budaya ini ke dalam lingkungan Tzu Chi Indonesia. “Saya pikir ini bagus untuk menjadi salah satu budaya humanis yang kita jalankan dalam kompleks Aula Jing Si ini,” katanya.

Sumber : http://www.tzuchi.or.id/view_berita.php?id=1176&misi=Lingkungan

Sabtu, 16 April 2011

Gula Aren Pulau Bawean, Go Mancanegara

Gula Aren Pulau Bawean, Go Mancanegara

OLEH : ASEPTA YP


Pulau Bawean terkenal dengan gula aren. Produk unggulan ini diminati orang-orang di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Di sana, gula aren Bawean dibuat untuk minuman, dicampur dengan kelapa muda.

Membuat gula merah atau yang biasa disebut dengan gula aren menjadi mata pencaharian utama warga Desa Balikterus Kec. Sangkapura Kab. Gresik. Hampir semua penduduknya melanjutkan warisan keluarganya dengan membuat gula aren untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehar-hari. Warga Balikterus, baik laki-laki maupun perempuan, setiap pagi dan sore tidak pernah takut pergi ke tengah hutan untuk sekedar memasang atau mengambil bumbung bambu di tangkai buah aren yang telah dipotong.

Gula aren berbahan dasar nira aren yang oleh warga setempat sering disebut la’ang. Adenan (52) warga Balikterus tetap lincah memanjat pohon aren untuk mengambil bumbung yang telah berisi nira. “Setiap pagi dan sore kami selalu memasang dan mengambil bumbung di pohon aren. Untuk satu buah tangkai buah aren ini bisa diambil la’ang-nya hingga dua bulan, sedangkan sekali ambil, satu tangkai buah aren ini bisa menghasilkan hingga lima liter la’ang” kata pria yang sudah penuh keriput di raut mukanya itu.

Menurut Adenan, nira yang diambil dari tangkai buah aren yang baru dipotong sangat bagus kualitasnya dijadikan gula aren. “Warnanya merah bersih, tapi jika nira diambil daru tangkai buah aren yang sudah lama dipotong, hasil gulanya agak gelap,” kata Adenan. Selain itu, dia menambahkan, nira aren di dari pegunungan di Desa Balikterus ini sangat segar untuk diminum langusug, apalagi bila dicampur dengan es.

“Rasanya sangat segar, biasanya pada saat bulan puasa, orang Bawean banyak yang membeli nira untuk dinikmati ketika makan buka, dipercaya la’ang juga bisa meningkatkan stamina dan kejantanan lelaki,” jelasnya.

Sepulang dari mengambil nira aren di hutan, Adenan langsung menuju rumah sore itu. Dan sesampainya di rumah yang sangat sederhana itu, Masriyah (40) istri Adenan menyambut dan langsung membawa bumbung berisi nira ke dapur khusus yang disiapkan untuk memasak gula aren. “La’ang langsung dipanaskan di atas wajan, selama beberapa jam hingga kental hingga berwarna kemerahan. Setelah itu, la’ang yang telah mengental dicetak dicetakan berbahan bambu yang dipotong dengan lebar dan diameter bambu empat sentimeter,” papar Masriyah.

Kemudian didiamkan selama beberapa menit hingga mengeras, tambahnya, setelah mengeras, gula aren langsung dilepas dari cetakannya dan dibungkus dengan menggunakan daun pisang. Per bungkus isinya sepuluh biji gula aren, sedangkan untuk harga satu bungkus gula aren saat ini sekitar Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu, agar bisa menghasilkan satu bungkus gula aren dibutuhkan nira sekitar dua liter. Lebih lanjut dia menjelaskan, gula aren ini mampu bertahan lama, bisa berbulan-bulan asalkan disimpan di tempat yang hangat biar tidak meleleh.

Hampir semua penduduk yang tinggal di Balikterus, berjumlah hingga ratusan kepala keluarga memanfaatkan gula aren sebagai penghasil pendapatan utama, biasanya mereka menjual gula aren ke pasar-pasar. Tapi seringkali, turis mancanegara atau orang bawean yang bekerja di Malaysia saat pulang ke Bawean membawa gula aren untuk dijual atau sekedar dinikmati bersama teman-teman di negeri jiran itu.

“Di Malaysia biasanya gula aren Bawean ini dicampur dengan kelapa muda. Jadi pesanan akan meningkat pada saat musim libur atau hari-hari lebaran, bahkan tekadang saking banyaknya pesanan, kita kekurangan barang,” imbuh Masriyah.

Tak ayal jika pada saat pesanan ramai, warga Balikterus kehabisan stok, sebab meskipun jumlah keluarga yang memproduksi gula aren ini ratusan, cara mereka mengolah masih tradisional, jadi tidak mumpuni untuk memproduksi gula aren dalam jumlah massal.

Sebenarnya, penghasil gula aren di Bawean tidak hanya di Desa Balikterus di beberapa daerah lainnya juga terkenal dengan produksi gula arennya, tapi penghasil gula aren dengan kualitas terbaik di Bawean adalah di Balikterus. Desa yang berjarak sekitar lima kilometer dari kecamatan Sangkapura itu berada di daerah datarang tinggi, pegunungan di Balikterus sangat lebat dengan tanaman aren. Jadi, bahan baku gula aren di Balikterus sangat berlimpah, karena itu kualitas gula aren Balikterus terbaik.

Sumber : http://www.bawean.net/2011/04/gula-aren-bawean-go-mancanegara.html

Sabtu, 02 April 2011

Gula Organik vs Gula Putih (versi Malaysia)

Gula Organik vs Gula Putih



Sejak bertahun yang lalu, saya telah berjaya mendidik keluarga saya supaya tidak lagi menggunakan gula putih dalam minuman ataupun makanan. Saya akan cuba elakkan menggunakan gula putih mengikut apa cara yang termampu saya lakukan. Cuma kadang-kadang apabila minum di kedai, terpaksa juga minum air yang dicampur dengan gula putih. Itupun, saya selalu membuat pesanan minuman "kurang manis" apabila memesan teh, kopi atau jus buah-buahan. Kadang-kala, bila ada minuman yang dibuat terlalu manis (walaupun sudah diberitahu), saya akan minta pembancuh minuman tersebut membuat semula minuman tersebut supaya ia jadi kurang manis. Itu hak saya sebagai pelanggan.

Biasanya mereka yang mengidap diabetes sahaja yang selalu memesan minuman kurang manis. Tetapi saya tidak mengidap penyakit diabetes. Ada sahabat yang bertanya sama ada saya mengidap diabetes setelah memesan minuman kurang manis, saya jawab "sebagai langkah pencegahan" sahaja. Sepatutnya, pesakit diabetes tidak boleh membuat pesanan air kurang manis, sebaliknya minuman tanpa gula. Kalau jus buah-buahan, rasa manis buah-buahan cukup sebagai pemanis minuman, tidak perlu ditambah gula putih walau sedikitpun.



Perbezaan Gula Organik & Gula Putih
Gula tebu organik diperbuat dari perahan jus tebu dan dikeringkan. Kandungan pekat dari perahan jus tebu atau disebut nira (molasses) tidak dibuang menjadikan warnanya perang. Ia berbeza dari gula putih kerana ia diproses (refined) secara kimia. Gula putih adalah sukros, ia adalah kristal putih yang terhasil setelah proses membuang semua vitamin, molasses, mineral, protin, serat dan lain-lain kandungan yang berfaedah terkandung di dalam air tebu. Ia tidak terdapat di alam semulajadi, sangat merbahaya kepada manusia, malah tidak sesuai untuk dimakan. Bagi saya, gula putih adalah racun yang merbahaya.

Gula Semulajadi
Selain itu, terdapat juga gula dari sumber semulajadi yang lain seperti fruktos (di dalam buah-buahan), laktosa (susu), maltosa (dalam makanan seperti oat, jagung dan lain-lain). Ia mempunyai faedah yang baik dalam bentuk nutrien.

Gula Perang
Terdapat juga gula perang (brown sugar) yang banyak terjual di pasaraya. Gula perang tidak mempunyai apa-apa faedah kepada manusia, malah ia sama bahaya seperti gula putih. Ia diproses (refined) terlebih dahulu, kemudian dicampur semula dengan sedikit molasses untuk menjadikan warnanya perang semula.





Di sini, saya ingin berkongsi jenis gula yang saya gunakan sejak bertahun yang lalu (lihat gambar-gambar yang saya ambil sendiri di rumah). Untuk mengenali gula organik dan gula perang adalah sangat mudah. Anda hanya cium baunya, gula organik mempunyai aroma seperti bau nira tebu atau kelapa manakala gula perang tidak mempunyai aroma. Gula tebu organik biasanya diimport dari luar negara.

Paraguay adalah pengeksport terbesar gula tebu organik. Filipina juga ada mengeluarkan gula organik. Walaupun harganya agak mahal dari gula putih, gambar pertama di atas menunjukkan kuantiti yang saya gunakan untuk stok yang boleh bertahan selama lebih sebulan. Terdapat 3 peket dan 1 botol gula organik di dalam gambar, jumlah perbelanjaan untuk stok tersebut tidak sampai tiga puluh ringgit. Jika harga sepeket 1kg sekitar RM6 ~ RM6.50, sebulan saya hanya perlu belanjakan hanya RM26 untuk kesihatan dan kelazatan minuman di rumah.

Jika dahulu, saya hanya belanjakan RM6 untuk 4 peket gula putih, tetapi kini saya sedar, sebenarnya saya membayar harga kesihatan saya dengan harga yang begitu murah untuk mengundang penyakit diabetes. Sekali penyakit itu datang, anda perlu membayar kos untuk suntikan insulin setiap hari, berulang-alik ke hospital untuk pemeriksaan berjadual, kadang-kadang terpaksa bermalam di hospital sehingga doktor memberi kebenaran untuk pulang, makan pula ubat-ubatan yang diberi oleh doktor sampai bila pun boleh sembuh, hanya Tuhan saja yang tahu. Kalau nasib anda tidak baik, mungkin akan kehilangan sebahagian anggota tubuh sebab dipotong. Itulah kos yang sebenarnya jika anda menggunakan gula putih, bukan RM6 untuk 4 peket.

Sumber : http://thesecretmedicines.blogspot.com/2009/03/gula-organik-vs-gula-putih.html