......Tidak lama lagi AREN jadi primadona perkebunan nasional ........

Sabtu, 11 Oktober 2014

POHON AREN, POHON UNTUK YANG INGIN KAYA RAYA

Budidaya Aren, Pohon Paling Kaya

Aren (arenga pinnata merr) telah berabad-abad dikenal dan dimanfaatkan oleh umat manusia. Aren atau enau termasuk tumbuhan suku pinang-pinangan, bersama tumbuhan rumbia, nipah, pinang. nibung, dll.
Aren menghasilkan air nira yang berasal dari mayang atau tandan buahnya yang disadap. Air nira sendiri dapat diolah menjadi gula aren, gula semut, minuman segar, sirup, bio ethanol, methanol, tuak atau sopi. Selain itu, aren juga bisa menghasilkan buah yang biasanya diolah menjadi kolang-kaling atau bargat. Produk lain dari pohon aren adalah ijuk, lidi dan sagu. Kayunya bisa dimanfaatkan menjadi bahan bangunan sederhana. Akar dan daunnya juga dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Sayang, sampai saat ini masih sedikit orang yang mau membudidayakan pohon aren. Kebanyakan pohon aren yang ada adalah pohon yang tumbuh liar. Menyebar dengan bantuan air dan hewan musang. Padahal, aren sangatlah ekonomis dan menguntungkan bila dibudidayakan secara intensif.
Orang jarang mau membudidayakan aren karena melihat pohon aren yang tumbuh liar di alam, baru bisa berproduksi setelah berumur 10-12 tahun. Padahal bila ditanam dan dirawat dengan baik, aren sudah dapat mulai berproduksi pada umur 6-7 tahun saja.
Secara umum, aren produksi dibagi menjadi tiga jenis. Aren genjah, aren dalam dan aren tingi. Persilangan aren genjah dengan aren dalam bisa menghasilkan aren sadang. Kekurangan dan kelebihan masing-masing jenis sudah penulis paparkan pada tulisan sebelumnya. Penulis sendiri menanam aren jenis dalam, berdasarkan pertimbangan ekonomis.
Di Tawau, Malaysia, aren telah dikebunkan secara profesional dan menghasilkan methanol, ethanol fuel grade dan alcohol pharmacy grade.
Menurut perhitungan kami, bila dibudidayakan dengan baik, dalam rentang waktu 15 tahun, maka aren dapat menghasilkan uang 4-5 kali lebih banyak dibanding uang yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit atau karet.
Saat berproduksi, satu pohon kelapa sawit akan menghasilkan uang rerata Rp.525/pohon/hari. Sementara itu, aren menghasilkan uang rerata Rp.14.700/pohon/hari. Semua angka sudah dipotong biaya panen, namun belum dipotong biaya produksi lain. Untuk sawit dan aren, biaya produksi relatif tak beda jauh. Produk akhir yang dijual adalah TBS dan nira.
***
Aren dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 3-1700 mdpl. Level idealnya ada di 400-1500 mdpl. Aren akan menghasilkan nira yang banyak di daerah yang pada siang hari cuaca panas (25-32 derajat C), sementara dimalam hari suhu udara cukup dingin (15-20 derajat C).
Selain cuaca, faktor yang mempengaruhi banyaknya air nira adalah perawatan dan pemupukan, salinitas, ketersediaan air tanah, kualitas bibit, dan yang paling penting adalah perlakuan manusia. Bila manusia memotong pelepah daun aren terlalu banyak sehingga daun yang tinggal hanya sedikit, maka produksi nira akan merosot tajam.
Berdasarkan wawancara kami dengan enam orang petani penyadap aren di Sumatera Utara, berikut kami simpulkan ciri-ciri pohon aren yang bagus.
1.Batangnya besar.
2.Pelepah daunnya besar.
3.Daunnya lebar dan panjang.
4.Akarnya membentuk tunggul, makin tinggi makin baik. Akar serabutnya halus
dan tunggul akarnya ini lebih besar daripada batangnya.
5.Lengan mayangnya sedang besarnya dan tidak terlalu keras..
6.Buahnya banyak dan besar-besar (>4cm).
7.Ijuknya banyak yang halus, tidak kasar semua.
8.Saat ia berbunga betina, tidak ada pohon aren lain di dekatnya yang juga sedang berbunga betina.
Pohon aren dengan delapan kriteria di atas adalah pohon yang potensial untuk dijadikan indukan. Yang diambil adalah biji dari buah matang yang berada di bagian luar mayang, atau setengah untaian mayang yang bagian atas. Buah yang berada di bagian dalam mayang, kurang baik dijadikan bakalan benih.
***
Cara membuat bibit aren :
Buah di pohon yang sudah tua dipotong setengah bagian tandan mayangnya yang bagian bawah, lalu dibuang. Buah yang masih tersisa dibiarkan matang lalu jatuh sendiri.
Buah ini dikumpulkan di tempat yang terkena sinar matahari, lalu diinjak sampai pecah. Kemudian disiram lalu dijemur. Setengah bulan kemudian bijinya diambil lalu dicuci bersih. Hati-hati mengerjakannya, karena buah aren sangatlah gatal. Bila terkena getahnya yang gatal, cuci bersih dengan sabun lalu cuci dengan abu sekam padi. Bila terjadi pembengkakan, segeralah ke dokter.
Biji lalu dijemur kering selama 2-3 hari. Kemudian direndam selama 10 hari. Tiriskan.
Buat lubang di tanah sedalam 25 cm. Panjang dan lebarnya sesuaikan dengan banyaknya biji yang akan disemai. Isi pasir setebal 12 cm. Lalu taburkan biji aren setebal 5 cm. Tutupi kembali dengan pasir setebal 8 cm. Siram setiap 2 hari sekali.
Bila berhasil, maka aren akan mulai berkecambah pada bulan ke tiga. Jika sampai bulan keenam tak jua tumbuh, maka : ANDA BELUM BERHASIL ! Hehehe…
Menurut pengalaman kami, tingkat perkecambahan hanya sekitar 20%. Yang 80% sisanya : gagal. Angka ini adalah angka kebalikan jika dibandingkan kalau kita mengkecambahkan biji kelapa sawit atau karet.
Kunci keberhasilan pengkecambahan ini adalah menjaga kelembaban. Medium tidak boleh terlalu basah atau kering. Harus selalu lembab. Karena itu disarankan agar membuat atap di atas medium persemaian.
Panen kecambah dilakukan bila apokol atau mata tunas sudah sepanjang 5 cm atau lebih. Jika kurang, maka kemungkinan apokol akan cepat kering karena masih terlalu muda. Jika akan ditanam sendiri, biarkan kecambah sampai tumbuh menjarum atau berumur sekitar 45 hari sejak mulai berkecambah.
Kecambah lalu ditanam ke dalam tanah bermedia polibag ukuran 12-17 cm atau lebih. Hindari pengunaan pupuk kandang untuk mencegah timbulnya jamur. Benamkan 2/3 bagian apokol. Lakukan dengan lembut, karena apokol ini cukup rentan. Jangan lupa untuk membasahi tanah sebelumnya. Gunakan tanah gembur dan berhumus banyak. Sebaiknya tanah dijemur terlebih dahulu, atau semprot tanah dengan fungisida semacam Bayleton atau Dithane 45. Ingat, musuh terbesar kecambah aren adalah jamur dan media yang terlalu basah/kering. Karena itu, atap masih diperlukan sampai bibit berusia 3 bulan. Setelah itu, atap diganti dengan jaring penahan panas atau paranet 60%.
Perlakuan dengan fungisida dan inseksida diberikan sesuai gejala serangan. Umumnya kami menyemprot dengan fungisida dan insektisida sebulan sekali dengan interval antar keduanya 10 hari.
Adapun pemupukan dengan urea dan TSP diberikan mulai usia sebualn . Larutkan dua genggam urea ke dalam 10 liter air, lalu siramkan untuk 200 batang benih. Perlakuan TSP seminggu kemudian. Lakukan setiap 14 hari. Boleh ditambah sedikit NPK bila media tanam kurang subur.
Bibit aren dapat ditanam ke lapangan saat berusia 7-8 bulan terhitung sejak dipindahkan ke polibag. Dua bulan sebelum ditanam, bibit harus dilatih untuk terbiasa dengan terik matahari. Buka paranet dan siram setiap sore secukupnya.
Cara tanam :
1.Jarak tanam untuk monokultur paling rapat adalah 5×5 meter. Bila masih mau ditumpangsarikan dengan palawija atau bumbu-bumbuan dan tanaman muda lainnya, maka jarak tanam yang kami anjurkan adalah 5×7 meter. Untuk selingan tanaman keras semisal kopi, maka jarak tanam menjadi 5×8 meter. Dua baris kopi dapat ditanam di jalur gawang yang lebarnya 8 meter itu. Barisan dibuat sejajar Utara-Selatan.
Untuk jarak tanam aren sistim tumpangsari dengan tanaman jenis lainnya, dapat merujuk pada tulisan kami sebelumnya.
2.Gali lubang ukuran lebar 30 cm, panjang 30 cm dan dalam 40 cm. Pisahkan tanah bagian atas dengan tanah bagian bawah. Semprot lubang dengan Dithane 45. Taburkan Dolomit atau Dotani 3 genggam ke dalam lubang. Biarkan 10-15 hari.
3.Masukkan sebagian tanah bagian atas. Beri NPK dua gengam lalu tutupi lagi dengan tanah bagian atas.
4.Buka polibag dengan pisau, lalu tanamkan bibit tegak lurus.
5.Uruk dengan tanah bagian bawah hingga cukup.
6.Untuk lembah tangkapan air, sisakan bagian atas lubang sedalam 7-8 cm. Artinya, lubang tidak diuruk semua.

Foto: bibit Aren (dokpri)
Sumber : http://indonesiana.tempo.co/read/22631/2014/09/24/bangpilot/budidaya-aren-pohon-paling-kaya

Tidak ada komentar: