......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Rabu, 26 Februari 2014

Petani dan Harta Karun yang Belum Disadarinya

Petani dan Harta Karun yang Belum Disadarinya


Adalah seorang Bahktiar, penyadap aren yang mampu menghasilkan uang rp.120.000 setiap harinya, dari menyadap 5 (lima) batang pohon aren. Dengan uang itu, ia menghidupi seorang istri dan tiga anaknya.

Dari lima batang pohon aren itu, ia memanen sekitar 36 liter nira, yang lalu dimasak dan menjadi 6 kilogram gula aren, yang saat ini dijualnya seharga rp.20.000 per kilogram.
Ada lagi Ramli, yang menyadap 7 (tujuh) batang aren setiap pagi dan sore. Ramli menghasilkan rata-rata 45 liter nira setiap harinya. Berbeda denngan Bahktiar, Ramli tidak memasaknya menjadi gula aren. Tetapi ia menjual nira segarnya ke para penjaja minuman nira manis yang kini menjamur di sepanjang jalan lintas Medan-Kisaran. Satu liter nira seharga rp.3.000. Artinya, Ramli menghasilkan uang sebesar rp.135.000 setiap hari, dan dengan itu ia menghidupi satu istri dan empat anaknya.

Sepengetahuan saya, belum ada pohon lainnya yang bisa menghasilkan uang setara apalagi melebihi penghasilan dari pohon aren, meskipun itu pohon opium ataupun pohon cannabis sativa (ganja). Sebab, dua tanaman penghasil narkoba yang terlarang ini, hanya sekali dipanen dalam sekali tanam.

Keunggulan tanaman aren : jarak tanamnya hanya tujuh meter kali tujuh meter, dapat tumbuh dengan baik di hampir semua jenis dan kondisi tanah, tak punya hama dan penyakit, dapat ditumpangsarikan dengan banyak tanaman lain sebelum berproduksi, memiliki hasil sampingan berupa ijuk dan kolang-kaling, produknya dapat diolah menjadi gula, minuman segar, alkohol, dan methanol fuel grade, akarnya dapat menahan erosi dan menyimpan air, tidak membutuhkan pupuk yang banyak seperti tanaman sawit, dll.
Seharusnyalah, tanaman ini menjadi kultur baru yang dapat memberikan harapan akan perbaikan nasib petani di masa datang.

Umumnya para petani enggan menanam aren disebabkan karena umur produksinya yang lama, sekitar enam tahun. Namun jika dihitung penghasilan rata-rata perhari selama lima belas tahun, maka akan didapat bahwa aren menghasilkan uang enam kali lebih banyak dibandingkan tanaman kelapa sawit.

Kendala lainnya adalah : pameo. Diantara pameo itu adalah :
1.Aren tidak dapat tumbuh dengan baik jika ditanam. Ia hanya tumbuh dari kotoran musang. Pameo ini jelas tidak masuk akal, karena sekarang sudah banyak orang yang membibitkan aren, termasuk penulis, untuk kemudian menanamnya dan berhasil tumbuh dengan baik.
2.Penyadap aren tidak boleh berganti pakaian sepanjang bekerja menyadap aren.
3.Penyadap aren tidak boleh bercanda dengan perempuan lain selain istrinya.
4.Penyadap aren tidak boleh bertengkar dengan siapapun.
5.Penyadap aren harus membaca mentera tertentu dan menyanyi/bersiul saat akan menyadap aren.

Untuk poin 2 sd. 5, penulis sudah menyelidikinya dari beberapa teman yang bekerja sebagai penyadap, dan dari beberapa mantan penyadap aren. Mereka semua mengakui bahwa itu semua hanyalah trik saja, agar tidak banyak orang yang menjadi pesaing mereka bekerja sebagai penyadap aren.

Sebenarnyalah, menyadap aren itu adalah sangat alami, tak membutuhkan ritual, sama seperti menyadap karet, kemenyan, kapur barus dan lain lain.
Sudah saatnya petani kita, terutama yang hanya memiliki lahan sempit, untuk beralih menanam aren. Sementara menunggu masa produksi, petani bisa menanam ubi kayu sebagai tanaman tumpang sarinya.

Beberapa petani ubi kayu dekat rumah penulis, menanam ubi okulasi di lahan mereka. Steknya adalah ubi jenis ubi roti, dan mata tunasnya adalah ubi karet atau ubi bunga yang biasanya jadi tanaman peneduh di halaman rumah. Jarak tanam adalah satu meter kali dua meter, dan bisa menghasilkan ubi kayu segar 2 - 2,5 ton per rantenya.  Usia panen minimal sebelas bulan.

Agar petani bisa berpenghasilan seperti Ramli di atas (rp.135.000/hari), maka paling tidak harus menanam aren sebanyak 14 pohon, karena pohon aren mengeluarkan tandan buahnya, yang disadap, secara bergantian. Dan bila anda ingin menjadi petani aren tanpa menjadi penyadap aren, maka bisa memparuhduakannya dengan penyadap lain. Untuk itu petani harus menanam 28 batang pohon aren. Adapun lahan yang dibutuhkan adalah 28 x 49 meter persegi = 1372 m2 atau setara tiga setengah rante lahan.

Artinya, jika anda punya tanaman aren seluas tujuh rante saja, maka anda bisa berpenghasilan rp.270.000/hari dengan ongkang-ongkang kaki saja di rumah. Paling anda hanya melayani agen nira manis yang datang membeli nira ke rumah anda.
Tapi kalau anda mau bersusah payah membuat gula semut, maka penghasilan anda bisa bertambah 50 persen, karena harga jual gula semut jauh lebih tinggi.
Nyatalah, bahwa aren adalah sebenar harta karun yang belum disadari para petani kita.
Mau menggali harta karun itu?

Kalau tidak mau, ya sudah, silahkan tanam kelapa sawit, dan anda juga akan mendapat penghasilan rp.270.000 dari lahan tujuh rante itu. Hanya saja, yang ini :  setiap dua puluh hari sekali.

Salam tani.

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/09/13/petani-dan-harta-karun-yang-belum-disadarinya-589527.html

Bang Pilot terimakasih tulisannya!  Teruskan untuk menulis tentang Aren....  (Dian Kusumanto@Aren Foundation)

Tidak ada komentar: