





MENGHEMAT BIAYA PROSESING GULA DENGAN TEKNOLOGI MEMBRANOleh : Dian Kusumanto
Minggu malam tanggal 4 Juli  yang lalu saya berhasil kontak dengan Dr. Ir. I Gede Wenten, seorang ahli membrane kelas dunia yang  dimiliki Indonesia.   Kontak lewat telepon itu saya manfaatkan untuk berkonsultasi tentang kemungkinan penerapan teknologi membrane untuk pengolahan Nira Aren menjadi Gula Aren.  Beliau sangat respon dengan antusiasme penulis akan teknologi yang diyakini akan membangkitkan optimisme baru dalam industry Gula Aren di negeri ini.
Saya menanyakan kepada Beliau kira-kira kemampuan  Alat RO dapat mengurangi kandungan air murni dari Nira Aren,  maka beliau menjawab hingga kadar Gula dari Nira mencapai 30 %.   Lalu saya juga menanyakan tentang harga Alat  RO dengan kapasitas 1000 sampai 2000 liter per hari yang sudah  bisa dirakit  di Indonesia sendiri, yaitu tepatnya di Bandung dengan harga sekitar Rp 40 juta.   Alat ini umur ekonomisnya bisa mencapai 5 tahun atau lebih.   Adapun  tentang Cartridge Membrane beliau mengatakan perlu diganti sekitar setahun sekali dengan biaya sekitar Rp 2,5 sampai Rp 3 juta per unit.
Nira asal dengan kadar gula 10-12 % akan diolah dengan alat RO yang dijalankan dengan tenaga listrik, karena  dalam alat RO ini ada pompa bertekanan tertentu yang menekan  masa larutan nira ini melewati atau menembus membrane.   Namun karena nira terdiri dari gula dan air murni, maka yang bisa melewati (flush) membrane adalah hanya sebagian air saja, sedangkan gula tidak bisa menerobos membrane atau tertolak (rejection).  Dengan demikian  nira menjadi kental ,  menurut Dr. Ir.  I Gede Wenten,  yaitu sampai nira berkadar gula sekitar 30 %.   Artinya ada sekitar 60%  dari volume awal nira yang berasal dari masa air murni yang dipisahkan dari Nira, maka Nira menjadi lebih kental.
Kita patut berterima kasih dengan para Peneliti seperti  Dr. Ir. I Gede Wenten ini,  yang telah menghasilkan penemuan yang sangat berarti bagi Industri Gula  pada umumnya, dan para perajin Gula Aren khususnya, karena  teknologi ini akan dapat secara revolusioner merubah  paradigma Industri Gula yang lebih hemat, efisien, berkualitas dan berdaya saing di masa datang.
Para Ahli dan Peneliti teknologi membrane  yang lain juga sudah banyak yang memperhatikan pengolahan Nira.  Para ahli telah melakukan penelitian tentang penggunaan membran untuk pemisahan nira dengan hasil sebagai berikut : 
1. Pengotor-pengotor non gula dengan berat molekul rendah dan air dapat terpisahkan dari gula (Zanto, dkk).
2. Menghasilakan juice dengan kemurnian yang tinggi, intensitas warna yang rendah serta bebas pati dan partikel-partikel yang tidak mudah terlarut (Kishihara, dkk).
3. Mampu mereduksi 67% zat warna dan 47% partikel non gula, penurunan viskositas 20% (Day).
4. Campuran nira dan larutan kapur dingin hasil defekasi sangat efisien dipisahkan dengan ultrafikasi pada pH 7,2 (Madsen).
Secara hitungan ekonomis bisa kita bandingkan begitu sangat efisiennya teknologi membrane ini untuk mengolah Nira Aren menjadi Gula Aren yang berkualitas.  Penulis mencoba menghitung dengan asumsi-asumsi yang sudah pernah disampaikan sebelumnya, yaitu sebagai berikut.
Biaya pengolahan Nira secara tradisional  yang menggunakan tungku ala kadarnya dengan bahan bakar kayu limbah untuk mengolah  1000 liter Nira, kurang lebih sebagai berikut :
1.  Kayu Bakar sebanyak   1 truk (4 ton)  Rp 375.000,- - Rp 400.000,-
2. Tenaga kerja 5 HOK @ Rp 40.000 = Rp 200.000,-
3. Biaya penyusutan tungku, wajan, alat-alat masak, dll.  (Sengaja tidak dihitung).
4. Jumlah biaya sekitar Rp 600.000 per 1000 liter Nira, atau Rp 600 per liter.
5. Jika 5 liter Nira bisa diolah menjadi 1 kg Gula, maka  biaya pemasakan dengan cara tradisional mencapai : Rp 600/liter  x 5 liter/kg = Rp 3.000 /kg gula.
