MENUJU BUDAYA INDUSTRI GULA RAKYAT YANG ADIL, MAJU, BERMARTABAT DAN MENSEJAHTERAKAN
Oleh : Dian Kusumanto
Pekerjaan utama seorang perajin gula Aren, gula kelapa adalah memanjat pohon, menyadap tandan bunga Aren atau mayang kelapa dan menampung air nira dan mengolahnya menjadi gula. Kalau diamati, kegiatan yang saling berbahaya dan beresiko tinggi adalah memanjat pohon kelapa. Dalam sehari rata-rata para perajin memanjat 10 -20 pohon Aren atau sekitar 50 pohon kelapa bahkan ada yang sampai 100 pohon kelapa setiap hari 2 kali pagi dan sore. Misalnya sekali saja dia terjatuh, maka bisa jadi dia tidak bisa lagi memanjat seterusnya. Pohon Kelapa yang dipanjat rata-rata sudah sangat tinggi diatas 10 meteran. Resiko yang paling fatal adalah meninggal dunia atau cacat seumur hidup.
Selama ini para perajin belum ada yang dilindungi atau dijamin oleh asuransi. Juragan gula tidak terkait dengan resiko yang dialami oleh para perajin. Juragan gula hanya tahunya membayar jika dia setor gula. Sejak dulu hingga sekarang belum ada perusahaan penampung yang mengasuransikan para pekerjanya ini.
Apalagi jaminan biaya kesehatan bagi keluarganya tentu juga tidak ada. Apabila ada keluarga yang sakit dan perajin dituntut untuk terus memanjat pohon dengan kondisi psikologis sedang merasakan kesedihannya tentu resiko kecelakaan bisa lebih tinggi. Dari sisi ini terlihat bahwa para perajin belum bisa dikatakan sejahtera dan terjamin kehidupan sosialnya.
Hal ini memang tidak mudah untuk merubah tatanan yang sudah ada secara turun menurun. Tatanan sosial pada kerja seperti ini layaknya pola-pola jaman kolonialisme dulu. Dulu jaman tanam paksa, jaman kerja paksa tapi yang sekarang ini jaman terpaksa kerja karena kalau tidak kerja keluarga tidak makan.
Struktur perekonomian seperti ini sebenarnya berpola imperialis, kapitalis yang merupakan praktek-praktek kaum neoliberalisme. Tapi sepertinya hal ini tidak disadari karena dianggap sudah benar, ”sudah adil”, padahal ini tidak manusiawi. Kenapa dikatakan tidak manusiawi?
Para pihak yang menjalankan sistem ini seolah tidak mau peduli dengan ketidak adilan ini, yang penting usaha tetap lancar karena mereka tetap terpaksa bekerja. Jadi energi mereka sebenarnya karena keterpaksaan keadaan. Semangat kerja mereka karena keterpaksaan untuk tetap menghidupi keluarganya, meskipun dengan resiko yang sangat tidak seimbang dengan imbalannya.
Apabila kita melihat kehidupan para perajin dan tingkat penghasilanya sebenarnya bisa kita tingkatkan. Pola sistem usaha yang selama ini berlaku pun kalua kita mau bisa juga kita rubah. Sistem yang selama ini terasa penuh keterpaksaan, bisa kita buat menjadi sistem kerja yang sangat menyenangkan dan membanggakan. Chimistery usaha gula kelapa ini memang harus berubah dengan kondisi usaha yang penuh rasa saling memerlukan, saling menghargai dan saling percaya. Hal ini tejadi karena beberapa hal :
1) Mutu gula kelapa rendah
2) Akibatnya harga gula juga murah
3) Biaya bahan bakar mahal dan semakin mahal
4) Pasar gula kelapa masih sangat terbatas dan belum bersaing
5) Peralatan mengolah gula masih sangat sederhana/ tradisional
6) Masih sering terjadi kecurangan dan kekurangterbukaan di dalam sistem
7) Masih ada perasaan saling tidak adil, saling mencurangi, merasa dirugikan satu sama lain
8) Terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara para pedagang gula, mereka memang tidak bersatu atau disatukan, mereka bekerja sendiri-sendiri
9) Tidak adanya regulasi yang ketat yang melindungi sistem usaha ini,
10) Dll
Lalu siapa saja yang masuk dalam industri gula kelapa rakyat ini .
1) Pemilik pohon
2) Perajin gula (pemanjat dan pengolah)
3) Pedagang pengepul
4) Pedagang besar
5) Pasar/ pabrik
Dalam sistem industri gula kelapa rakyat terdiri dari banyak sub sistem yang terkait, yaitu :
1) Pohon kelapa dan produktifitas nira dari setiap pohon
2) Sub sistem penyadapan
3) Sub sistem penampungan nira di atas pohon
4) Sub sistem penampungan nira di bawah pohon
5) Sub sistem pengolahan yang meliputi :
Teknologi pengolahan
Sub sistem tungku
Sub sistem bahan bakar
Sub sistem alat cetak gula
Sub sistem pengemasan
Sub sistem pengangkutan nira
6) Sub sistem pemasaran.
Mutu gula
Kemasan gula
Harga gula
Volume gula
Pengangkutan gula
Penyimpanan gula
Segmentasi pasar
Oleh karena itu, dalam merubah insustri gula ini menuju industri gula rakyat yang mensejahterakan, yang memberi martabat seluruh sistem terkait, maka harus mempertimbangkan beberapa hal :
1) Suasana kebersamaan dan saling menghormati
2) Sikap saling percaya, amanah, dan kejujuran
3) Saling menyayangi dan saling membantu
4) Menciptakan misi dan visi bersama
5) Menjaga mutu produk dan postise kerja
6) Penghargaan terhadap hasil kerja yang bagus
7) Keterbukaan dan keadilan
8) Menjunjung inovasi-inovasi baru guna efisiensi usaha dan penguatan daya saring produk bersama
9) Saling mengingatkan secara yang terhormat
10) Kebersamaan dalam menghadapi globalisasi dan persaingan dari luar.
Bisa dikatakan ini harus dimulai dengan budaya kinerja yang smart, yang cerdas, unggul, bermartabat dan mulia. Kerja ini semua adalah bagian dari ibadah, untuk kemaslahatan bersama, untuk mencari nafkah keluarga dengan rezki yang halal, untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi bagi konsumen. Harus ditanamkan suatu anggapan bahwa konsumen juga agar menghargai produk gula kelapa kita sebanding dengan citra yang dibangun.
Perubahan budaya industri gula kelapa rakyat ini sangat mungkin untuk dilakukan. Peluang itu sesungguhnya sangat terbuka.
Ada beberapa skenario yang bisa menjadi alternatif perubahan budaya industri gula kelapa rakyat menjadi lebih baik. Salah satu skenario akan dipaparkan dibawah ini.
Pertama. Penerapan teknologi baru yang smart.
Prinsipnya adalah sebagai berikut :
1) Hemat bahan bakar
2) Mutu gula bisa diatur/ ditingkatkan
3) Pemasakan nira dengan suhu rendah
4) Kapasitas evaporasi dipercepat
5) Indikator-indikator mutu diukur sesuai standard
6) Nilai tambah/ side produk dari hasil pengolahan/ pembakaran, yaitu menjadi arang/ briket arang dan asap cair.
7) Hemat tenaga/ mudah pengoperasianya/ pemeliharaannya
8) Sistem pengemasan dan penyimpanan yang menarik dan dapat mempertahankan mutu/ penampilan pruduk.
Kedua. Penerapan sistem kemitraan yang berkeadilaan.
Prinsip-prinsip yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1) Standard mutu terukur dengan indikator yang jelas dan disepakati bersama
2) Penerapan sistem bagi hasil berdasarkan kesepakatan bersama
3) Ada sistem reward/ komisi jika good prestasi dan ada punishment/ sanksi/ denda jika wan prestasi.
4) Ada pertemuan formal dan silahturahmi informal untuk kesempatan sharing mengatasi masalah/ kendala yang berkembang.
Ketiga. Pembangunan karakter (character building)
1) Pembinaan rohani, jasmani yang melibatkan keluarga
2) Jaminan kesehatan, keselamatan kerja, seluruh stake holder dan keluarganya
3) Jaminan sosial, pendidikan anak (keluarga), jaminan kesejahteraan jasmani dan rohani
4) Peningkatan profesionalisme dan mutu kehidupan
5) Refresing/ rekreasi
6) Pendidikan dan pelatihan teknis dan manajemen.
(.......................Insya Allah ada sambungannya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar