......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Kamis, 09 Oktober 2014

GERAKAN MENANAM AREN UNTUK KESEJAHTERAAN DI KAWASAN UMPUNGENG KABIPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN






Saat ini kami mencanangkan konservasi kawasan Umpungeng melaluia pembibitan dan penanaman pohon aren secara menyeluruh. Sasaran kami adalah mengembalikan fungsi utama kawasan ini sebagai daerah resapan air yang akan mengsuplai kebutuhan pengairan di sekitar kabupaten Soppeng melalui sungai Walennae. Kami mengajak partisipasi anda  dengan cara yang anda bisa. Anda bisa menyampaikan donasi anda dalam bentuk  tanaman atau dana. Kami akan mengelola setiap kepercayaan yang diberikan secara teransparan dan acountable dibawah pengawasan  Konsultan Lingkungan. 

Sebagai kawasan resapan air untuk menyuplai kebutuhan pengairan di Kabupaten Soppeng dan sekitarnya, Umpungeng juga dikenal sebagai sentra produsen gula aren. Dua kepentingan inilah yang kemudian mendorong kami untuk bergerak menyusun rencana sederhana yakni melakukan konservasi lingkungan sekaligus budidaya pohon hebat yang selama ini telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat yakni pohonAREN

Secara umum tujuan dari program ini adalah :

  1. Konservasi untuk menjaga Umpungeng sebagai kawasan resapan air 
  2. Mengembalikan potensi kawasan Unpungeng sebagai sentra gula areng.
  3. Membangun budaya menanam pohon bibit aren bagi masyarakat, yang selama ini hanya mengandalkan pembibitan alami dari sebaran yang dilakukan oleh binatan yang hidup dihutan.
  4. Memberi peluang alternatif usaha bagi warga untuk mendapatkan upah / penghasilan sehingga dapat mengurangi aktifitas perusakan hutan. 
  5. Memberdayakan masyarakat lokal melalui usaha kerajinan yang berbahan dasar pohon enau seperti kerajinan Sapu Ijuk, Sapu Lidi, kolang kaling, minuman nira dan Gula aren.
Pelaksanaan program:
Program ini sepenuhnya akan dijalankan oleh warga dibawah managemen tim Umpungeng ecovillage mulai dari pembibitan, penanaman sampai perawatannya. Hanya saja dalam proses penanaman pohonnya, kami akan menawarkan kerjasama ke lembaga-lembaga pendidikan dengan tujuan agar:
  1. Kegiatan menanam pohon dapat di jadikan tradisi bagi anak-anak sekolah sebagai upaya membangun karakter yang berwawasan lingkungan.
  2. Kegiatan ini dapat dirasakan oleh anak-anak usia sekolah sebagai kegiatan yang menyenangkan dan berkesan positif hingga usia dewasa.
  3. Kegiatan menanam dapat dijadikan sebagai kegiatan extra kurikuler yang sarat pendidikan dan manfaat.  
Bagaimana keunggulan pohon Aren, bagaimana membudidayakannya? berikut beberapa alasan kami memilih tanaman super hebat ini.

Enauatau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan pelbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain. [1]. Bangsa mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm.

Tanaman aren (enau) adalah termasuk  tanaman perkebunan yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat karena memiliki banyak kegunaan. Hampir semua bagian tanaman aren ini berguna, baik untuk pangan, bahan baku industri maupun energi terbarukan (bio ethanol). Aren juga memiliki kemampuan fungsi menyimpan air yang tinggi sehingga sangat cocok untuk tanaman konservasi.
Tanaman aren bisa menjadi tanaman konservasi. Hal ini ditunjukkan bahwa aren banyak dijumpai di lokasi yang berbukit dan rawan bencana alam, tanah longsor dan banjir. Pohon aren juga bisa menghambat erosi.
Dari pohon aren, manusia bisa mengambil ijuk, daun untuk atap rumah, batang dan pelepah untuk bahan bangunan, buah muda untuk kolang-kaling yang membuat nikmat kolak, dan cairan manis (nira) segar yang langsung bisa diteguk atau diolah jadi gula merah.
Pohon aren bisa hidup berdampingan dengan pohon lain, aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak. lahan untuk aren tidak perlu  dengan membabat hutan. Aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan. Dengan akarnya sedalam enam sampai delapan meter, pohon aren sangat efektif menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit, dan gunung.

Fungsi dan kegunaan pohon Aren.
Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.

Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalam tanah, sehingga dapat tumbuh baik pada tebing-tebing dan akan sangat baik sebagai pohon pencegah erosi longsor.

Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang aren sering dimanfaatkan untuk jembatan.  Bagian luar batang aren atau ruyung berwarna hitam dan sangat keras. Biasanya bagian ini dimanfaatkan untuk membuat perkakas rumah tangga dan untuk keperluan lain, seperti gagang pisau, tangkai kapak, cangkul, dan juga tongkat. Bagian ini sering digunakan untuk membuat bahan usuk atau kaso penyangga genting rumah. Karena sifatnya yang keras, bagian luar batang aren ini juga sangat baik untuk kayu bakar.

Kegunaan 

Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.
  1. Nira dan gula, Tongkol bunga jantan (kanan) dan yang disadap niranya (sebelah kiri) Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore. Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut. Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit. Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik. Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.[1]
  2. Kolang-kaling: Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun.[1]. Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau kolang-kaling. Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan.
  3. Atap Rumah: Sebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. 
  4. Sapu lidi :Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi.
  5. Tali Pintal :Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar Batak.Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya.
  6. Papan : Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air. Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk.[1]

Ekologi dan penyebaran
Pohon enau mudah tumbuh. Memiliki asal-usul dari wilayah Asia tropis, enau diketahui menyebar alami mulai dari India timur di sebelah barat, hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 m dpl.. [2] Biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai.  Meskipun getahnya amat gatal, buah enau yang masak banyak disukai hewan. Musang luwak diketahui sebagai salah satu hewan yang menyukai buah enau ini, dan secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji enau. Di Bangka, pada masa lalu orang-orang Tionghoa memasang perangkap di bawah pohon enau yang tengah berbuah, untuk menangkap rombongan babi hutan yang berpesta buah enau yang berjatuhan. 

Cara Perbanyakan
Enau atau aren dapat dikembang biakkan secara generatif yaitu melalui bijinya. Agar diperoleh keturunan yang baik, benih sebaiknya diambil dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai berikut :
  1. Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun. Sampai saat ini dikenal dua macam tanaman aren yaitu Aren Genjah yang memiliki batang agak kecil dan pendek dengan produksi nira antara 10–15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam yang memiliki batang besar dan tinggi dengan produksi nira 20–30 liter/tandan/hari. Untuk kepentingan produksi nira dan turunannya, dianjurkan untuk menggunakan varietas Dalam sebagai pohon induknya.
  2. Pohon terpilih harus memiliki produktivitas yang tinggi. Perlu diketahui bahwa tidak semua pohon aren dan tidak semua mayang (tandan bunga) jantan yang keluar (9 – 11 mayang) menghasilkan nira. Hal ini sangat dipengaruh oleh proses fisiologi tanaman. Calon pohon induk perlu diperiksa produktivitasnya dengan menyadap nira dari mayang jantan pertama atau kedua; jika hasilnya banyak maka pohon itu pantas dijadikan pohon induk. Kemudian pohon induk ini tidak lagi disadap niranya, agar kualitas benih yang dihasilkan tetap baik.
Selanjutnya tahapan penyediaan bibit tanaman aren adalah sebagai berikut:
  1. Pengumpulan buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.
  2. Pengambilan biji dari dari dalam buah aren harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji terpisah dengan sendirinya dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan kulit buah aren tidak gatal lagi.
  3. Anakan (semai) pohon aren, Perkecambahan. Benih disemaikan dalam tempat persemaian dengan media campuran pasir dan serbuk gergaji dengan perbandingan 2:1. Untuk mempercepat perkecambahan, tempurung biji dapat digosok dengan kertas pasir (ampelas) di bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untuk mempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%.
  4. Pembibitan, Semai aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 – 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau ke dalam kantong plastik (polibag) yang berdiameter 25 cm, yang telah diisi ¾ bagiannya dengan tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2. Bibit-bibit yang telah dipindahkan ini memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan (ditanam) ke lapangan setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk
Sumber : http://umpungeng.blogspot.com/2009/03/conservasi-hutan-enau.html

Tidak ada komentar: