Oleh : Dian Kusumanto
Seperti sudah dipaparkan pada postingan Bulan Desember tahun lalu, maka pada awal tahun 2009 ini penulis akan melanjutkan pembahasan tentang sistem pemupukan pada Aren dengan metode SIMO (Sistem Injeksi Mikroba dan Oksigen). Sistem pemupukan ini akan berorientasi organik, murah namun sangat efektif dan berkelanjutan, yang tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan petani sebesar-besarnya.
SIMO sebenarnya sangat identik dengan BIOPORI yang diperkenalkan oleh Bapak Kamir R. Brata dari Bogor. Namun dalam teknologi BIOPORI belum banyak dijelaskan aplikasi untuk aspek budidaya tanamannya, apalagi khusus untuk Aren dan tanaman tahunan lainnya. BIOPORI sepertinya terinspirasi dari masalah banjir yang sering melanda kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, yang daerah resapan air permukaan air hujan semakin berkurang.
Sedangkan SIMO lahir karena penulis terinspirasi dari kondisi lahan yang ada di Kalimantan, dimana lapisan olah atau lapisan tanah perakaran tanaman relatif tipis. Lapisan tanah perakaran yang relatif tipis ini disebabkan oleh proses pembentukan tanah itu sendiri serta oleh keadaan yang menjejasnya secara terus menerus. Maka yang terjadi adalah semakin dalam lapisan tanah itu berada maka semakin masam reaksi tanahnya, atau pHnya semakin rendah. Bahkan, semakin ke dalam lapisan tanahnya semakin bersifat toxic bagi akar tanaman, maka akibatnya sistem perakaran tanaman kurang berkembang. Akibatnya perkembangan akar relatif dangkal dan terbatas.
Penyebaran akar yang terbatas karena cekaman keadaan tanah di perakaran tanaman yang tidak kondusif menyebabkan akar tidak berkembang, ketersediaan unsur hara yang siap pakai juga sangat terbatas. Dengan demikian jangkauan akar untuk dapat menyerap unsur hara yang sudah ada di tanah tidak luas, sehingga dengan demikian unsur-unsur yang dapat diserap tanah juga relatif sedikit.
Untuk memperbaiki keadaan tanah dan lapisan tanah di bawahnya agar keadaannya bisa seperti dengan lapisan olah permukaan, maka perlu dilakukan injeksi atau pengeboran. Ke dalam tanah dimasukkan mikroba dan oksigen hingga lapisan tanah lebih dalam sedalam daerah sebaran akar. Mikroba dan oksigen akan membuat kondisi tanah-tanah menjadi hidup kembali dengan reaksi yang sehat, sehingga tanah secara alami akan terus-menerus merilis (menghasilkan) unsur-unsur hara hasil dari dekomposisi yang relatif sempurna karena adanya mikroba dan oksigen yang cukup.
Bagaimana caranya membuat pupuk SIMO yang hebat ? Pada dasarnya pembuatan pupuk SIMO sama saja dengan pembuatan pupuk organik cair lainnya. Namun yang dikembangkan untuk Teknologi SIMO ini lebih sederhana, lebih fleksibel karena bisa disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Alat dan Bahan-bahannya bisa fleksibel dan dibuat sendiri oleh petani dengan cara yang sederhana. Mudahan nanti penulis dapat meyajikan pada tulisan yang akan datang, Insya Allah.
Apa efek atau pengaruh yang diharap dari Teknologi SIMO pada Aren?
• Daerah perakaran Aren terdalam akan kaya mikroba dan cukup kandungan Oksigen terlarutnya.
• Reaksi tanah bagian lapisan dalam menjadi netral, terjadi perombakan Bahan Organik tanah yang lebih sempurna.
• KTK (kapasitas tukar kation) akan lebih baik. Unsur hara akan cukup tersedia pada daerah perakaran yang lebih dalam.
• Akar Aren lebih berkembang, penyerapan unsur hara lebih lancar dan lebih banyak, sehingga kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi.
• Tanaman Aren akan tumbuh dengan normal dan lebih sehat, batangnya lebih besar, daun lebih lebat dan segar. Perkembangan dan pertumbuhan tanaman terjadi normal dan akan memunculkan seluruh potensinya secara lebih sempurna.
• Setiap ketiak daun akan mengeluarkan tandan bunga tepat pada waktunya dan semakin minimal calon tunas tandan yang gagal muncul, karena seluruhnya bisa muncul tepat pada waktunya. Oleh karena itu potensi jumlah tandan bunga akan semakin tinggi, karena perakaran berkembang secara normal dan sehat dan tersedianya hara yang cukup di dalam tanah. Inisiasi setiap calon tandan dengan energi yang cukup pada tanaman akan meminimalkan kemungkinan kegagalan inisiasi calon tandan. Bahkan seluruh calon tandan akan bisa muncul semua sesuai dengan potensinya.
• Pertumbuhan dan perkembangan tandan ditopang oleh fisik batang yang kokoh dan besar dan daun yang lebat dan hijau segar. Maka tangkai tandan akan memiliki ukuran diameter yang besar dan ukuran panjang yang sempurna. Tandan yang besar dan panjang adalah jaminan produksi yang sangat penting bagi tanaman Aren. Sebab penyadapan nira Aren dapat dilakukan lebih lama (bisa sampai 6 bulan).
• Frekuensi penyadapan setiap tandan bunga akan lebih lama, penyadapan tandan akan susul menyusul pada setiap pohon dan bahkan tidak ada masa pohon istirahat produksi. Jadi hampir seluruh pohon dapat disadap sepanjang tahun setiap hari. Dengan demikian setiap pohon bisa menghasilkan nira setiap hari, dan hampir tidak ada waktu istirahat berproduksi.
• Dengan demikian hasil nira Aren lebih banyak dan lebih lama. Produksi Nira bisa maksimal sesuai potensinya, apalagi jika dalam pengelolaan dan pemeliharaan pohon Aren dapat dilakukan dengan benar dan semakin menunjang potensinya yang hebat. Maksud saya, para pekerja penyadap tandan harus dibekali ilmu dan ketrampilan dan kedisiplinan yang cukup untuk taat pada SOP yang diterapkan. SDM para pekerja harus dibina dengan baik, karena pekerjaan yang rutin dan cukup berat ini memerlukan ketangguhan fisik dan mental yang prima dan semangat yang militan.
• Dengan kondisi seperti ini produktifitas Nira pohon Aren bisa sangat maksimal. Masa istirahat menjadi minimal dan produktifitas nira per pohon akan tinggi. Dari populasi kebun Aren 200 pohon per hektar maka apabila hanya 10 % masa istirahat produksi, maka setiap hari akan disadap 180 pohon per hektar. Bila produktifitas per pohonnya bisa mencapai 25 liter setiap hari maka hasil nira dalam setiap hektarnya akan mencapai 4.500 liter nira.
• Dari nira yang dihasilkan setiap hari sebesar 4.500 liter dapat diolah menjadi Bioethanol sebanyak 300 liter (4.500 liter : 15 liter/liter). Kalau diolah menjadi gula akan menjadi gula sebanyak 600 kg/hari/hektar (4.500 liter : 7,5 lter/kg). Nhah...berapa hasil uangnya? Kalau Bioethanol 99.50 % seharga Rp 10.000 per liter maka setiap hari akan menghasilkan nilai produksi sebesar Rp 3 juta (300 liter x Rp 10.000/liter). Sedangkan kalau dibuat gula dengan harga gula Rp 5.000 misalnya, maka akan menghasilkan pendapatan Rp 3 juta per hari (600 kg x Rp 5.000/kg).
• Kalau pendapatan kotor dari setiap hektar bisa mencapai Rp 3 juta setiap hari atau setiap bulan akan mencapai Rp 90 juta/hektar, atau setiap tahun akan mencapai Rp 1.080.000.000,-/hektar (Satu milyard delapan puluh juta rupiah per hektar pe tahun). Inilah potensi Aren yang seperti emas, seperti isyarat Kanjeng Sunan Bonang. Kita yang cucu-cucunya ini baru mengetahuinya setelah ratusan tahun kemudian.
Kalau isyarat Kanjeng Sunan Bonang dapat diterjemahkan dengan teknologi seperti sekarang ini, maka mngkn sejarah bangsa ini tidak seperti sekarang ini. Namun apabila pada era sekarang ini kita juga tidak memanfaatkan peluang emasnya pohon Aren ini, maka kita akan ketinggalan dengan negeri tetangga Malaysia yang sekarang sudah sangat serius mengembangkan Aren. Mereka secara diam-diam mengembangkan Aren secara besar-besaran bahkan sudah memulainya pada era tahun 90-an yang lalu.
Mereka juga mengalihkan perhatian kita pada komoditi lain seperti Jarak dan Sawit. Malaysia sengaja mengalihkan Indonesia pada komoditas lainnya selain Aren, sebab Malaysia mempunyai ambisi yang sangat besar sebagai Pemain Bisnis Aren terbesar dan terkemuka di dunia. Sebab pesaing yang sangat berat bagi mereka adalah Indonesia, hanya Indonesialah yang mempunyai potensi sangat besar untuk bisnis Aren ini.
Akankah Indonesia menjadi pengekor lagi di bisnis Aren ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar