......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Rabu, 31 Desember 2008

Balung trip - A courtesy visit to Datuk Harris bin Mohd. Salleh




Balung trip - A courtesy visit to Datuk Harris Mohd. Salleh 
(Report by Ar. Sim Sie Hong) 

 
Datuk Harris bin Mohd. Salleh, personally welcome the PAM Sabah Chapter, with his General Manager Mr. K. Arunagirinathan at the entrance to his Balung Plantation, and started off the plantation visit immediately, showing some of his innovative planting methods. The first visit was to an oil palm plantation where the oil palm was inter-planted with Gaharu. (A Sandal Wood Species) which can be harvested in 15 years. Each tree was said to worth over RM1,000,000.00 when the resin was extracted to make perfumes. 

Nanga Salak (Snake skin fruit) was planted along the roadside. Datuk Harris then showed his experiment in planting some special Java rice (to be planted on terraced land in Balung ) which he hoped to achieve the quality of the Japanese rice which was being sold at Tong Hing Supermarket at RM32 per 5 Kilo. Other cash crop which he was planting in a large scale was the Misai Kucing Tea - a herbal tea which claimed to have many medicinal benefit such as lowering the blood pressure, reducing the urine acid in the body and etc. 

PAM members were shown his latest "invention" in using a large steel "Flywheel" to drive a motor to produce 100 Kilo watts of power for the plantation. In fact, a much smaller motor was first used to turn the flywheel. When the bigger motor was generating power, the smaller motor would then be re-routed to derive electricity from the generated power. Apart from that he has also started the construction of "Balung Dam" to generate hydro-electricity from turbines for another 100 kilo watt of power for the whole Balung estate.

The trip was very educational and the day was ended with a special dinner hosted by Datuk Harris himself at his specially designed house. Built with mostly the local river stone for walls and belian timber for the structure frame and salagan batu for door, the house was decorated with the curving of the river stone and motif throughout. Prior to the dinner, PAM Sabah Chapter had cordially extended its invitation to Yang Berbahagia Datuk Harris Mohd. Salleh to be the Guest of Honour in the forthcoming 32nd PAM annual Dinner on 18th August 2007. 

With the theme of " Leaf • A Life !" PAM felt that Datuk Harris would be the best candidate to be the special Guest of Honour for the Annual Dinner. Datuk Harris had accepted our invitation and look forward to our "Leaf • A Life!" Dinner. 

During the dinner Datuk Harris has shared his life experience with us, the pre dinner conversation was about the future economy of Sabah. He was still deeply concerned about the well being of Sabah and hope to contribute anyway he could through education and his agriculture research in Balung. 

The following day, Datuk Harris continued his special guided tour to other parts of the plantation. The first stop was at an old oil palm plantation where he showed the members an oil palm that was fell down so as to extract sample of the oil palm core. The purpose was to get sample for his trip to Japan talking to a Japanese organization to produce Bio-ethanol, an alternative fuel derive from plants and organic matter. At age 76, Datuk Harris was still constantly seeking and exploring new ideas and new concepts to betterment the world. His energy and effort had surpassed many. The visit continued to some coffee plantation, and finally to the factory where he produced Misai Kucing Tea, Noni Juice, Palm Sugar and Palm Syrup. 

The visit ended with an excellent lunch served with all the local organic vegetables and exotic Nanga Salak dessert. Each of the PAM members was presented one of Datuk Harris's book on "His Vision for Sabah".

 

 

(Apresiasi untuk Datuk Harris bin Mohd Salleh, pekebun Aren "terluas" di dunia, begitu pengakuannya)


Mengurangi Angka Kemiskinan Dengan Pohon Aren

Mengurangi Angka Kemiskinan Dengan Pohon Aren

Oleh : Evi Indrawanto

Ada yang bertanya, bagaimana potensi ekonomi tanaman aren di Indonesia? Jawab saya: sangat besar! Ini bukanlah sekedar jawaban optimis tanpa dasar alias OMDO ( omong doang). Mengingat tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat, tersebar hampir diseluruh dataran Indonesia dan tidak memerlukan banyak perawatan, tidak begitu sulit dipahami bahwa sesungguhnya aren berpotensi mengurangi jumlah kemiskinan ( poverty alleviation) melalui optimalisasi pemanfaatan tanaman. Ini bisa dilakukan dari tingkat rumah tangga petani. 
 
Sangat menarik mempelajari potensi ekonomi tanaman ini, ia mirip pohon kelapa, setiap bagian dari pohonya sangat bermanfaat.
 
Contoh, buah aren muda yang diproses melalui teknologi sederhana menghasilkan buah kolang-kaling. Buah berwarna bening keputihan ini bisa diolah menjadi aneka panganan ringan. Sebut saja manisan kolang-kaling. Distribusinya selain di pasar-pasar tradisional, kolang-kaling sudah lama menembus pasar swalayan. Dijual dalam kemasan menarik bahkan tak jarang diberi bahan pewarna makanan untuk menarik perhatian calon pembeli. Selain itu, temukan kolang kaling dalam es campur dan skoteng. Iseng-iseng coba perhatikan setiap gerobak es campur di seluruh Indonesia, dimanapun mereka berjualan, kolang-kaling tidak pernah ketinggalan sebagai unsur pelengkap isi. Kolak kolang-kaling di bulan puasa, dicampur sedikit santan dan gula aren, rasanya manis, legit dan krenyes-krenyes kala dikunyah, penuh serat dan kaya nutrisi.
 
Lalu ijuk pohon aren dipakai orang untuk membuat sapu, sikat, atap cottages atau hiasan2 interior lainnya. Ijuk yang dipakai untuk keperluan ini berasal dari pohon aren muda dan belum mengeluarkan bunga. Tekstur ijuk dari pohon aren muda halus dan lentur. Sementara yang berasal dari pohon tua, ijuknya kasar dan warna hitamnya tidak begitu menarik.
 
Akar tanaman aren bisa dipakai untuk membuat anyam-anyaman. Rendam lebih dahulu dalam air hingga kulitnya mengelupas lalu dibelah-belah. Para sais delman jaman dahulu kala memanfaatkan akar tanaman aren sebagai pecut kuda. Selain itu akar aren sering dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional penghancur batu kandung kemih.
 
Daun mudanya digunakan kaum aki-aki dipedesaan sebagai pembungkus tembakau. Namanya rokok kawung. Belum lagi, lidi, pelepah dan batangnya sebagai penghasil tepung ( pati aren)
 
Terakhir adalah tandan bunga yang disadap niranya sebagai bahan baku GULA SEMUT atau PALM SUGAR.
 
Menurut kajian BPPT Banten, dalam setahun setiap pohon aren bisa memproduksi nira 300-400 liter / tandan bunga. Setiap tandan bunga mampu menghasilkan nira 300-400 liter per musim bunga ( selama 3- 4 bulan). Jadi dalam satu pohon aren mampu menghasilkan nira kurang lebih 900-1.600 liter / tahun. dan untuk setiap liter nira dapat di olah menjadi sekitar 0.15 - 0.17 kg gula semut. Harga setiap kilogram gula semut ditingkat kebutuhan industri pangan saat ini kurang lebih Rp. 9.000,-/ kg, untuk ekspor di pasar Swiss dan Eropa, tidak kurang dari Rp. 30.000,-/kg. Sekalipun daya serap pasar retail lokal terhadap gula semut belum tinggi, terkendala dengan harga yang lebih tinggi dari gula pasir, diharapkan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap gula alami sebagai bahan pemanis, gula semut diharapkan mampu mengisi celah ini.
 
Kita memiliki jutaan batang tanaman aren yang tersebar dari Sabang- Merauke. Jika tanaman ini di kelola dengan layak, potensi ekonominya sebagai upaya pengurangan penduduk miskin bukanlah hal mustahil.  

Sumber : http://arengasugar.multiply.com

(Artikel ini ditulis oleh Ibu Evi Indrawanto, pemilik DIVA'S Maju Bersama, pada April 2006.  Tulisan ini masih sangat relevan untuk menjadi referensi kita semua.  Sukses Bu Evi!! Bisnis Aren dan Bisnis Aren Serta Bisnis Aren dan seterusnya Bisnis Aren)

Pemerintah akan kembangkan Pohon Aren

Pemerintah akan kembangkan Pohon Aren
12-10-2006



Pemerintah akan kembangkan penanaman pohon aren sebagai program nasional. Pohon aren selain menghasilkan gula juga dapat menghasilkan bahan ethanol sebagai pengganti bensin, kata Menko Kesra Aburizal Bakrie, Kamis (12/10) siang.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah setuju pengembangan pohon aren ini sebagai program nasional. Demikian dikatakan Menko Kesra Aburizal Bakrie, Kamis (12/10) siang, usai diterima Presiden SBY.

Menurut Aburizal Bakrie ,”Saat ini sudah ada pabrik gula aren kristal pertama di dunia berlokasi di Sulut, dikembangkan oleh Yayasan Masarang yang diketuai Dr.Ir.Willie Smits. Perusahaan itu mempekerjakan 2200 orang petani sebagai penyadap aren, dan diharapkan dalam waktu dekat akan bisa mempekerjakan 7500 orang,” kata Aburizal.

“Pohon aren ini, akan menjadi produk kelima penghasil bioenergi, setelah pohon jarak, sawit, tebu, dan singkong, dan akan dikembangkan tahun depan di seluruh Indonesia, diharapkan dapat mempekerjakan sekitar tiga ratus ribu orang, dengan anggaran yang disiapkan pemerintah sebesar 60 miliar dari APBN,” ujarnya.

Dikatakan,”Pemanfaatan pohon aren ini sebagai gula kristal sangat baik, sebab kalau diekspor harganya bisa mencapai Rp 5 rbu/Kg, dibandingkan dengan harga gula putih yang dipasarkan di Indonesia seharga Rp 7 ribu/Kg. Dari gula aren ini juga dihadilkan 30 persen molasses, yang dapat dijadikan bahan ethanol sebagai pengganti bensin,” ujar Aburizal. “Di Indonesia ada tujuh daerah yang akan menjadi pilot project, masing-masing Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Tenggara,”kata Aburizal

http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2006/10/12/1143.html

(Maaf ini berita sudah lama tgl 12 Oktober 2006, maksud saya kita bisa nilai keseriusan Pemerintah dalam pengembangan Aren ini, meskipun baru dengan statement, harusnya dilanjutkan dengan komitmen dan development.  Ya nggak?!)

Kamis, 25 Desember 2008

Aren Sebuah Jawaban Krisis Energi atau Pesaing Kebutuhan Makanan???

Aren Sebuah Jawaban Krisis Energi atau Pesaing Kebutuhan Makanan???

Pada Selasa 6 Desember lalu Kementrian Negara Riset dan Teknologi mengadakan Workshop yang bertajuk Budidaya dan Pemanfaatan Aren Untuk Bahan Pangan dan Energi, workshop ini diikuti oleh para peneliti dan praktisi aren dan energi terbarukan, akademisi dari berbagai universitas, serta berbagai departemen baik pusat maupun daerah diseluruh Indonesia, sementa untuk pembicara terdiri dari akademisi, dan ahli energi terbarukan serta praktisi, pengusaha dan pengembang bio ethanol maupun petani dan pengrajin gula aren.


David Alloreung Pembicara kunci yang merupakan Peneliti pada Puslitbang Tanaman Perkebunan, Departemen Pertanian dalam pemaparanya menjelaskan bahwa aren merupakan tanaman serba guna yang mempunyai potesi besar dalam bahan subtitusi pembuat gula maupun bioethanol, sayangnya sampai saat ini pohon aren yang tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan pohon yang umumnya tumbuh secara liar serta sampai saat ini belum ada penelitian yang memadai tentang pohon aren unggul.

 
Aren (Arenga  pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang serbaguna, dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter di atas permukaan laut. Sekalipun lebih dikenal sebagai tanaman hutan, aren telah mulai dibudidayakan secara baik oleh suku Batak Toba sejak awal tahun 1900. Tanaman ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia pada berbagai kondisi agroekososistem. Penyebaran pertumbuhan aren umumnya berlangsung secara alamiah. Di beberapa tempat, terutama yang memiliki kebiasaan membuat gula atau mengonsumsi minuman beralkohol, aren sudah sering ditanam secara sengaja, meskipun umumnya sebagai tanaman pinggiran atau tanaman sela di antara tanaman pepohonan yang sudah ada. Meskipun para petani penderes mengakui bahwa gula yang dihasilkan dari nira aren sangat menolong ekonomi mereka, perhatian pemerintah terhadap upaya pengembangan tanaman ini sangat terbatas dan tidak konsisten. Hal yang sama dijumpai pada lembaga-lembaga penelitian, penelitian tanaman aren umumnya dilakukan secara insidentil.

Berkaitan dengan sumber energi terbarukan, yang sudah lama disuarakan, kita ternyata tidak memberikan respons secara cepat. Krisis energi di akhir 2005 yang dibarengi dengan fenomena kekacauan iklim telah berhasil memicu kesadaran semua pihak untuk mengembangkan energi terbarukan dan lebih ramah lingkungan. Dalam konteks ini, aren memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber utama bioenergi yang ramah lingkungan di samping sebagai penghasil pangan dan tanaman konservasi. 

Kebutuhan bahan bakar premium terus meningkat sejalan dengan kemajuan di bidang ekonomi dan impor meningkat tajam dari sekitar 0.5 juta pada tahun 1998 menjadi sekitar 6 juta KL pada tahun 2004 ketika kebutuhan bahanbakar jenis ini telah mencapai 17 juta KL/tahun. Jika digunakan campuran alkohol sebesar 10 % berarti kebutuhan alkohol akan mencapai 1.7 juta Kl/tahun atau sekitar 4.6 juta liter/hari. Masalahnya adalah hampir sama sumber bahan baku biofuel bersaing dengan kebutuhan pangan di samping persaingan pemanfaatan lahan untuk menghasilkan bioenergi. Dalam konteks ini, aren dapat berperan sebagai salah satu sumber bioenergi yang penting mengingat produktivitasnya yang sangat tinggi sehingga hemat pemakaian lahan. Disamping itu, dapat ditanam di antara tanaman yang sudah ada atau sebagai komponen tanaman untuk reboisasi atau penghijauan sehingga tidak bersaing dengan komoditas pangan.

Tanaman aren memiliki daya adaptasi terhadap berbagai kondisi lahan dan agroklimat, memiliki toleransi yang tinggi dalam pertanaman campuran termasuk dengan tanaman kayu, tumbuh relatif cepat serta memiliki perakaran dan tajuk yang lebat sehingga sangat cocok untuk tujuan konservasi tanah dan air, merupakan tanaman serbaguna karena hampir semua bagiannya bernilai ekonomi dan tidak membutuhkan pemeliharaan intensif sehingga cocok bagi petani miskin di lahan marginal. Tanaman aren juga menghasilkan biomas di atas tanah yang sangat besar satu hingga 2 ton/pohon, sehingga dapat berperan penting dalam CO2 sequestration.

Sumber : QMI-MIT.com

Bioetanol dari Pohon Lontar (dan Aren)

Bioetanol dari Pohon Lontar (dan Aren)

Tuesday, 11 November 2008 

Oleh : Himpunan Alumni IPB

Hamparan pohon lontar (Borassus flabellifer) yang ter- dapat di Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan beberapa daerah lainnya di Tanah Air, ternyata nilai ekonominya cukup tinggi. Tidak hanya daunnya yang bisa dimanfaatkan untuk atap rumbia atau batangnya untuk bahan bangunan, nira yang dihasilkan lontar, juga sangat besar manfaatnya. Pohon lontar ternyata bisa dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol untuk alkohol medik.


Di beberapa daerah nira hanya dimanfaatkan untuk mem- buat gula merah atau sekadar diminum sebagai tuak. Namun, nira bisa lebih bernilai ekonomi tinggi, jika diolah dengan baik.

Itulah yang ingin ditunjukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan bekerja sama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rote Ndao, dan Badan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Belu. 

Upaya kerja sama yang dilakukan adalah pengembangan usaha di bidang produksi bioetanol untuk alkohol medik yang diperoleh dari nira lontar. Kegiatan pengembangan unit usaha produksi bioetanol untuk alkohol medik dari nira lontar bertujuan untuk memproduksi bahan bio medika untuk penyediaan kebutuhan rumah sakit, klinik pengobatan, puskesmas, apotek, laboratorium penelitian, penyedia bahan kimia, dan bioenergi bahan bakar.

Dipilihnya Provinsi NTT sebagai lokasi kerja sama proyek bioetanol dari lontar, karena daerah timur Indonesia itu, selama ini dikenal sebagai daerah yang kaya akan tanaman lontar. Secara tradisional, tanaman ini oleh penduduk setempat dipergunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman beralkohol. 

Pengetahuan tradisional tersebut merupakan dasar untuk melangkah menuju proses pembuatan bioetanol. "Kami memang memiliki proyek pengembangan bioetanol dari bahan bakar lontar di NTT," ujar Murti Martoyo, Kepala Hubungan Masyarakat LIPI kepada SP, Jumat (31/10).


Pasok untuk Dunia 
Sementara itu, di tempat terpisah, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Prabowo Subianto, menyatakan, cadangan minyak di perut bumi semakin menipis. Sementara, kebutuhan energi dunia terus meningkat. Sejumlah negara maju yang haus pasokan energi telah mulai menyadari untuk beralih ke bahan bakar nonfosil. Bahan bakar nabati, yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan, menjadi pilihan. 

Namun, seperti halnya minyak bumi, bahan bakar nabati tidak mudah diperoleh. Negara-negara yang tinggi kebutuhan energinya, seperti Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa, belum tentu mampu memproduksi bahan bakar yang ramah lingkungan ini. 

Dari sisi investasi, tak diragukan, tak ada masalah bagi negara-negara maju untuk mengembangkan bahan bakar nabati. Masalah, justru ada pada ketersediaan bahan baku. 

Tanaman sebagai bahan baku bahan bakar nabati, seperti kelapa sawit, jarak, jagung, ubi kayu, aren, dan sagu, justru mudah dijumpai di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Menyadari potensi tersebut, secara gencar, sejak beberapa tahun lalu HKTI telah mengampanyekan perlunya pengembangan bahan bakar nabati. Organisasi nirlaba ini memilih pohon aren sebagai bahan baku bioetanol. 

Sejak tahun 2002, HKTI mengembangkan "perkebunan" aren di beberapa wilayah di Sulawesi. Saat ini, yang telah diuji coba untuk menghasilkan bioetanol baru di Minahasa, Sulawesi Utara. 

Menurut Prabowo, dibanding tanaman sumber energi lainnya, pohon aren memiliki lebih banyak keunggulan. "Pohon aren mudah ditemukan, menyebar luas di semua wilayah Indonesia. Pengembangan aren untuk bahan bakar tidak berbenturan dengan kepentingan pangan. Selain itu, produksi bahan bakar dari aren tidak mengganggu aspek lingkungan, karena pohon aren bisa tumbuh berdampingan dengan tanaman lain," kata Prabowo di sela- sela dialog dengan sekitar 1.000 petani di Salatiga, Jawa Tengah, belum lama ini.

Semua bagian dari tanaman aren dapat dimanfaatkan. Bioetanol dihasilkan dari nira atau getah aren. Di Indonesia bioetanol dari aren, sebenarnya telah puluhan tahun dikembangkan. Namun, sejauh ini belum ada yang memproduksinya secara komersial, karena bahan baku yang digunakan juga hanya mengandalkan dari pohon aren yang tumbuh liar. 


Pasar Menunggu 
Pohon aren mudah tumbuh dan menyebar luas di wilayah perbukitan, pegunungan dan lembah. Tidak harus ditanam pada tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan intensif. Di Indonesia diperkirakan terdapat sejumlah titik sebaran pohon aren dengan perkiraan areal sekitar 65.000 hektare. 

Minahasa merupakan salah satu penghasil nira aren yang tersohor. Apalagi, secara turun temurun masyarakat di Minahasa memiliki keahlian mengolah nira aren menjadi etanol, dengan peralatan sangat sederhana. Etanol yang dihasilkan dari nira aren ini diolah menjadi minuman keras khas Minahasa yang dikenal dengan sebutan "cap tikus".

Hasil uji coba HKTI di Minahasa, dari satu pohon aren (Arenga pi�ata) dapat diperoleh sekitar 15-20 liter nira per hari. Satu hektare lahan dapat ditanami sekitar 671 pohon aren, dan setidaknya sebanyak 70 pohon akan berproduksi sepanjang tahun. Sedangkan sisanya, jika dalam satu tahun, satu pohon disadap selama 200 hari, maka total nira yang dihasilkan mencapai 3.000-4.000 liter per pohon. Untuk menghasilkan satu liter bioetanol diperlukan sekitar 15 liter nira, sehingga setiap pohon aren akan menghasilkan, sekitar 200 liter etanol per tahun. Bila seluruh sebaran pohon aren di Minahasa saja diolah menjadi bioetanol, dalam satu tahun akan dihasilkan setidaknya 400 juta liter bahan bakar yang ramah lingkungan tersebut.

Menurut Prabowo, HKTI akan segera mengembangkan bioetanol dalam skala industri. Mengenai investasi, sejumlah lembaga keuangan internasional telah menyatakan siap membiayai. Untuk membangun satu pabrik bioetanol dengan kapasitas 500 ton per hari diperlukan investasi sekitar US$ 17 juta. "Beberapa investor dari Kanada, Amerika Serikat, dan Brasil siap mendanai. Bahkan, negara-negara itu siap membeli produksi bioetanol kita. Jadi, kalau di dalam negeri tidak ada yang mau membeli, tidak perlu khawatir karena pasar luar negeri sudah menunggu dan siap memborong produk bioetanol kita. 

Di pasar Eropa, beberapa waktu lalu harga bioetanol sekitar 600 Euro per ton. Ini potensi devisa yang luar biasa, karena kita memiliki potensi memproduksi bioetanol dalam skala besar," kata Prabowo

Prabowo Janji Cari Solusi Pasarkan Bioethanol dan Gula Aren

Prabowo Janji Cari Solusi  Pasarkan Bioethanol dan Gula Aren 

Amurang, KOMENTAR

Sabtu (13/12) akhir pekan lalu Ketua HKTI (Himpunan Kelompok Tani Indonesia ) Pusat Prabowo Subianto mengun-jungi Kabupaten Minahasa Selatan. Tamu ‘spesial’ ini didampingi Bupati Minsel, Drs Ramoy Markus Luntungan (RML), jajaran Pemkab Minsel serta Kadis Pertanian Propinsi Sulut, Ir Herry Rotinsulu. 

Di Minsel, putra Langowan ini meninjau pabrik bioethanol dan pabrik gula aren yang berlokasi di Desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat. Dalam kunjungan tersebut, putra Sulut ini dibuat terkesan dengan adanya pabrik Bioethanol dan gula aren di Minsel.   “Ini investasi besar buat daerah ini. Dengan adanya pabrik bioethanol dan gula aren tentu membuka harapan baru bagi para petani di daerah ini,” kata Prabowo. 

Tak hanya dibuat terkesan, namun Prabowo juga akan menye-riusi investasi besar tersebut. Di mana ia berjanji ikut mencari solusi solusi terhadap pemasaran kedua komoditas tersebut.   Sementara itu Bupati Minsel, Drs RM Luntungan menyambut baik niat Prabowo Subianto tersebut yang memajukan petani yang ada di Minahasa Selatan. 

Selanjutnya Prabowo dalam kesempatan tersebut sempat menaiki roda sapi dan traktor bersama Bupati RML. Prabowo juga mengadakan penanaman pohon aren dan jagung. Sementara itu, dalam rangkaian kunjungan Prabowo ke tanah Minsel, beliau juga mengadakan tatap muka dengan para petani yang terdiri atas HKTI Minahasa Selatan, KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani ) di Minsel.(bly)

(Dikutip dari Harian KOMENTAR tanggal 15 Desember 2008)

AREN Berpotensi dan Bernilai Ekonomis

AREN Berpotensi dan Bernilai Ekonomis
Menuju Kubar, Kukar dan Samarida Bebas Banjir

Oleh : Jeinner J Rawung



Sederhananya, banjir dicegah, belajar anak usia sekolah di sepanjang jalur Mahakam tidak terganggu. Tujuan mengkualitaskan Sumber Daya Manusia (SDM) mudah tercapai. Belum lagi, indikasi ekonomis yang mengikuti jika upaya seperti yang diharapkan dilakukan. Masyarakat punya sumber pendapatan, pabrik pembuatan gula dan sebagainya dibangun, warga dapat lapangan pekerjaan, ya ujung-ujungnya SDM di Kaltim berdaya. 


Jujur saja, penulis sangat mengapresiasi usaha kampanye budidaya Aren oleh Direktur Borneo Orangutan Survival (BOS) Willie Smith dan Anggota DPRD Kukar Saiful Aduar. Dalam beberapa pemberitaan Kaltim Post, ’Orang asing’ seperti Willie (pengelola Samboja Lestari) mau mati-matian memperjuangkan gerakan budidaya Aren. Begitu pula Saiful serta beberapa kolega di DPRD Kukar sangat peduli dan lebih memilih berguru dan mengunjungi sentra budidaya Aren di Minahasa Sulawesi Utara (Kolom Pro Kutai Kertanegara, dalam Kaltim Post, Sabtu, 7/7). 

Dari berbagai riset termasuk hasil studi kunjungan, anggota DPRD Kukar mengkomunikasikan kelebihan pohon Aren yang secara nyata mendukung pencapaian program Gerbang Dayaku II. Saiful menuturkan, bahwa tanaman Aren bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi dikembangkan di Kukar. Pernyataan itu tepat. Hampir semua bagian pohon Aren bisa dimanfaatkan. Selain untuk dikonsumsi (seperti nira dan buah), produk pohon Aren dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (batangnya) untuk atap rumah (daunnya) sampai perlengkapan rumah tangga lainnya. 

Di Minahasa, kisaran harga Gula Aren (gula merah) yang diproduksi Pabrik Gula Aren pertama dan terbesar di Indonesia serta diekspor ke berbagai negara itu, sudah mencapai Rp. 96 Ribu Rupiah per kilogram (bandingkan dengan Karet yang hanya Rp 6 Ribu Rupiah). Belum lagi, jika nira Aren difermentasi, akan menghasilkan ethanol. Ethanol digunakan berbagai negara maju sebagai bahan bakar kendaraan bermotor pengganti bensin. Dengan membudidayakan Aren, terbuka juga lapangan pekerjaan, baik petani Aren itu sendiri, dan karyawan (jika telah dibangun pabrik Aren). Hebatnya lagi, mengkonsumsi gula Aren dapat memperpanjang angka harapan hidup sampai 12 Tahun. 

Selanjutnya, tanaman Aren itu mudah dibudidayakan di tanah Kalimantan. Sebagai contoh, masyarakat adat Dayak di Hulu Mahakam, sangat akrab dan familir dengan Pohon Aren. Observasi Penulis dan Tim LBP2SDM, banyak warga Kampung Sakaq Tada, Kampung Gemuruh dan Kampung Sakaq Lotoq di Kubar menjadi petani Aren. Produksi Gula Aren para petani Aren di tiga Desa itu, dikenal luas berkualitas baik, meskipun pengolahannya masih secara tradisional. 


Aren sebagai Pelestari Alam dan Pencegah Banjir 

Sekali lagi, belajar dari banyak penelitian, Pohon Aren punya banyak keunggulan dan manfaat. Pohon Aren sangat efektif dan dapat diandalkan mencegah banjir maupun tanah longsor. Berikut hasil riset yang terus dipublikasikan Tokoh Adat Minahasa Vence Sumual (pimpinan Permesta yang dahulunya memperjuangkan Otonomi Daerah, yang secara tidak langsung terbukti saat ini), di berbagai daerah : 

1. Pohon Aren memiliki kemampuan menahan terlama dan terbanyak volume air hujan di atas pohon, saat hujan (setiap batang pelepah daun bisa menahan 1-2 liter selama beberapa jam, pada umur 5-7 tahun memiliki pelepah dari pangkal batang sampai ke ujung pohon) sehingga memberikan waktu yang panjang untuk tanah di bawah pohon untuk dapat menyerap lebih banyak air, dan dengan sendirinya akan menyimpan air tanah yang paling banyak (penelitian sementara para profesor dan para peneliti geologist, Pohon Aren bisa menyimpan / menyerap 200 liter air – 10 galon minyak atau galon Aqua). Tak dipungkiri, ini berperan mencegah banjir. 

2. Bukan hanya menahan air, Pohon Aren sangat efektif menahan tanah. Ini karena Pohon Aren sangat dalam menancap di tanah (padahal untuk menanamnya gampang, dilempar saja bibit, apalagi di daerah tebing). Di Minahasa telah terbukti, sewaktu banjir dan tanah longsor melanda wilayah itu akhir Tahun 2000 lalu. Lokasinya teramati di Kecamatan Motoling Minahasa Selatan. Ada satu tebing di sebelah jalan, semuanya longsor, kecuali bagian tebing yang ada rumpun Pohon Aren. Jelas bahwa Pohon Aren kuat dan tegar menahan banjir dan tanah longsor. 

3. Dengan sifatnya yang banyak menyimpan air, jelas dapat menyuburkan pohon atau tanaman lain yang ada di bawahnya atau disekitarnya. Jadi Pohon Aren dapat dijadikan tanaman perintis pada lahan gundul. Pohon Aren akan tetap tumbuh dan memberikan nilai ekonomis, meskipun nantinya telah tertutup dengan pohon lain yang tumbuhnya menyusul. Karena, Pohon Aren memiliki batas ketingian dan akan selalu tumbuh dan mati setelah mencapai umur ketinggian tertentu. 


Penutup 

Dahlan Iskan (dalam, Kaltim Post, Senin, 2/7) tertarik membahas lompatan ekonomi Tiongkok (Cina) yang cepat dan spektakuler. Penilaiannya Dahlan Iskan itu adalah : apa yang dibicarakan (diprogramkan pemerintah Cina), langsung diputuskan, dibangun (dilaksanakan) dan jadi (berhasil). Namun, Penulis dan LBP2SDM mampu hanya sebatas mewacanakan. 

Nanti, setelah bersama adikuat mengidentifikasi bahwa masalah banjir itu diakibatkan oleh gundulnya hutan Kalimantan (kayunya sudah habis), berikut memprediksi bahwa jika tak acuh malah akan lebih fatal akibatnya. Sebaliknya input Penanaman Pohon Aren ternyata mampu mencegah banjir. Maka, untuk soal pengambilan keputusan (Decition), sudah ada di tangan kita selaku masyarakat, lebih-lebih Pemerintah terkait (Pemprov, Pemkab-Pemkot). Setelah diputuskan banjir harus dicegah, umpamanya, dengan gerakan penanaman sejuta Pohon Aren, maka harus segera dieksekusi. Jangan malah terus terlambat, menyengsarakan dan memuakkan, begitu.*** 


*) Penulis adalah Direktur LBP2SDM dan Deputi Perencanaan Brigade Manguni Kalimantan

Senin, 15 Desember 2008

SISTEM INJEKSI MIKROBA DAN OKSIGEN (SIMO)

SISTEM INJEKSI MIKROBA DAN OKSIGEN (SIMO)
MENUJU PEMUPUKAN TANAMAN AREN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Oleh : Dian Kusumanto

Di hampir seluruh Pulau Kalimantan mudah ditemui lahan-lahan yang mengandung humus atau bahan organic yang tinggi sekali. Humus yang sangat tebal lapisannya dan bertumpuk-tumpuk yang kebanyakan bereaksi asam (atau pH dibawah 7) biasa disebut dengan tanah gambut. Lahan gambut ini banyak sekali terdapat di Kalimantan, bahkan banyak juga yang tertimbun dengan lapisan-lapisan tanah alluvial yang kemudian seolah menutup lapisan gambut atau humus yang tebal di bawahnya.

Humus yang tidak lain berasal dari bahan-bahan organic di kawasan hutan hujan tropic membentuk lapisan-lapisan karena terkumpul dari tahun ke tahun dari musim ke musim. Timbunan organic yang bertumpuk-tumpuk yang tidak terdekomposisi secara sempurna, tidak cukup memperoleh oksigen dalam proses dekomposisinya, maka akan menyebabkan tanah tersebut terekspose dalam keadaan yang anaerob . Keadaan yang anaerob ini menyebabkan seluruh reaksi yang terjadi di lapisan-lapisan humus yang ada jauh di bawah permukaan tanah tanpa adanya oksigen. Kalau lah air yang merembes ke lapisan bawah membawa oksigen itu pun pasti sangat minim, karena oksigennya sudah diambil oleh lapisan yang ada di atasnya.

Oleh karena itu lapisan tanah yang ada di bawah permukaan tanah semakin ke dalam semakin masam reaksinya. Microbia anaerob semakin ke dalam tanah semakin dominan, berarti semakin ke lapisan tanah yang lebih dalam semakin masam. Maka sering ditemui pohon-pohon tahunan yang gampang roboh, karena ternyata perakarannya sangat dangkal. Akar tidak mampu tumbuh dan berkembang lebih jauh ke dalam tanah karena tidak mampu menembus reaksi kemasaman dalam tanah.

Mungkin keadaan ini tidak hanya terjadi di Kalimantan tapi mungkin bisa terjadi dimana-mana. Apalagi pada saat humus atau bahan organic tertimbun, kemudian airnya tergenang seperti di rawa-rawa dalam waktu yang sangat lama, kemudian dalam perkembangan selanjutnya karena hutan habis airnya sedikit demi sedikit menurun dan akhirnya berkurang dan menjadi daratan atau dataran yang seolah dulu bukan rawa-rawa. Lapisan yang bereaksi masam yang berada di bawah permukaan tanah, sangat minim mendapat oksigen, makanya sangat dominan microbia anaerob.

Karena sebagian besar keadaan tanah perkebunan seperti itu sejarah terbentuknya, maka penulis berfikir untuk menerapkan konsep microbial & oxygen injection system. Yaitu system pemupukan dan perlakuan untuk kesuburan tanah dengan cara injeksi terutama untuk lapisan tanah yang ada di bawah permukaan, yang biasanya kekurangan oksigen dan situasi microbianya terlalu homogen, yaitu terjadi dominansi mikrobia anaerob. Injeksi mikroba dan oksigen ini dilakukan agar kesuburan tanah secara kimia, fisika dan biologi juga terjadi pada lapisan tanah yang lebih dalam. SIMO diterapkan juga agar perakaran tanaman dapat tumbuh berkembang, dapat mengakses unsure hara yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya akar tanaman sehingga tanaman bisa tumbuh dan berkembang secara normal.

Keadaan microbial yang heterogen di dalam tanah akan menyebabkan reaksi yang netral dalam tanah. Terjadi keseimbangan populasi antara microbial anaerob dan microbial aerob. Keadaan demikian akan menggairahkan akar tumbuh dan berkembang, dekomposisi bahan-bahan organic terjadi secara sempurna sehingga akan membentuk unsur-unsur hara yang langsung bisa diserap oleh tanaman lewat akarnya.

Makanya kalau pada pola pertanian tanaman pangan semusim dikenal beberapa pengertian seperti lapisan tanah olah atau top soil, yang biasanya tidak lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Kenapa itu terjadi? Tanah yang subur itu seolah hanya yang ada di lapisan teratas saja. Apakah tanah yang ada di lapisan bawah bisa menjadi tanah yang subur? Ini menjadi masalah yang akan dijawab dengan menerapkan system diatas.

Tujuan dari system injeksi mikroba dan oksigen (SIMO) untuk tanah adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan oksigen pada lapisan tanah yang lebih dalam

2. Terjadinya keseimbangan kehidupan microbia tanah antara yang anaerob dan aerob

3. Reaksi tanah yang netral terjadi pada lapisan tanah yang lebih dalam

4. Ketersediaan unsure hara tanah siap diserap tanaman dalam jumlah yang lebih banyak

5. Perkembangan akar lebih dalam dan lebih banyak

6. Perlakuan pemupukan lebih efektif dan efisien.

Salah satu pola yang dapat dilakukan dalam SIMO adalah melakukan pengeboran di sekitar tanaman. Pengeboran dapat dilakukan minimal 2 titik, semakin bayak semakin baik, namun yang optimal dan dianjurkan adalah 4 titik pengeboran . Jarak pengeboran tanah dengan tanaman disesuaikan dengan proyeksi perkembangan perakaran atau pola tanam yang diterapkan. Artinya bisa saja pengeboran dilakukan secara permanen pada titik yang ditentukan menyesuaikan jarak tanam yang diterapkan.

Untuk kebun Aren yang menerapkan jarak tanam 5 x 10 m2 (populasi 200 pohon per hektar), maka dapat dipakai alternative penerapan titik-titik pengeboran SIMO dengan jarak 2,5 meter dari tanaman Aren satu sama lainnya. Jadi pengeboran tanah berada di antara tengah tengah tanaman Aren. Adapun jarak anatar titik bor terdekat juga dipilih 2,5 m. Kalau digambar adalah sebagai berikut :

Adapun kedalaman dan besarnya lubang pengeboran disesuaikan dengan peralatan yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman selaras dengan usia dan perkembangan perakaran tanaman Aren serta sejauh mana pengeboran SIMO ini akan efektif dan efisien dalam pertanaman. Beberapa pilihan yang dianjurkan untuk diameter pengeboran adalah 3 inchi, 5 inchi atau 8 inchi, sedang kedalaman pengeboran bisa dipilih 1 meter, 1,5 meter, 2 meter sampai 4 meter. Sebenarnya semakin lebar diameter pengeboran semakin bagus untuk lebih memungkinnya injeksi oksigen dan microba efektif mempengaruhi perubahan kimia biologis dan fisika tanah. Demikian juga kedalaman pengeboran akan lebih baik kalau semakin dalam, namun perlu dihitung tingkat efisiensi pengeboran ini.

Tingkat efektifitas dan efisiensi pengeboran dihitung dengan beberapa pertimbangan antara lain :

1. Ketersediaan peralatan pengeboran
2. Keadaan tanah (sebaiknya ada hasil analisa tanah, perlapisan tanah, tekstur, dll.)
3. Perkembangan tanaman.
4. Keamanan bagi pekerja yang sehari-hari berada di kebun Aren
5. Biaya yang tersedia untuk penerapan pengeboran SIMO.
6. Dll.

Apakah SIMO ini bisa diterapkan untuk tanaman perkebunan atau tanaman tahunan lainnya? Sebenarnya SIMO ini memang berlaku secara umum, karena problem tidak berkembangnya perakaran dari tanaman yang disebabkan oleh keadaan tanah lapisan dalam yang tidak kondosif juga dialami oleh semua tanaman yang berakar dalam. SIMO adalah cara baru yang diperkenalkan oleh penulis di Nunukan pada tanaman-tanaman perkebunan, khususnya Aren. Jadi SIMO ini memang digagas dan diterapkan oleh penulis dan dianjurkan kepada para petani binaannya di Nunukan Kaltim.

Lebih jauh tentang SIMO, insyaAllah pada tulisan yang akan datang.

Minggu, 14 Desember 2008

Global Warming" dan "Revolusi" Aren


Global Warming" dan "Revolusi" Aren

Oleh Pemimpin Umum 'SP' Wim Tangkilisan

Penurunan harga minyak mentah tidak boleh mengendurkan gerakan diversifikasi energi. Upaya melepaskan ketergantungan manusia terhadap konsumsi energi bahan bakar minyak (BBM) atau energi fosil harus terus dilakukan. Selain sumber energi ber- bahan bakar fosil sudah menipis, konsumsi BBM membuat bumi makin panas dan perubahan iklim tidak lagi berjalan normal. 


Dalam 157 tahun terakhir, demikian laporan Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), suhu permukaan bumi meningkat 0,05 derajat Celcius per dekade. Perlahan tapi pasti, suhu bumi terus meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas manusia dalam mengkonsumsi BBM. Dalam 25 tahun terakhir, kenaikan suhu bumi mencapai 0,18 derajat Celcius. 

Hari-hari ini, suhu udara begitu menyengat. Di Jakarta, suhu udara berkisar 30-34 derajat Celcius, sedangkan di Surabaya suhu melonjak hingga 37 derajat Celcius. Suhu udara yang amat panas mendorong pemakaian air conditioner (AC) di rumah, perkantoran, dan mobil. Sedangkan, semakin besar penggunaan AC semakin besar pula dampaknya terhadap pemanasan global.

Kenaikan suhu bumi menyebabkan es di kutub mencair, gletser menurun dan hilang, permukaan laut naik, climate change terjadi secara ekstrem dan sulit diprediksi, banjir menerjang berbagai wilayah, berbagai jenis badai datang silih berganti, sejumlah jenis tanaman dan hewan musnah, keanekaragaman hayati menurun, hasil pertanian menurun, dan berebagai jenis penyakit mengintai manusia. Daerah gletser atau salju abadi di Puncak Carstensz tahun 1995 berkurang hingga 70%. Padahal, inilah satu-satunya gletser di negeri tropis.

Di belahan dunia dengan empat musim, global warming menyebabkan jumlah hari dengan suhu beku berkurang, sedangkan musim panas akan lebih kering dan musim dingin akan menjadi lebih lembab. Intensitas badai tropis semakin tinggi. Angin puting beliung akan semakin sering.

Para ahli memperkirakan, jika konsumsi energi fosil terus bertambah atau minimal tidak menurun, suhu udara pada tahun 2100 akan meningkat 5,8 derajat Celcius. Pada tahun itu, permukaan laut akan naik 19 inci. Sebagian daratan akan hilang dan ribuan pulau kecil bakal tersapu. Di Indonesia, seluruh wilayah pantai utaara Jawa akan lenyap. Jumlah pulau di Indonesia yang saat ini lebih dari 17.000 akan hilang separuhnya.

Untuk menyelamatkan bumi dan kehidupan, penggunaan energi fosil (minyak bumi dan batubara) harus dikurangi dan digantikan dengan energi nabati atau biofuel. Saat ini, sekitar 36% bahan bakar fosil yang menjadi sumber emisi karbondioksida berasal dari pembangkit listrik dan kilang minyak, 27% dari transportasi, 21% industri, dan 15% dari rumah tangga. 

Walau harga BBM diturunkan, gerakan untuk meningkatkan konsumsi biofuel tidak boleh kendor. Pemerintah harus segera memiliki rencana yang matang dan konprehensif tentang industri biofuel, bahan baku biofuel, pemasaran, dan konsumsi biofuel. 

Ketika harga minyak mentah melambung hingga menembus US$ 100 per barel, pemerintah mengumumkan pemakaian biofuel. Sejumlah bahan baku bahan bakar nabati (BBN) itu pun disebutkan, antara lain jarak, CPO, singkong, dan jagung. 

Mendengar itu, masyarakat NTT misalnya, langsung menanam jarak, jenis tanaman umur pendek yang pernah populer pada masa penjajahan Jepang. Waktu itu, sebagian lahan kering di NTT ditanami jarak untuk BBN. Tapi, beda dengan pemerintahan Jepang yang jelas program dan koordinasinya, bijih jarak yang ditanami rakyat NTT akhirnya dibuang ke laut karena tidak ada pembeli. Jarak sudah berbuah ketika pabrik pengolahan biofuel untuk mengolah bijih jarak belum ada.

"Global Warming"

Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi akibat meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Pemanasan diikuti perubahan iklim (climate change) yang acap sangat ekstrem. Perubahan iklim ditandai curah hujan yang berlebihan hingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan pada periode lain, perubahan iklim membuat musim kemarau menjadi sangat kering. 

Dalam sepuluh tahun terakhir, banjir telah menghilangkan jutaan nyawa manusia dan meluluhlantakkan harta harta benda bernilai triliunan rupiah. Sementara kemarau panjang yang ditandai kenaikan suhu udara menyebabkan sebagian tanaman dan hewan musnah. 

Akhir-akhir ini, kata efek rumah kaca, pemanasan global, dan perubahan iklim menghiasi pemberitaan media massa. Ini merupakan cerminan tanggung jawab media massa terhadap bumi dan lingkungan hidup manusia. Bumi dan isinya bukan hanya milik generasi sekarang, melainkan juga milik anak cucu. Milik umat manusia sepanjang masa. Karena itu, bumi harus dijaga dan kelestarian lingkungan harus menjadi komitmen. 

Bumi fana ini dikelilingi atmosfer dan pada lapisan atmosfer terdapat selimut gas. Bumi dan lapisan yang menutupnya bagaikan sebuah gelas kaca. Panas bumi yang memasuki bumi dengan menembus gelas kaca itu berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian cahaya matahari diserap bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Panas yang dipantulkan bumi ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di bumi. Gelas kaca memang berfungsi menahan panas. Tanpa proses itu, bumi akan teramat dingin.

Namun, petaka terjadi manakala panas yang terperangkap di gelas kaca menjadi terlalu banyak dan konsentrasinya terus meningkat. Panas matahari yang tidak dapat dipantulkan kembali oleh bumi ke angkasa akan meningkat pula, sehingga bumi pun menjadi kian panas.

Proses inilah yang disebut efek rumah kaca dan efek rumah kaca menyebabkan global warming. Selanjutnya, efek global warming menyebabkan climate change, dan perubahan iklim menimbulkan berbagai masalah bagi lingkungan, makhluk hidup, dan manusia. 

Jika masih dalam kadar tertentu, efek rumah kaca sesungguhnya bermanfaat bagi makhluk hidup. Tapi, dengan meningkatnya industrialisasi, transportasi, dan berbagai aktivitas manusia yang menggunakan BBM dan energi listrik berbasis fosil, konsentrasi gas rumah kaca menjadi berlebihan. Bumi makin panas.

Salah satu jenis gas rumah kaca yang memberikan kontribusi paling besar terhadap emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida. Sebagian besar karbondioksida disumbangkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara) di sektor industri, pembangkit listrik, transportasi, dan pembakaran hutan. 

Pembangkit listrik tenaga batubara adalah penghasil terbesar karbondioksida. Pembangkit listrik tenaga batubara membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan. Setiap 1.000 megawatt energi yang dihasilkan pembangkit listrik bertenaga batubara akan membuang emisi 5,6 juta ton karbondioksida per tahun. 

Peringkat kedua adalah penggunaan BBM oleh kendaraan bermotor. Kendaraan yang mengkonsumsi 7,8 liter premium per 100 km akan mengemisi 3 ton karbondioksida. Jika di Jakarta terdapat 3,6 juta sepeda motor dan 2,3 juta mobil, berapa emisi karbondioksida ke udara?

Kontribusi negara maju terhadap pemanasan global jauh lebih besar dibanding negara berkembang. Berbagai penelitian menunjukkan, emisi karbondioksida negara maju 25 kali lebih besar dari negara berkembang. Dari semua negara maju, AS, Kanada, Jerman, Inggris, dan Jepang merupakan kontributor karbondioksida terbesar. 

AS menyumbang 720 juta ton gas rumah kaca atau 25% dari total emisi karbondioksida dunia. Emisi gas rumah kaca pembangkit listrik di AS jauh lebih besar dari total emisi 146 negara berkembang. Itu sebabnya, AS dan negara maju lainnya menjadi targat utama Protokol Kyoto.

Fakta ini sekaligus memperlihatkan ketidakadilan yang membuat hati kita pedih. Apa dosa negara-negara kecil di Samudera Pacifik jika pemanasan global menenenggelamkan pulau-pulau mereka yang kecil itu, padahal konsumsi energi fosil mereka begitu minim, tiada artinya? 

'Revolusi' Aren

Meski fakta membuktikan bahwa negara maju memberikan kontribusi paling besar terhadap pemanasan global, upaya mengurangi emisi karbondioksida harus dimulai dengan serius dan sistematis mulai saat ini. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada isu lingkungan dengan memimpin rakyat untuk hemat energi, tidak membuang sampah di sembarang tempat, menanam pohon, tidak membabat hutan, menghemat pemakaian air, mendorong produksi BBN, dan menggalakkan konsumsi BBN atau biofuel.

Salah satu bahan baku BBN paling hebat pemberian Yang Maha Kuasa yang selama ini kurang disadari manfaatnya adalah pohon aren atau enau (arenga pinnata). Pohon aren adalah jenis pohon kelompok palma yang mampu memberikan multimanfaat kepada manusia. 

Dari pohon dengan sekitar 25 meter dan berdiameter 63 centimeter, manusia bisa mengambil ijuk, daun untuk atap rumah, batang dan pelepah untuk bahan bangunan, buah muda untuk kolang-kaling yang membuat nikmat kolak, dan cairan manis (nira) segar yang langsung bisa diteguk. Dari cairan manis berwarna putih ini, penduduk juga membuat minuman keras lewat proses penyulingan. Penduduk di sejumlah wilayah Indonesia timur menyebut minuman yang sudah disuling ini dengan sebutan tuak. Di Manado, minuman keras dari nira ini populer dengan nama cap tikus.

Kini, hasil penelitian terbaru menunjukkan dahsyatnya manfaat pohon aren atau sugar palm dalam bahasa Inggris. Ternyata, nira mampu menghasilkan biofuel dengan tingkat produktivitas empat kali crude palm oil (CPO) atau minyak sawit. 

Beda dengan pohon kelapa sawit yang 'egoistik' dalam arti tidak bisa hidup berdampingan dengan pohon lain, aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak. Jika untuk menanam sawit, pemilik lahan harus membabat semua pohoh lain, lahan untuk aren tidak perlu didahului dengan membabat hutan. Aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan.

Dengan akarnya sedalam enam-delapan meter, pohon aren sangat efektif menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit, dan gunung hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut. Hutan di mana ada aren biasanya subur. Di kawasan aren di Sulawesi Utara yang dibudidayakan pengusaha nasional Hashim Djojohadikusumo, sejumlah hewan yang lima tahun silam yang sempat hilang, kini kembali ada. Hutan aren menjadi habitat babi hutan dan rusa. "Jika sebelumnya tanah tandus, tidak ada air, kini di sejumlah tempat muncul mata air," kata Hashim.

Tidak seperti singkong dan tebu yang dipanen tiga-empat bulan sekali, aren dapat dipanen sepanjang tahun. Satu pohon aren bisa menghasilkan 20 liter per hari dan 10% di antaranya bisa diproses menjadi etanol. 

Usia panen aren enam-delapan tahun. Tapi, sangat produktif. Setiap satu hektare, kata Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit kimia LIPI Dr Hery Haeruddin, bisa ditanami 75-100 pohon. Dengan demikian, setiap hektare bisa menghasilkan 1.000 liter nira dan 100 liter etanol per hari. 

Sebutlah Indonesia memiliki lahan tandus sekitar 25 juta hektare, yang tersebar di berbagai wilayah. Jika satu hektare menyerap empat orang, maka untuk menggarap total lahan aren dibutuhkan 100 juta tenaga kerja. Jika perkebunan aren dikembangkan, tak akan ada lagi penganggur di Indonesia! 

Lebih dari itu, tanaman aren akan menciptakan mata air baru. Indonesia yang kini krisis air akan kelimpahan air bersih. Dengan hutan yang lebat, emisi karbondioksida akan menurun drastis. Dengan penggunaan biofuel atau BBN berbahan baku aren, kita menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. 

Mulailah menanam aren sebagai sebuah gerakan atau revolusi. Hanya dengan cara itu, kita tidak perlu menangisi migas dan batubara yang sudah menipis. Sebaliknya, dengan 'revolusi' aren, Indonesia menjadi eksportir biofuel dan bahan pangan. Lewat "revolusi" aren, kita bukan saja luput dari kutukan anak cucu karena tamak menggunakan kekayaan alam, melainkan menjadi berkat bagi mereka.*

Sabtu, 13 Desember 2008

Skema sinergi pangan pakan dan energi dengan AREN - Sorgum - Sapi dan Pabrik Bioethanol

SINERGI PANGAN, PAKAN DAN ENERGI RAMAH LINGKUNGAN

Foto 1 : Pak Ricky Hargakusumah dan Pak Arief Yudiarto, pejuang Bioethanol Indonesia


Foto 2.  Penulis bersama Kepala Badan Ketahanan Pangan & Pelaksana Penyuluhan Daerah Kabupaten Nunukan, Bapak H. Andi Firman Lantara, Bapak Ricky Harga Kusumah (Pimpinan PT. Pasadena Engineering Indonesia) dan Bapak Arief Yudiarto (Ahli Bioethanol Nasional) dan Ibu Wiwin Indriyanti (Calon Pengusaha Bioethanol dari Nunukan)


Foto 3.  Contoh atau sampel benih Sorgum Manis dan Bioethanol hasil pengolahannya dari Pabrik Bioethanol yang dibangun dan dirancang oleh PT. Pasadena Engineering Indonesia yang berkantor di Wisma Bumiputra Lt.9 Jl. Jendral Sudirman Kav. 75 Jakarta 12910



Jumat, 12 Desember 2008

AREN, SORGUM DAN SAPI Sinergi Pangan, Pakan dan Energi Ramah Lingkungan




AREN, SORGUM DAN SAPI 

Sinergi Pangan, Pakan dan Energi Ramah Lingkungan 
(bagian 1)

Oleh : Dian Kusumanto

Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi adalah dua strategi dasar dalam upaya membangun kemandirian bangsa, martabat dan sekaligus ketahanan bangsa dari situasi global yang semakin tidak menentu. Strategi dasar kemandirian bangsa memang bertumpu pada kemandirian di bidang pangan dan energi. Karena dari situ lah seluruh aspek kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan yang paling mendasar itu dimulai.

Krisis yang terjadi di bebagai negara akan semakin sulit dipulihkan seandainya negara yang dilanda krisis tersebut sangat tergantung dengan sumber pangan dan energi dari luar. Bagi bangsa Indonesia ketahanan pangan dan energi adalah wajib hukumnya untuk segera diwujudkan, agar Indonesia terhindar dari pengaruh krisis global yang sewaktu-waktu akan terjadi, seperti sekarang ini.

Oleh karena itu perlu dirancang skema-skema yang brilian dalam mengelola sumber daya alam Nusantara ini dalam rangka segera mencapai kemandirian pangan dan energi. Pakan dalam hal ini adalah pangan untuk hewan-hewan ternak kita. Kalau pakan tidak diperhatikan juga akan berpengaruh pada berkurangnya stok bahan pangan.

Ketergantungan terhadap sumber bahan pangan dari luar seharusnya sedikit demi sedikit dikurangi hingga suatu saat menjadi paling minimal. Karena ketergantungan dengan luar akan mengakibatkan pada berkurangnya kedaulatan, martabat serta rasa kebanggaan dan percaya diri suatu bangsa. Sangat sedih apabila bangsa yang besar seperti Indonesia ini diremehkan oleh bangsa lain. Ibu Pertiwi akan menangis, para Pendiri Bangsa ini akan bersedih, dan Anak Bangsa tidak memiliki kepercayaan lagi, bahkan untuk sekedar mempertahankan kemerdekaan asasi suatu bangsa.

Walah..... kok jadi sentimentil begitu. Lho.. itu bukan sentimentil, tetapi rasa keprihatinan yang amat sangat menyesakkan dada, karena di dalam dada ini masih subur rasa nasionalisme dan keinginan melihat bangsa Indonesia ini bangkit menjadi Negara yang disegani. Ada keinginan yang sangat besar bahwa Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia, menjadi lumbung energi dunia sampai akhir jaman nanti. Karena rasanya Tuhan memang menakdirkan Indonesia terletak di daerah Tropis, dimana matahari bersinar sepanjang tahun, sumber daya alam yang melimpah, manusia-manusia yang unggul budayanya, baik perangainya dan taat kepada Tuhannya.  

Apa hubungannya dengan Aren, Sorgum dan Sapi?

Begini, Aren kita yakini mempunyai potensi yang luar biasa dan paling unggul sebagai komoditi penghasil sumber pangan (yaitu gula dan lain-lain) sekaligus sebagai sumber energi, industri masa depan (yaitu bioethanol dan aneka turunannya). Produktifitasnya yang sangat luar biasa itulah sehingga Aren dijadikan leading program dari salah satu skema menuju mandiri pangan dan energi kita.  

Namun karena Aren memerlukan waktu pertumbuhan yang cukup lama (yaitu setelah umur 6 tahun), maka pengembangannya perlu disiasati dengan cara dikombinasikan dan diintegrasikan dengan tanaman unggul jangka pendek, yaitu Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench). Sorgum Manis merupakan salah satu alternatif yang sangat arif, karena Nira yang ada di dalam batangnya mengandung Sakarosa yang tinggi (10-14 %) setara dengan yang terdapat dalam Nira Tebu (9-17 %) dengan bobot batang 30-40 ton per hektar yang dapat dipanen pada umur sekitar 4 bulan.

Sorgum juga dapat menghasilkan biji yang mempunyai kualitas nutrisi sebanding dengan jagung dan beras, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi sedangkan kandungan lemaknya lebih rendah. Pemanfaatan biji Sorgum menjadi berbagai produk pangan olahan merupakan salah satu upaya untuk mendukung diversifikasi pangan. Pemanfaatan Sorgum dalam bentuk tepung lebih menguntungkan karena praktis serta mudah diolah menjadi berbagai produk makanan ringan (basah dan kering), kue, roti dan mie. Nilai nutrisi Sorgum cukup memadai dengan kandungan protein 8-11 %, namun protein pembentuk glutennya tidak dapat menyamai terigu. Namun demikian tepung Sorgum dapat mensubstitusikan terhadap tepung terigu antara 50 – 75 % untuk kue kering & kue basah, kue basah 30-50 %, Roti 20-25 % dan Mie 15-20 %. 

Kalau Sapi mempunyai peran dalam memanfaatkan biomasa dari daun dan batang Sorgum sebagai bahan pakan yang sangat bermutu. Sekaligus dari peternakan Sapi akan diperoleh sumber bahan pupuk yang sangat bermutu yaitu dari tinjanya maupun dari air urin Sapi. Dengan menggunakan teknologi pembuatan yang memadai maka tinja Sapi dan air urin Sapi akan menjadi Pupuk Organik yang sangat hebat dan sekaligus menjadi Obat Pestisida Nabati yang sangat hebat. (Mudah-mudahan ada kesempatan Penulis nanti untuk memaparkan Teknologi Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati ini).

Dengan demikian maka kebutuhan pupuk dan obat-obatan untuk kebun Aren dan kebun Sorgum sudah bisa dicukupi dari pemanfaatan limbah ternak Sapi. Input sarana produksi dapat diminimalkan bahkan dapat dinihilkan. Inilah yang dimaksud dengan kemandirian Sistem Usaha Tani itu. Jadi sebisa-bisanya membuat sistem usaha tani itu minimal atau sama sekali tidak menggunakan input dari luar sistem. Tapi sebaliknya dari sistem usaha tani akan dihasilkan produk-produk pangan, pakan dan energi yang dibutuhkan oleh pasar dunia.

Tumpang Sari atau intercropping dari dua atau tiga jenis tanaman yaitu Aren dan Sorgum pada lahan yang sama, akan membuat produktifitas lahan meningkat, dan akan terjadi saling komplementasi, saling substitusi pada sisi-sisi kelemahan yang terjadi pada masing-masing komoditi. Kombinasinya dengan Sapi akan membuat sinergi integrasi komoditi ini lebih efisien, lebih berdaya saing dan lebih mandiri.  

Kenapa demikian? Karena yang akan dihasilkan dari sistem ini nanti adalah Produk-produk yang ramah lingkungan, karena hampir tidak ada bahan-bahan kimia yang berbahaya, semua produk yang dihasilkan serba organik. Tepung Sorgumnya organik, gula Arennya juga organik, bioethanolnya juga organik, daging Sapinya organik, dan lain-lain produk yang dihasilkan dirancang menjadi produk yang akan diterima dimana saja serta mempunyai nilai lebih. Bukankah era yang akan datang ini adalah eranya produk-produk organik yang bermutu ? Karena dari makanan yang alami dengan mutu yang terjagalah kesehatan dan kualitas hidup manusia ini terjaga.

Sorgum Manis ini dapat ditanam disela-sela kebun Aren yang baru dikembangkan, bahkan hingga pada saat Aren menjelang produksi nanti. Porsi luas penanaman Sorgum pada lahan kebun Aren ditentukan oleh pemilihan jarak tanam Aren. Untuk keperluan tumpang sari dengan tanaman Sorgum ini dapat dipilih beberapa alternatif jarak tanam untuk Aren. Salah satunya menggunakan pilihan jarak tanam 5 x 10 m2, dengan beberapa berbagai pertimbangan antara lain :
• Penghematan tenaga kerja penyadapan Nira
• Memberi ruang yang cukup bagi tanaman sela bahkan hingga tanaman Aren sudah mulai berproduksi (yaitu sekitar 30-40% dari lahan).
• Memberi kemudahan bagi proses pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil panen dan sebagainya dengan kendaraan truk.

Porsi luas penanaman Sorgum pada lahan kebun Aren dengan penggunaan pilihan jarak tanam 5 x 10 m2 atau dengan populasi 200 pohon per hektar dapat diproyeksikan sebagai berikut :

Tahun ke : --------Perkiraan Luas Vegetasi Tanaman per hektar lahan
  ------------------Aren ----------------------------------Sorgum------------

0 sampai 1 --------200 x 4m2 = 800m2 ( 8%) -----------9.200 m2 (92%)
1 sampai 2 --------200 x 6m2 = 1.200m2 (12%)----- ----8.800 m2 (88%)
2 sampai 3 --------200 x 10m2 = 2.000m2 (20%) -------8.000 m2 (80%)
3 sampai 4 --------200 x 16m2 = 3.200m2 (32%) ------- 6.800 m2 (68%)
4 sampai 5 --------200 x 20m2 = 4.000m2 (40%) -------6.000 m2 (60%)
5 sampai 6 --------200 x 25m2 = 5.000m2 (50%) -------5.000 m2 (50%)
6 dst. -------------200 x 30m2 = 6.000m2 (60%) -------4.000 m2 (40%)
  
Untuk memenuhi suply bahan baku Pabrik BioEthanol (PBE) tentu tanaman Sorgum akan ditanam secara berjenjang, sehingga panennya dapat dilakukan berjenjang. Dengan kapasitas mesin PBE dengan nira batang sorgum 1000 liter/hari maka akan diperlukan batang Sorgum sekitar 2,5 ton/hari yang dipanen dari lahan Sorgum seluas misalnya 400 – 500 m2 atau 0,04 – 0,05 hektar per hari. (Menggunakan asumsi produksi batang sorgum 60 ton/ha/musim, dengan kandungan nira dari batang Sorgum 40% berat). Artinya setiap hari akan dipanen Sorgum seluas antara 0,04 – 0,05 hektar Sorgum yang diperas batangnya untuk dijadikan Nira Sorgum dan kemudian diolah menjadi Bioethanol.  

Untuk bisa memanen Nira Sorgum 1000 liter/hari dengan umur Sorgum 110 hari berarti perlu lahan 110 hari x (0.04 -0.05) hektar/hari = (4,4 – 5,5) hektar. Sedangkan jika ingin memiliki Pabrik BioEthanol dengan kapasitas 1000 liter BE/hari, maka diperlukan Nira Sorgum sekitar 12.500 liter Nira Sorgum (Asumsi rendemen BE dari Nira Sorgum adalah 8 %). Maka lahan Sorgum yang diperlukan adalah 12,5 x (4,4 - 5,5) hektar = (55 – 68) hektar.

Kalau pemanenan Sorgum dilakukan setiap hari, berarti penanamannya juga dilakukan berjenjang. Yang dipanen bukan hanya batang Sorgum, tapi juga biji dan daunnya. Dari Pabrik BioEthanol akan ada produk samping berupa bagase atau ampas batang Sorgum. Ampas batang Sorgum ini diperkirakan sejumlah sekitar 60% dari berat batangnya setelah diambil niranya. Ampas batang Sorgum atau bagase ini sebenarnya masih bisa diolah menjadi Bioethanol, karena ia termasuk bahan-bahan Lignoselulosa, namun teknologi untuk pengolahan yang mudah dan praktis masih terus dikembangkan. Oleh karena itu dalam proyeksi kita ini ampas batang Sorgum ini akan dijadikan sebagai pakan Sapi.

Silase Sorgum untuk Pakan Sapi

Sapi biasanya diberi pakan berupa rumput atau hijauan makanan ternak (HMT) lainnya dan suplemen pakan untuk menambah asupan protein, mineral serta minuman probiotik bagi pencernaan Sapi. Dari panen tanaman Sorgum diperoleh daun, dari pemerasan batang Sorgum diperoleh Bagase atau Ampas Batang Sorgum, semuanya bisa dijadikan pakan bagi Sapi. Daun dan bagase dari Sorgum ini merupakan bahan pakan yang lebih baik dari pada HMT lainnya, karena kandungan proteinnya yang lebih tinggi. Sehingga kalau diberikan ke Sapi maka memberikan pertumbuhan daging dan produktifitas daging yang lebih banyak.

Berapa keperluan pakan harian untuk Sapi? Sapi memerlukan HMT sekitar 10 % dari bobot badannya. Kalau dihitung rata-rata berat Sapi 250 kg per ekor berarti dibutuhkan pakan HMT sekitar 25 kg per ekor per hari. Dalam setiap hektar Sorgum yang dipanen akan menghasilkan daun sekitar 40 ton/hektar/musim. Kalau mengikuti asumsi di atas, kita akan memanen 0,04 – 0,05 hektar Sorgum, berarti akan memanen daun Sorgum sebanyak 40 ton/hektar x 0,04 hektar/hari = 1,6 ton/hari atau 1.600 kg/hari. Berarti ada 64 ekor Sapi yang bisa dipelihara (1600 kg/hari : 25 kg/hari/ekor = 64 ekor), dengan 4,4 sampai 5,5 hektar. Berarti dalam setiap hitungan per hektar Sorgum dapat dipelihara Sapi sejumlah maksimal 11 - 14 ekor, kita asumsikan saja sebanyak 10 ekor Sapi.  

Kalau mengikuti kapasitas mesin PBE 1000 liter/hari, maka lahan Sorgum yang ditanam sekitar 55 – 68 hektar, katakanlah 50 hektar, berarti dengan asumsi 10 ekor Sapi per hektar maka ternak Sapi yang bisa dipelihara ada 500 ekor. Jadi angka asumsi sementara dengan kapasitas PBE 1000 liter/hari, dengan sekitar 50 hektar Sorgum dan ternak Sapi sekitar 500 ekor.

Sapi dalam hal ini memanfaatkan produk sampingan dari pada tanaman Sorgum berupa daun dan bagase batang Sorgum. Namun Sapi juga sekaligus akan menghasilkan bahan pangan berupa daging, menghasilkan juga bahan baku pupukdan bahan baku pestisida organik yang hebat, aneka enzime dan ZPT alami yang hebat bagi tanaman Aren dan Sorgum sekaligus. Sinergi keterpaduan usaha antara Aren, Sorgum dan ternak Sapi ini sangat meminimalkan input sarana produksi dari luar, dengan demikian akan berperan mengefisienkan biaya-biaya produksi untuk kebun Aren dan pertanaman Sorgum. Dengan demikian produk-produk yang dihasilkan, yaitu Gula Aren, Bioethanol, dan produk turunan lainnya akan dapat berdayasaing karena sistem usahanya sangat efisien. (bersambung).

Senin, 01 Desember 2008

Foto-foto benih kecambah Aren

Buah Aren dari yang muda untuk kolang-kaling,

buah tua warna sudah kuning, biji dan bibit mini cabutan


Perkembangan Aren dari biji sampai berkecambah


Kecambah benih Aren dengan stolon yang gemuk dan segar


Kumpulan benih kecambah Aren


Benih kecambah yang sehat dan segar siap dibibitkan di polibag


Minggu, 23 November 2008

Bibit Aren di Persemaian Nunukan Kaltim

Pembibitan Aren di Persemaian Nunukan Kaltim

Pak Daeng Lao dengan bibit Aren umur sekitar 2 bulan


Pak Daeng Lao dengan bibit Aren umur sekitar 4-6 bulan


Bibit Aren tahan banting meski lahan habis tergenang banjir


Bapak Ir. Purwanto, M.M.  Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Timur sedang memperhatikan bibit Aren di Persemaian Bibit Aren Nunukan


Bibit Aren yang berumur antara 4 - 6 bulan

Kamis, 20 November 2008

MENCARI INDUK POHON AREN YANG UNGGUL


Gambar-gambar penyiapan pengiriman bibit jarak jauh.


Bibit sebelum dikirim dicuci dulu, dilembabkan, dicelup di larutan fungisida, kemudian dibilas dan dicelupkan lagi dalam larutan nutrisi untuk masa pengiriman selama 4-7 hari.

MENCARI INDUK POHON AREN YANG UNGGUL


Oleh Dian Kusumanto

Ada kriteria unggul yang diinginkan oleh para penyadap nira Aren. Mungkin bisa agak berbeda dengan kriteria unggul yang diinginkan oleh perusahaan perkebunan Aren. Lalu kriteria mana yang akan kita pergunakan. Ya semuanya lah biar unggulnya bisa diakui oleh para penyadap sekaligus oleh perusahaan perkebunan. Oke, kalau begitu kita mulai saja dengan kriteria keunggulan yang diingini oleh para petani pemilik sekaligus sebagai penyadapnya yang memang menginginkan produksi air niranya yang unggul.

Mungkin Pak Sarman untuk sementara kita anggap bisa mewakili para petani pekebun Aren. Karena pengalamannya yang cukup panjang yang digelutinya setiap hari, maka pendapatnya bisa dijadikan referensi yang rasanya lebih alami dan apa adanya.  

Pertama. Tanaman Aren yang unggul syaratnya yang pertama adalah yang mudah disadap. Kalau susah disadap berarti pekerjaan yang rutin ini terasa akan menjengkelkan dan menyusahkan. Pohon Aren yang mudah disadap biasanya ditandai dengan tangkai tandan buahnya terasa agak lunak atau tidak terlalu keras, sehingga akan lebih mudah disayat.  

Tanda yang lain biasanya adalah kalau pokok batangnya disayat atau dilubangi sedikit saja sudah dapat mengeluarkan air nira. Itu berarti pohon Aren itu mudah disadap dan mudah mengeluarkan nira. Nantinya, kegiatan rutin penyayatan atau pengirisan ini dilakukan 2 (dua) kali sehari pagi dan sore, maka kalau tandannya keras dan sulit disayat akan sangat berpengaruh pada kenyamanan pekerjaan harian ini.  

Kerasnya tangkai tandan bunga bisa jadi disebabkan karena faktor genetis, artinya ada faktor keturunan dari nenek moyangnya. Namun mungkin juga karena faktor fisiologis biologis yang dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Kandungan unsur hara dan tingkat kemasaman tanah bisa sangat berpengaruh pada tingkat kekerasan tangkai tandan. Kelunakan jaringan tanaman biasanya sangat dipengaruhi oleh tersedianya secara cukup unsur N dan P tanah, yang mana ketersediaan dan tingkat absorsi oleh tanaman juga dipengaruhi oleh faktor fisik dan kemis tanah.

Kedua. Biasanya pokok batangnya besar dan tinggi dengan daunnya yang hijau lebat meskipun dia agak terlindung oleh pepohonan yang lain. Barangkali sifat ini dipengaruhi oleh tingkat respon tanaman terhadap hara disekitarnya. Kalau tanah tempat tumbuhnya subur dengan keadaan fisik dan kimia tanah yang normal, maka tanaman yang memang unggul juga akan tumbuh dengan batang yang besar dan pohon yang tinggi menjulang. Ada juga pohon yang meninggi karena pengaruh kurang cahaya matahari pada saat pertumbuhannya atau sering disebut sebagai etiolasi. Namun biasanya pohon yang mengalami etiolasi pokok batangnya agak kecil dengan ruas-ruas buku batangnya yang agak memanjang.  

Respon tanaman yang baik terhadap pemupukan akan menjadi kriteria bagi perusahaan perkebunan, karena nanti akan dilakukan pemupukan dan pemeliharaan yang intensif, sebagaimana sistem budidaya pada tanaman perkebunan yang lain. Berbeda dengan kondisi kebiasaan petani Aren kita sekarang ini yang tidak pernah melakukan pemupukan. Yang biasa dilakukan petani biasanya hanya membersihkan lingkungan di sekitar pohon Aren dari pohon-pohon lain yang melindunginya.

Ketiga. Tandannya berukuran besar dan panjang. Sebab ini berpengaruh pada banyaknya dan lamanya frekuensi penyadapan serta banyaknya nira yang bisa dikumpulkan. Tangkai yang panjang bisa disadap sampai dengan 7 bulan, tergantung dari keahlian dan kesabaran cara mengiris tangkai tandan dari penyadapnya. Tangkai tandan yang besar mempengaruhi banyaknya nira yang mengalir. Sehingga kalau tangkai tandan bunga ini selain besar juga panjang, maka hasil nira yang dihasilkan juga akan banyak volumenya dan periode penyadapannya akan lama. Oleh karena itu pohon yang unggul adalah pohon yang produksi niranya juga tinggi.

Semakin tipis sayatan atau irisan akan semakin lama pula tangkai tandan bisa mengeluarkan air nira. “Kalau bisa sayatannya setipis kertas”, kata Pak Sarman. Sayatan tipis sebenarnya hanya untuk menghilangkan jaringan pembuluh tapis tanaman yang tersumbat akibat dari pengaruh oksidasi atau bersentuhan dengan udara luar.  
Oksidasi yang terjadi menyebabkan browning (pencoklatan) pada jaringan terluar pembuluh yang teriris dan berhubungan dengan udara bebas.  

Apakah ada cara untuk menghambat proses tertutupnya pembuluh atau saluran kapiler nira ini? Barangkali dengan cara membuat vacum pada permukaan jaringan yang terbuka karena disayat atau diiris, tapi bagaimana caranya? Atau membuat alat pengiris yang dapat mengiris tangkai tandan itu setipis mungkin. Atau kombinasi antara alat vacum sekaligus dengan pisau pengirisan yang tipis. Mungkin nanti akan dibahas pada tulisan yang lain. InsyaAllah!

Keempat. Masa produksi panjang dan masa istirahat berproduksi pendek. Menurut beberapa petani yang ditemui penulis, sepertinya ada hubungan antara besarnya diameter batang pohon Aren dengan masa produksi dan masa istirahatnya. Pohon yang berbatang kecil biasanya tangkai tandan bunganya juga kecil dan pendek. Kalau tandannya pendek berarti masa produksi atau panen pendek, sedang masa istirahatnya lebih panjang.  

Kalau pohonnya besar biasanya akan mengeluarkan tangkai tandan bunga yang lebih besar dan panjang, sehingga masa sadapnya menjadi lebih lama dan masa istirahat atau masa menunggu munculnya tangkai tandan bunga yang siap disadap lebih pendek. Hal ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh tingkat keahlian cara mengiris dari para penyadapnya serta tingkat kemudahan atau kelunakan tangkai tandan yang diiris.

Kelima. Perlakuan pemukulan untuk merangsang keluarnya nira tidak terlalu lama. Sebab ada pohon yang agak susah dan lama mengeluarkan air nira meskipun sudah dilakukan perlakuan pemukulan, dan perlakuan lainnya. Namun ada jenis pohon Aren yang gampang sekali mengeluarkan meskipun perlakuan pemukulannya belum terlalu lama. Respon terhadap perlakuan pemukulan perangsangan keluarnya air nira memang bisa tidak sama di berbagai tempat, sehingga ada kemungkinan di daerah yang pohon Arennya berkembang dan dimanfaatkan adalah yang gampang merespon perangsangan.  

Ada juga daerah yang banyak pohon Arennya namun penyadapnya kurang, mungkin disebabkan juga karena pohon sulit dirangsang dan sulit mengeluarkan nira. Namun ada juga yang sebaliknya, yaitu ada daerah yang banyak pohonnya banyak juga yang menyadap, hampir semua pohon dimanfaatkan.  

Perlakuan pemukulan ini sebenarnya bertujuan untuk merangsang terbukanya saluran kapiler, saluran menjadi longgar dan mampu di lewati air nira mulai dari pangkal tangkai tandan bunganya sampai ke ujungnya. Pemukulan dilakukan dengan bantuan alat pemukul dengan bentuk yang khas dan terbuat dari bahan kayu-kayuan tertentu. Alat pemukul ini cukup untuk memberi getaran-getaran tetapi tidak melukai atau membuat kulit tangkai tandan bunga menjadi seperti memar-memar.  

Ada juga petani yang selain melakukan pemukulan-pemukulan juga melakukan gerakan-gerakan pada tangkai tandan dengan arah ke kanan dan kekiri, ke atas dan ke bawah dengan berulang-ulang. Namun cara menggerakkan tangkai tandan tadi dilakukan agak lembut dan pelan dengan segenap perasaan dan pengharapan.  

Pada perkebunan besar bisa saja pekerjaan pemukulan dan perlakuan lain untuk merangsang keluarnya nira ini akan digantikan dengan alat khusus. Barangkali alat itu seperti alat getar untuk pemijatan yang dipasang pada tangkai tandan, yang secara periodik digetarkan sehingga seperti melakukan pemukulan ringan yang berulang-ulang. Alat ini juga bisa menggerakkan tangkai tandan ini atau meliukkan ke kanan dan ke kiri ke atas dan ke bawah. Bagaimana dengan listriknya? Mungkin menggunakan baterai saja.  

Perangsangan memang selalu dilakukan untuk setiap tangkai tandan bunga baru yang akan dipungut air niranya. Jadi frequensi perangsangan tangkai tandan ini mengikuti jumlah tandan yang keluar. Kalau dalam setahun rata-rata setiap pohon akan mengeluarkan tangkai tandan sebanyak 2-5 tandan. Jadi dalam setiap hektarnya dengan populasi tanaman 200 pohon, maka akan dilakukan perangsangan tangkai tandan pohon sebanyak 400 sampai 1000 kali/tahun/hektar. Angka yang besar sekali, apalagi kalau luasan kebunnya mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan hektar. Maka penciptaan alat untuk merangsang tangkai tandan bunga menjadi suatu yang strategis dalam pengembangan Aren skala luas.

Keunggulan pertama sampai dengan kelima adalah untuk pohon Aren yang diharapkan dalam produksi air niranya. Namun sebenarnya tanaman Aren juga bisa diharapkan dari hasil lainnya seperti ijuknya, kolang-kalingnya, sagunya, lidinya, dan lain-lainnya.

Mungkin ada lagi kriteria unggul yang lainnya, bagaimana menurut Anda?  

Bibit mini dibungkus dengan koran yang lembab.  Bibit akan tetap segar dan sehat bila tetap tertutup atau kedap, selalu lembab dan tidak kena angin atau cahaya matahari langsung.

Bibit mini ini berumur antara 2-4 bulan dari mulai kecambah. Dibungkus dengan koran yang berlapis agar kuat dan tetap segar selama pengiriman antara 4-7 hari.

Bibit mini dikemas dan dikirimkan dengan paket kiriman TIKI 

Senin, 03 November 2008

MENUJU SISTEM AGRIBISNIS AREN INDONESIA (SAAI) YANG EFEKTIF

MENUJU SISTEM AGRIBISNIS AREN INDONESIA (SAAI) YANG EFEKTIF
Oleh : Dian Kusumanto

Di dunia agribisnis kelapa sawit dikenal Sistem Agribisnis Kelapa Sawit Indonesia (SAKSI) dengan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) sebagai lokomotifnya. SAKSI idealnya adalah sebagai suatu sistem besar yang mengontrol arah pengembangan agribisnis kelapa sawit Indonesia saat ini. DMSI dengan mekanisme SAKSI idealnya dapat mengarahkan bisnis kelapa sawit Indonesia menjadi bisnis yang mampu menyejahterakan bangsa secara berkelanjutan (sustainable).

Belajar dari skema pengembangan komoditi kelapa sawit maka untuk pengembangan Aren adalah dengan skema Sistem Agribisnis Aren Indonesia (SAAI) yang dilokomotifi oleh Dewan Aren Indonesia (DAI) atau dengan nama Dewan Aren Nasional Indonesia (DANI). Tulisan terdahulu yang diusulkan adalah Dewan Aren Nasional (DAN), tapi apalah arti sebuah nama apakah DAN, DAI atau DANI, boleh-boleh saja, yang penting nanti adalah aksi-aksinya dalam membangun sistem agribisnis Aren berkembang dengan baik yang mampu menyejahterakan seluruh yang terlibat di dalamnya maupun dapat menyejahterakan bangsa Indonesia secara berkelanjutan.

Bagaimana model dari SAAI sebagai organisasi yang mampu mengarahkan agribisnis Aren menuju keunggulannya, maka pembentukan Dewan komoditas seperti DANI, DAI atau DAN sebagaimana amanat Undang-undang Perkebunan, perlu dibentuk lebih dulu. Perumusan SAAI mengarahkan agribisnis Aren mampu berkembang menghadapi dinamika perubahan lingkungan bisnis nasional, regional dan global yang berkelanjutan (sustainble), selanjutnya dapat mengentaskan kemiskinan dan permasalahan ekonomi lainnya di Indonesia, sehingga agribisnis Aren dapat menjadi penghela ekonomi nasional yang menyejahterakan para pelakunya.

Siapa saja yang seharusnya terlibat dalam Dewan Aren Nasional Indonesia (DANI)? (Sepertinya nama DANI lebih keren ya?! Oke selanjutnya kita pakai DANI saja). Idealnya seluruh stake holder dapat dilibatkan secara proporsional. Untuk efektivitas organisasi diperlukan tintervensi pada tingkat organisasi dengan melibatkan tiga pilar utama yang dinamakan ABG (academician, businessman dan government). ABG ini akan melaksanakan berbagai skema aksi yang masing-masing terpadu sehingga secara simultan mengarahkan pembangunan dan pengembangan agribisnis Aren ke GOAL atau tujuan yang diharapkan bersama.

Menyitir paparan Bapak Iyung Pahan dalam bukunya Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir, berbagai program yang dilaksanakan oleh triparted ABG itu ada 8 (delapan) skema aksi yang disebut sebagai 8P. Yang dimaksud 8 P itu adalah Program, Politik, People, Planet, Profit, Pengelolaan, Pemasaran dan Penelitian.

Government (pemerintah) berperan dalam skema aksi antara lain : Politik, People, Planet dan Profit yang dikemas dengan berbagai Program. Academician (akademisi atau Perguruan Tinggi) memfokuskan diri pada skema aksi Penelitian Aren. Sedangkan Businessman (Pengusaha, Pekebun, Petani, Pedagang, Koperasi) melaksanakan skema aksi Pengelolaan dan Pemasaran. Semua pelaku (ABG) ini akan bersama-sama patuh dalam skema aksi masing-masing dalam suatu Sistem Agribisnis Aren Indonesia (SAAI).

Ibarat suatu permainan musik dalam orkestra, maka simfoni suara alat musik yang dimainkan oleh para pemain musik mengalun mengikuti aransemen yang diciptakan oleh aranger yang sangat piawi dan profesional. Aranger dalam orkestra agribisnis Aren ini adalah DANI sedangkan aransemennya adalah SAAI. Pemain-pemain musiknya adalah para stake holder yang terlibat dalam komposisi ABG tadi, yang memainkan aransemen dengan pimpinan Sang Aranger.

Simfoni indah itu adalah agribisnis Aren yang mandiri, berdaya saing dan maju. Untuk dapat mandiri, berdaya saing dan maju, maka sistem yang dikembangkan harus dapat mengelola berbagai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dari Agribisnis Aren ini. Bagaimana mengelola keunggulan-keunggulan Aren ini? Maka, ibarat intan maka untuk mencapai keindahan dan nilainya yang tinggi perlu diasah, dipoles, digosok sampai gemerlap.

Bagaimana menurut Anda, wahai Aren mania?

PROSPEK AREN DI TENGAH GONJANG GANJING KELAPA SAWIT

PROSPEK AREN DI TENGAH GONJANG GANJING KELAPA SAWIT

Oleh : Dian Kusumanto

Gejolak ekonomi global sedang terjadi. Mulanya adalah dari krisis keuangan lembaga bisnis perumahan di Amerika Serikat. Krisis yang sebenarnya hanya terjadi lokal di Amerika tersebut rupanya semacam fenomena gunung es. Yang sebenarnya terjadi adalah telah menurunnya ekonomi di Amerika Serikat paska era arogansinya sebagai polisi dunia, sehingga mempengaruhi kemampuan pembayaran kredit perumahan. Perusahaan perumahan adalah salah satu dari sekian banyak ‘gunung es’ yang muncul dahulu pada saat es atau salju penutupnya mulai mencair.

Kenapa efek tersebut sampai kepada bisnis kelapa sawit? Sebenarnya tidak hanya kelapa sawit yang terkena dampaknya tapi sangat luas, hanya di Indonesia kelapa sawit termasuk komoditi perkebunan yang paling menonjol, sehingga bisnis kelapa sawit menjadi korban imbas krisis yang paling besar.

Gonjang ganjing harga kelapa sawit ibarat kejadian atau fenomena tsunami yang terjadi pada Desember 2006 yang lalu. Pada awal gejala tsunami, air laut di pantai mengalami surut yang sangat jauh namun kemudian air laut itu kembali lagi tidak hanya ke bibir pantai tapi sampai jauh ke daratan. Semula keadaan harga sawit berangsur naik-naik terus sampai sangat tinggi dalam beberapa bulan, namun kemudian pada saat terjadinya krisis global sekarang ini harganya menurun. Menurunnya harga ini melampaui harga semula ‘bibir pantai’ , bahkan jatuh sampai sangat rendah seperti sekarang ini.

Pada saat semua orang tercengang dengan keadaan bisnis kelapa sawit banyak orang latah untuk ikut menanam atau berinvestasi. Jadi sifat emosional para pebisnis kita terpancing nalurinya untuk berbondong-bondong “berkelapa sawit ria”. Sayang naluri yang didasari sifat emosional dan ‘latah’ ini kemudian dikecewakan oleh tsunami harga kelapa sawit. Harusnya para investor bisa berhitung dan menghitung prospek, arah trend bisnis, dan potensi suatu komoditi berdasarkan perhitungan dan asumsi yang teruji dan akurat. Kalau berhitung dengan prospek, arah trend dan potensi suatu komoditi barangkali sikap emosional dan latah itu tidak banyak mengecewakan.

Kalau diperbandingkan antara kelapa sawit dengan Aren, maka sebenarnya Aren juga memiliki kelebihan-kelebihan dan keunggulan yang bisa mengalahkan kelapa sawit. Untuk menjadi komoditi utama program pengembangan komoditi perkebunan oleh swasta dan pemerintah di Indonesia, Aren mempunyai peluang yang sangat besar. Namun kenapa itu belum terjadi, beberapa alasannya sudah pernah diulas pada tulisan-tulisan yang lalu. Kelebihan dan keunggulan antara komoditi Aren dan kelapa sawit dalam hitungan bisnis masa depan disajikan berikut ini.

Persaingan komoditi dunia

Kelapa sawit termasuk komoditi bahan industri minyak nabati dan biofuel (biodiesel) yang dapat menyaingi peran kedele dan kacang tanah di Amerika, bunga matahari dan canola di Eropa, kelapa di Amerika Latin, Afrika dan beberapa negara Asia Selatan. Industri kelapa sawit pernah diserang oleh berbagai isu bahaya kesehatan tubuh (kanker) dari minyak sawit, isu lingkungan hidup, penebangan hutan atau gerakan eco labeling, dsb. Penyerangan dengan berbagai isu itu layaknya black campaign dari para pesaingnya seperti industri minyak kedelai, kacang tanah, minyak kelapa.

Kelapa sawit memang tidak salah menjadi pilihan pengembangan komoditi penghasil minyak yang diandalkan, sebab produktifitasnya yang sangat tinggi dibanding dengan komoditas penghasil minyak lainnya. Kelapa sawit ternyata memiliki berbagai keunggulan ekonomi yang cukup tinggi dan dengan dampak ekonomi yang sangat luas. Tabel di bawah ini membandingkan potensi produktivitas minyak nabati dari beberapa jenis tanaman dengan kelapa sawit.

Jenis tanaman -------------Produktifitas (kg/hektar/tahun)

Kelapa Sawit (+ inti) -------2.500 – 5.000 (sampai 6.000)
Kelapa --------------------- 600 – 1.500
Zaitun --------------------- 500 – 1.000
Jarak Pagar ---------------1.000 – 3.000
Bijan/ Wijen --------------- 340 – 1.000
Kacang tanah -------------- 340 – 440
Kedelai -------------------- 230 – 400
Rape ---------------------- 300 – 600
Safflower ------------------ 550 – 800
Bunga matahari ----------- 280 – 700

Dari tabel di atas terlihat kelapa sawit memiliki produktifitas paling tinggi diantara tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Oleh karena itu pantas kalau dulu menjadi andalan pilihan komoditas perkebunan yang mengalahkan jenis tanaman lainnya. Demikian juga dalam era bioenergi sekarang ini, kelapa sawit memiliki potensi untuk bahan baku biodiesel yang cukup besar. Bahkan pilihan kepada kelapa sawit ini juga didasari karena indutri hulunya yang sangat luas yaitu industri oleo pangan, oleo kimia, industri barang jadi sampai dengan industri bioenergi.

Sebenarnya produk kelapa sawit sangat fleksibel pada industri hilirnya. Namun sayang, di Indonesia industri hilir kelapa sawit masih belum sehebat hasil CPOnya, sehingga nilai tambahnya belum sehebat yang dirasakan oleh negeri tetangga kita, meskipun jumlah produksi CPOnya sama atau bahkan sudah lebih besar. Inilah yang mungkin menyebabkan gonjang-ganjing harga terjadi. CPO adalah barang ekspor untuk bahan mentah untuk berbagai industri hilir di luar negeri. Indonesia sangat terpengaruh oleh keadaan industri pengolahan CPO di luar negeri, krisis ekonomi menyebabkan permintaan CPO menurun drastis, maka berakibat pada harga CPO yang merosot tajam.

Barangkali kondisi gejolak harga tidak akan terlalu parah seandainya CPO itu lebih banyak diolah di dalam negeri. Tumbuhnya industri besar dan industri menengah dan kecil di bidang pengolahan TBS dan CPO (industri Oleo pangan, Oleo Industri, Industri berbahan baku oleo kelapa sawit sampai dengan industri bio energi), akan mengungkit produktifitas dan aktifitas ekonomi riil yang berdampak sangat luas. Namun sayang keadaan itu belum seluruhnya terjadi di daerah-daerah penghasil minyak kelapa sawit di Indonesia. Harusnya palm oil cluster industry muncul di mana-mana sentra perkebunan kelapa sawit itu berada.

Belajar dari kekurangan-kekurangan pada program pengembangan komoditi kelapa sawit di atas, menjadi pelajaran untuk program pengembangan Aren di berbagai daerah se Indonesia. Artinya Aren cluster industry harus menyatu dalam pengembangan perkebunan Aren. Dalam sekala kecil pun seharusnya kita juga mengarahkan perkebunan Aren berkembang diiringi dengan industri pengolahan Aren terpadu. Harus ada alur proses dan alur kemitraan dari perkebunan yang dikelola masyarakat, pekebun kecil dan menengah dengan industri pengolahan yang berskala kecil, menengah sampai besar.

Justru disinilah peran pemerintah di Pusat sampai di daerah-daerah, yaitu memayungi seluruh stake holder dalam skema kebersamaa dalam menghadapi situasi pasar global. Jangan sampai terjadi, bahwa pemerintah daerah sampai pusat malah yang membuat kesalahan-kesalahan yang menyebabkan iklim investasi komoditas dengan regulasi-regulasi yang kontra produktif.

Bagaimana peran dan potensi Aren?

Di beberapa tulisan terdahulu potensi ekonomi Aren sudah banyak ditulis, bahkan potensinya dapat mengungguli berbagai komoditi sejenis lainnya, bahkan mengungguli komoditi kelapa sawit. Kelapa sawit bisa jadi paling unggul dibandingkan komoditi sejenisnya (seperti tabel di atas). Namun bagaimana kalau dibandingkan dengan Aren? Mari kita hitung dimana keunggulan-keunggulan potensial dari Aren dibandingkan kelapa sawit.

Tabel jenis komoditi, hasil olahan, produktifitas (per hektar per tahun) dan nilai devisa yang dihasilkan.

Komoditi ---------Hasil Olahan --Provitas (/ha/th) --Harga (Rp/kg) --Nilai (Rp/ha/th)

Kelapa Sawit -----TBS ------------15 – 25 ton ------------1.000 -------------15 – 25 juta
----------------------------------------------------------------- 750 --------------11,25 – 18,75 juta
------------------------------------------------------------------500 --------------7,5 – 12,5 juta
----------------------CPO ------------3 – 5 ton --------------6.000 -------------18 – 30 juta
----------------------------------------------------------------4.000 -------------12 – 20 juta
----------------------------------------------------------------3.000 --------------9 - 15 juta
----------------------------------------------------------------2.000 --------------6 - 10 juta

--------------------Biodiesel --------3 – 5 ton -------------4.000 -------------12 – 20 juta
----------------------------------------------------------------5.000 -------------15 – 25 juta
----------------------------------------------------------------6.000 -------------18 – 30 juta

Aren -------------Gula Aren -------36 – 72 ton ----------4.000 -------------124 – 248 juta
------------------(Gula Putih) ----------------------------- 5.000 -------------180 – 360 juta
---------------------------------------------------------------- 8.000 ------------248 - 496 juta
---------------------------------------------------------------10.000 ------------360 – 720 juta
------------------Bioethanol -------21,6 – 43,2 ton ------- 6.000 ------------129,6 – 259,2 juta
---------------------------------------------------------------- 8.000 ------------172,8 – 345,6 juta
--------------------------------------------------------------- 10.000 ----------- 216 - 432 juta
--------------------------------------------------------------- 12.000 ----------- 259,2 – 518,4 juta



Di lihat dari estimasi potensi hasil devisa dari tabel di atas, maka pada hitungan yang paling rendah di Aren dibandingkan yang paling tinggi di kelapa sawit, keunggulan Aren masih jauh lebih besar. Potensi hasil nilai rupiah kelapa sawit tertinggi adalah Rp 30 juta/ha/tahun, sedangkan Aren pada nilai terendah Rp 124 juta/ha/tahun. Bisa dikatakan perbandingan nilainya adalah 1 berbanding 4, kelapa sawit 1 dan Aren 4. Jadi Aren punya potensi ekonomi paling rendah adalah 4 kali lipatnya kelapa sawit. Kalau dibandingkan dengan nilai tertinggi Aren yang mencapai Rp 518 juta, maka angka perbandingannya menjadi 1 : 17, artinya keunggulan Aren adalah 17 kali lipatnya kelapa sawit.

Angka-angka di atas masih bisa disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi sebenarnya, artinya fluktuasi nilai kelipatan itu bisa sangat bervariasi. Silakan disesuaikan dengan angka-angka asumsi yang berlaku pada keadaan lainnya. Namun yang jelas prospek Aren terbukti masih lebih unggul dinilai dari potensi hasil dengan asumsi-asumsi sementara yang terjadi sekarang ini. Tetapi bagaimana kalau kondisinya sudah berubah.

Pada saat Aren sudah berkembang dengan pesatnya nanti, mungkin pada hitungan 10 sampai 15 tahun lagi, pada saat perkebunan Aren sudah mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu hektar. Nanti komoditi Aren akan bersaing dengan komoditi lain di pasar dunia. Industri gula dunia akan mengalami pergolakan dan dinamika yang cukup hebat. Aren sebagai komoditi penghasil gula paling potensial akan bersaing dengan komoditi tebu, jagung, bit, ubi-ubian, sorgum, dll.

Gula dari Aren akan bersaing dengan gula dari tebu, gula dari jagung, dari bit, gula dari ubi-ubian dan sorgum. Dalam kancah persaingan yang ketat, maka faktor efesiensi dan komparasi nilai lebih suatu produk akan membantu kekuatan dalam persaingan. Campur tangan politik global juga akan mewarnai kompetisi ini, namun pemenangnya pasti yang mempunyai keunggulan komparatif di berbagai hal. Oleh karena itu skema pengembangan Aren harus juga memberi trend kepada arah keunggulan komparatif itu. Artinya semua pihak yang terlibat (seluruh stake holder) pada komoditi Aren ini harus bersatu padu untuk membangun keunggulan komparatif ini.

Artinya pengembangan Aren dari awalnya haruslah dikontrol sedemikian rupa agar tetap dalam skema kerja pengembangan dan pembangunan yang mengarah pada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif secara global. Seandainya nanti akan terjadi tsunami ekonomi global, dengan berbagai keunggulannya bisnis Aren tidak akan terpuruk seperti keadaan bisnis kelapa sawit sekarang ini. Oleh karenanya Dewan Aren Nasional diharapkan bisa menjadi lokomotif penggerak pengembangan Aren menuju keunggulannya.

Bagaimana menurut Anda?