Pemekatan nira ditujukan untuk meningkatkan konsentrasi nira dari 13-16 Bx menjadi 55-65 Bx agar gula dapat dikristalkan yang biasa dilakukan dengan menguapkan sebagian besar air yang ada pada nira pada tekanan hampa dan temperatur rendah.    RO merupakan proses berbasis membran dengan gaya dorong tekanan, biasa digunakan untuk pemisahan zat terlarut dari pelarutnya dengan memberikan tekanan di atas tekanan osmotiknya. 
Dari kajian yang telah dilakukan, aplikasi teknologi RO untuk peningkatan konsentrasi 20 Bx dapat mengurangi beban evaporasi sekitas 50% sehingga konsumsi energi dapat ditekan. Selain itu beberapa keuntungan lain penggunaan RO adalah :
1. Kebutuhan energi rendah karena tidak terjadi perubahan fase. 
2. Temperatur operasi rendah sehingga dapat mengurangi kerusakan gula.
3. Perancangan sistem sederhana.
Sedangkan perkiraan biaya pengolahan Nira dengan menggunakan membrane filtrasi  dan Pan Evaporator untuk pengolahan lebih lanjut terhadap  1000 liter nira, adalah sebagai berikut :
1. Biaya penyusutan alat RO dan membrane Rp  45 juta  selama 5 tahun  dan Cartride Membrane Rp 3 juta pertahun  untuk kapasitas 300 hari x 1.000 liter nira/hari.  Jadi unit cost alat RO = Rp 45 juta : 5 tahun  : 300 hari/tahun = Rp 30.000 per hari, sedangkan untuk cartride membrane = Rp 3 juta : 1 tahun : 300 hari/tahun = Rp 10.000, jadi  jumlah penyusutan sekitar Rp 40.000 per hari/ 1000 liter atau Rp 40/ liter nira.  Biaya untuk Alat RO ini bisa mengurangi air murni dari nira hingga nira lebih kental dan berkadar gula 30 % atau berkadar air 70%.
2. Biaya pemasakan menggunakan Pan Evaporator yang hemat bahan bakar hingga menjadi Gula Kental yang siap dicetak atau diserbukkan  sekitar  20% dari 4 ton kayu, atau sekitar 0,8 ton kayu dengan nilai sekitar  Rp 80.000/hari/1000 liter nira,  atau dengan unit cost sekitar  Rp 80 per liter Nira.   Sedangkan penyusutan untuk Pan Evaporatornya sendiri  dihitung dengan harga sekitar Rp 30 juta selama umur ekonomis sekitar 5 tahun, yaitu Rp 6 juta per  tahun atau sekitar Rp 20.000 per hari, atau dengan unit cost Rp 20  per liter nira.  Jumlah unit cost bahan bakar dan alat Pan Evaporatornya menjadi Rp 100 per liter nira.
3. Tenaga kerja untuk alat RO dan Pan Evaporator  1 HOK @ Rp 75.000 = Rp 75.000 per hari/1000 liter nira,  atau dengan unit cost  Rp 75 per liter nira.
4. Tenaga listrik untuk pengoperasian alat RO dan yang lainnya sekitar Rp 450.000 per bulan atau Rp 15.000 per hari  atau  dengan unit cost  Rp 15  per liter nira.
5. Jumlah biaya  pemasakan menjadi sekitar Rp 230 per liter Nira.
6. Jika 5 liter Nira bisa diolah menjadi 1 kg Gula, maka  biaya pemasakan dengan cara teknologi membrane dan Pan Evaporator  Rp 230/liter x 5 liter/kg = Rp 1.150 /kg gula.
Sedangkan secara kualitas maka hasil produksi  dengan alat RO ini akan lebih bersih, lebih cerah warnanya, lebih menarik, lebih hiegenis, dst.   Maka akan dapat dengan mudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) bahkan standard dunia  alias berkualitas ekspor.  Dengan demikian nila harga juga akan mampu menembus harga yang lebih tinggi seperti  produk serupa yang sudah beredar di pasaran dunia.   Beberapa jenis palm sugar (Gula Palem) seperti Gula Kelapa Organik dari Big Tree Farm, atau  Sweet Tree atau  Gula Siwalan Organik dari Kamboja dibandrol dengan harga sekitar  9 US$ untuk 240 gram atau sekitar 36 US$ untuk 1 kilogram, jika dirupiahkan menjadi sekitar Rp 360.000 per kilogram.
Bagaimana pendapat Anda?